Selama pernikahannya, Amora diperlakukan sepetti sampah oleh ibu mertuanya, dan selalu bersabar menghadapi suami yang dingin tak pernah peduli dengannya. Semuanya tiba-tiba berubah ketika Rehan ingin menikahi sahabatnya yang sudah jadi janda. Amora menerima kenyataan pahit suaminya selama ini mencintai sahabatnya dan menceraikannya setelah membuat Amora kehilangan bayinya. Amora di buang oleh suaminya demi sahabatnya, ibu mertua jahat menertawakan kemalangannya. Amora bersumpah akan membalas penderitaan sakit kehilangan bayi yang dikandungnya. Lima tahun kemudian, dia kembali ke keluarga mantan suaminya dengan suami baru. Yang merupakan mantan kakak iparnya
View More“Kamu ke sana lagi?” Amora memegang perutnya hamil tujuh bulan melihat sang suami mengemas pakaiannya ke dalam tas.
“Iya, Olivia masih sakit dan belum siuman. Aku khawatir jika dia bangun dan mendengar berita Liam meninggal, dia akan depresi. Aku harus ada di sana dan menjaganya,” balas Rehan acuh tak acuh tanpa menatap Amora, sibuk memasukkan pakaiannya dalam tas.
Beberapa hari yang lalu, Liam, suami Olivia meninggal dalam kecelakaan bersama sang istri. Olivia terbaring di rumah sakit masih belum sadar. Sejak menerima berita itu Rehan tinggal di rumah sakit untuk merawat Olivia.
Amora merasa aneh melihat Rehan merawat Olivia sampai berhari-hari. Dia mencoba berpikir positif karena Rehan dan Olivia adalah masa kecil.
Tapi apa wajar jika Rehan lebih peduli pada Olivia dibandikan dia, istri?
Amora sangat resah melihat perhatian suaminya pada wanita lain meski itu adalah teman masa kecilnya.
Dia tidak ingin Rehan pergi. Jadi menahan dan memohon agar dia tetap tinggal.
“Olivia punya keluarga sendiri. Mereka bisa menjaga dan merawatnya. Bisakah kamu tinggal di rumah?” Dia menatap Rehan memohon dan meraih tangannya.
“Aku takut sendirian.”
Rehan menepis tangannya dan menatapnya kesal.
“Jangan manja. Ada pembantu di rumah yang bisa temani kamu,” katanya tidak sabar menutup tasnya.
“Kamu adalah suamiku. Nggak bisa kah meluangkan waktu untukku? Kamu lebih banyak berada di rumah sakit merawat Olivia. Aku sedang hamil,” keluhnya mengelus perutnya yang buncit. Dia merasa tidak nyaman dengan kenyataan Rehan merawat Olivia.
“Orang lain akan mengira Olivia istrimu dan bukan aku,” bisiknya lirih.
Dia bisa toleran Rehan lebih peduli Olivia karena mereka adalah sahabat masa kecil dan keluarga mereka dekat.
Namun Rehan sampai tinggal beberapa hari di rumah sakit dan kepeduliannya pada Olivia membuatnya cemas.
Rehan menatapnya tajam. Ketika matanya menatap perut Amora, matanya bersinar muak.
“Dengar, aku benci mengulang kata-kataku. Jangan gunakan kehamilanmu untuk mengekangku. Sudah bersyukur aku menikahimu. Jangan melewati batasmu.”
“Antara kamu dan Olivia, aku lebih peduli dengan Olivia. Jangan pernah membandingkanmu dengannya!”
Setelah mengatakan itu dia mengambil tasnya dan mendorong Amora menyingkir dari jalannya. Dia membanting pintu kamar dengan kasar.
Amora terjatuh di atas tempat tidur memandang pintu kamar yang tertutup. Air mata mengalir di pipinya mengingat kata-kata menyakitkan suaminya.
“Rehan, aku harus apa lagi agar kamu mencintaiku ....” bisiknya lirih.
Selama pernikahannya dia hanya menerima sikap dingin Rehan.
Dia mengerti Rehan tidak mencintainya dan pernikahan mereka adalah tanggung jawabnya karena tidak sengaja menghamili Amora.
Namun Amora telah mencintainya sejak mereka duduk di bangku kuliah. Dia tidak bisa menahan sakit di hatinya karena suaminya lebih peduli dengan Olivia, yang juga sahabat Amora.
....
Rehan tidak pulang selama beberapa hari. Amora sudah terbiasa ditinggal oleh Rehan, entah itu karena pekerjaan atau dia ingin menjauhinya.
Amora mencoba menenangkan perasaannya bahwa tidak ada yang terjadi antara Rehan dan Olivia.
Amora melakukan olah raga paginya berjalan-jalan di sekitar Komplek perumahan. Ini akan membantunya saat tiba waktu melahirkan.
“Ah, Amora ... jalan-jalan lagi?” Salah satu dari ibu-ibu yang berkumpul dan mengobrol depan halaman rumah tetangga menyapa Amora.
Amora berhenti. Dia menoleh melihat sekelompok ibu-ibu tengah berkumpul dekat pagar pendek salah satu rumah.
Dia tersenyum dan mengangguk menyapa mereka.
“Kok sendiri? Kenapa nggak ditemani suamimu?” tanya ibu lain iseng.
Amora mencoba tersenyum.
“Rehan sibuk dengan pekerjaan.”
“Masa? Pas aku ke rumah sakit jenguk anakku, aku sering lihat suami kamu berseliweran di rumah sakit tiap hari. Pas aku tanya, dia bilang merawat Olivia yang habis kecelakaan,” ujar tetangganya yang lain dengan ekspresi sinis.
Mereka saling mengenal karena Olivia dan suaminya juga tinggal di Komplek rumah ini.
“Iya, aku juga lihat muka Rehan kelihatan lelah pas ngenguk Olivia. Dia nggak pernah ninggalin kamar rawat Olivia.”
"Kok dia peduli sama istri orang, sama istri sendiri yang lagi hamil ditinggalin di rumah sendirian. Amora kok kamu tahan banget sama suamimu gitu perhatian sama perempuan lain."
"Kasihan banget sih kamu sebagai istrinya, suami gak peduli gitu malah rawat istri orang."
Ibu-ibu lain juga menyahutnya dan menatap Amora prihatin.
Deg, jantung Amora berdegup kencang mendengar kata-kata ibu-ibu itu.
Amora tersenyum palsu.
“Olivia baru saja kecelakaan dan suaminya meninggal. Rehan dan Olivia sudah berteman lama. Suamiku khawatir Olivia akan terguncang dan merawatnya. Aku nggak bisa datang juga karena lagi hamil.”
Ibu yang berwajah sinis berkomentar.
“Kamu percaya itu? Bahkan orang buta pun tahu ada yang aneh dengan Rehan. Orang waras mana yang mau merawat istri orang lain sampai berhari-hari gak pulang, sementara istrinya sendiri sedang hamil nggak dipedulikan.”
Mereka tahu selama beberapa hari mobil Rehan tidak lewat Komplek yang menandakan pria itu tidak pulang.
Ibu-ibu lain mengangguk.
“Jangan begitu toleran Amora, bisa saja suamimu suka sama Olivia, atau ada hubungan rahasia di antara mereka.”
“Suami Olivia juga sudah meninggal, dan dia jadi janda. Siapa tahu dia bisa merebut suamimu. Kamu harus berhati-hati.”
“Pria suka yang baru dan membuang yang lama. Olivia masih cantik dan muda. Dia juga berasal dari keluarga kolongmerat. Aku dengar para pria di kompleks ini banyak ngomongin Olivia sebagai istri idaman. Aku jengkel banget dengar suamiku juga ngomong kayak gitu."
"Suami aku juga."
“Hati-hati Amora. Suami Olivia sudah meninggal, dan dia janda sekarang. Jaga suami kamu jangan sampai terjerat sama Olivia. Jangan termakan omongan yang bilangnya hanya teman. Teman bisa makan teman.
Kata-kata mereka membuat Amora gelisah.
Amora tahu tentang sikap perhatian Rehan pada Olivua tapi ia tidak ingin mengakuinya bahwa suami tertarik pada sahabatnya. Tapi sekarang ibu-ibu di komplek ini terang-terengan menyebut suaminya tertarik dengan Olivia sangat menusuk hatinya.
Dia kerap kali menemukan suaminya menatap Olivia bahkan saat dia dan Liam di sekitar.
Amora berkeringat dingin, hatinya sangat gelisah dan nyeri menyengat hatinya membuat matanya memanas. Dia menundukkan kepalanya dia tidak ingin memperlihatkan matanya yang berkaca-kaca.
“Amora, kamu harus berhati-hati jaga suami kamu. Nggak mudah mencari suami tajir seperti Rehan.” Ibu muda berwajah sinis berkata sambil melirik penampilan Amora sambil berdecak. Ada tatapan iri dan menghina di matanya.
Amora tersenyum pahit. Ya, dia hanya anak yatim miskin yang mendapat jackpot menikahi Rehan, putra kedua kolongmerat Dwipangga yang bakal dinobatkan jadi pewaris Perusahaan Abdi GWP Group.
Meski belum menjadi CEO di perusahaan keluarganya, dalam beberapa tahun Rehan akan memimpin perusahaan keluarganya.
“Aku kasihan sama kamu. Kamu sibuk merawat kandunganmu tapi suami kamu merawat wanita lain.” Salah satu wanita itu berkata menatap Amora prihatin.
“Jika itu suamiku, aku sudah mencak-mencak menyeretnya pulang dan memberi wanita itu pelajaran.”
“Sayang? Udah bangun?"Amora yang baru saja akan membuka matanya dari tidur, sedikit terkejut dengan suara suaminya. Terdengar sangat serak dan dekat. Tatkala ia menoleh, senyum tampan suaminya menyambut dirinya.Giandra tertawa kecil. Laki-laki dewasa yang baru saja kembali dari kantin itu sedang menggendong sang buah hati. Tampaknya juga bayi lucu yang menurun dari ibunya sedang ikut tertidur juga. Terlihat dari mata kecil yang tertutup rapat. Dan bibir yang maju ."Kamu haus nggak?" tanya Giandra sembari berjalan ke arah box bayi dan menempatkan kembali putranya di sana. Kemudian berbalik dan duduk di sisi kanan ranjang rumah sakit istrinya. Rambut lepek di atas dahi ia usap lembut."Sedikit," jawab Amora dengan senyum manis. Senyumnya semakin sumringah ketika Giandra dengan cepat mengambilkan minum untuknya."Mau duduk dulu?" tawar Giandra yang di balas anggukan lemah dari Amora. Setelah mendudukkan diri, barulah Amora meminum air yang disodorkan oleh Giandra."Kamu mau pulang sek
Giandra benar-benar menjadi ayah dan suami siaga saat ini. Bahkan istrinya saja sampai bosan melihat wajahnya dan berulang kali meminta agar dokter tersebut pergi.“Ini jam istirahat, lebih baik kamu makan siang,” bujuk Amora yang khawatir dengan kesehatan suaminya.“Aku ingin bersama anak kita dulu,” jawabnya.Laki-laki itu menggendong sang buah hati dan memainkan pipi Ghazam yang masih merah. Ia benar-benar dibuat gemas dengan bayi mungil tersebut.Saat tengah menggendong tiba-tiba bayi itu menangis dan membuat Giandra panik bukan main. Amora yang reaksi suaminya lantas tertawa pelan.“Ghazam, lapar, ya?” tanya Giandra seraya menyerahkan bayi tersebut ke Amora.“Makan siang, lalu ke sini kalau sudah tidak ada pasien lagi,” ujar Amora dan dengan terpaksa akhirnya Giandra setuju. Sebelum makan siang Giandra menyempatkan diri mencium kening istrinya terlebih dahulu, lalu pergi.Giandra tampak seperti orang sinting saat ini karena suasana hatinya benar-benar baik. Ia menyapa beberapa pe
Setelah perceraian Rehan dan Olivia, Giandra dan Amora akhirnya memutuskan meninggalkan keluarga Dwipangga. Awalnya keluarga Dwipangga tidak setuju dan dia bertengkar hebat dengan Sofia. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kekeraskepalaan Giandra. Dia membawa Amora kembali ke Singapura meninggalkan semuanya di Indonesia.Beberapa bulan kemudian.Amora menahan keluh saat kakinya mulai sakit. Ia tetap kelihatan kuat walau kakinya pegal luar biasa, lagi pula ini adalah salahnya yang ingin berbelanja di saat umur kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Giandra yang sepertinya paham dengan keadaan istrinya tersebut.“Tidak apa-apa, Giandra,” jawabnya dengan tersenyum manis.Laki-laki tampan tersebut menghela nafas berat, ia berjalan cepat hingga membuat Amora terkejut karena wanita itu tidak dapat mengikutinya, tapi tidak lama Giandra kembali dengan membawa kursi plastik.“Duduk dulu,” kata Giandra dan Amora menurut. Laki-laki tersebut berjongkok di de
Akhirnya proses perceraian Olivia dengan Rehan berjalan lancar. Tampaknya tidak ada yang merasa sedih atau berat hati jika keduanya berpisah. Sofia malah tampak senang. Jelas saja, karena wanita itu memang sudah lama ingin agar Rehan bercerai dengan Olivia. Sisanya tidak ada yang berkomentar sama sekali.Sementara Oliver yang masih tidak paham kalau kedua orang tuanya sudah bercerai juga santai-santai saja ketika melihat Olivia pergi meninggalkan mansion sambil menyeret dua buah koper. Sepertinya faktor terbiasa ditinggal pergi oleh Olivia membuat anak itu berpikir kalau ibunya pergi dalam rangka melakukan liburan, bukan karena telah berpisah dengan ayah sambungnya.Setelah menanda tangani surat perceraian itu, Rehan tidak pulang semalaman dan baru pulang esok harinya setelah menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan di bar. Ia mabuk bukan karena sedih akan bercerai dengan Olivia, tentu ia juga akan dengan senang hati menceraikan wanita itu jika saja tak ada Oliver yang membuat pria itu
Olivia masih yakin kalau suaminya itu sedang bersama dengan Anna. Tentu pemikiran ini muncul karena dia merasa Rehan sedang membalas dendam karena dirinya yang tidak pulang beberapa hari guna menghabiskan waktu bersama Randika, dan tentu saja pria itu tidak akan sudi jika hanya berdiam diri di rumah saja dan menunggu kepulangannya. Jadi, memang lebih masuk akal jika Rehan menghabiskan waktunya di luar bersama dengan wanita lain, dan tentu wanita itu adalah Anna. Memang siapa lagi wanita yang saat ini sedang dekat dengan Rehan?Lagi pula, sejak kepulangannya, tidak hanya Rehan yang tak tampak, Anna juga tidak datang ke mansion ini. Sesuatu yang patut dicurigai oleh Olivia.Ketika sarapan tadi pagi pun yang hadir di meja makan hanya Olivia dan kedua mertuanya. Amora dan Giandra absen hadir di meja makan karena alasan kesehatan Amora yang sedang tidak bagus. Wanita itu kembali mengalami mual yang hebat dan membuat Giandra jadi mengambil cuti guna merawat istrinya yang tengah hamil muda i
Setelah menunggu semalaman sampai pagi tiba, Olivia tidak juga mendapati Rehan berada di mansion ini. Ia curiga kalau pria itu sengaja tidak pulang untuk menghindarinya. Atau bisa saja pria itu memang pergi untuk bersenang-senang dengan wanita lain.“Apa dia menghabiskan waktu dengan dokter itu dan saking senangnya dia sampai tidak berniat pulang lagi? Atau jangan-jangan mereka sudah merencanakan pernikahan?” tanya Olivia kepada diri sendiri.Wajar jika Olivia berpikir begitu, karena malam ketika Anna berpamitan kepada keluarga Dwipangga ini Olivia tidak berada di rumah, wanita itu begitu sibuk menghabiskan waktunya di tempat tinggal Randika. Berada di rumah dengan kehadiran Anna sesekali ke rumah itu, terlebih saat Giandra masih sakit dan cuti bekerja membuat Olivia jadi gerah.Dia beralasan ingin menjenguk Giandra, tapi tujuannya tentu saja untuk mencuri-curi waktu bersama Rehan dan mengambil hati wanita tua itu yang ingin sekali menjadikannya menantu, batin Olivia jika teringat bag
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments