Share

Bab 3 Bertemu Lagi

Author: Jiriana
last update Last Updated: 2024-02-07 19:16:53

"Kenapa berhenti?" tanya Dewi dengan heran sambil menoleh pada Nindy yang nampak mematung di tempat.

Nindy tidak menjawab, tatapannya terus tertuju pada pria tinggi itu, tapi sayangnya pria itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil terus berjalan melewatinya.

Wajah pria itu terlihat dingin, tidak ada sedikit pun senyuman di bibirnya ketika mereka bertemu pandang tadi. Bahkan, pria itu terkesan tidak peduli dan acuh tak acuh ketika melewatinya, seolah mereka berdua tidak mengenal satu sama lain. Pria itu adalah Billy Sanjaya, mantan kekasih yang dia putuskan 6 tahun lalu.

"Nin." Dewi menyentuh tangan Nindy saat melihatnya diam saja. Melihat Nindy masih mematung, akhirnya Dewi mengikuti arah pandangan Nindy, baru saat itu dia mengerti apa yang membuat teman kerjanya itu terdiam.

"Gimana? Pak Billy ganteng, kan?" tanya Dewi dengan senyuman genitnya. "Aku, kan, udah aku bilang kalau yang ini beda. Ini beneran ganteng banget."

Nindy buru-buru berjalan ke toilet tanpa menjawab pertanyaan Dewi. Dia segera masuk ke salah satu bilik toilet, lalu menguncinya. Dia langsung terduduk lemas di atas closet dengan jantung yang berpacu dengan cepat.

Setelah sekian lama tidak bertemu, mengapa dia masih berdebar tidak terkendali hanya sekali tatap saja? Perasaan apa ini? 

Nindy kira setelah terpisah begitu lama Billy, pria itu tidak akan memberikan pengaruh sedikit pun padanya. Namun, ternyata perasaannya langsung tidak karuan setelah bertemu dengan masa lalunya itu.

"Apa yang dia lakuin di sini?" monolog Nindy dengan lirih.

Bagaimana bisa mereka dipertemukan kembali setelah berpisah sekian lama? Dia sudah berusaha untuk menghindari Billy setelah hubungan mereka berakhir. Dia bahkan rela pindah kuliah ke Bandung, hanya agar tidak bertemu pria itu lagi, tapi kenapa mereka justu dipertemukan di tempat pelariannya?

Salah satu alasan Nindy menerima pekerjaan di Surabaya juga adalah karena Billy. Dia tidak mau kembali ke Jakarta lagi setelah lulus kuliah, maka dari itu dia mau bekerja di tempat yang jauh.

'Kenapa aku harus bertemu sama dia lagi? Bagaimana bisa dia ada di sini? Apa dia berasal dari kantor pusat?'

Nindy pun mulai berpikir keras, beberapa detik kemudian matanya melebar.

'Jangan-jangan dia yang dimaksud oleh Dewi, anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.'

Nindy menggelengkan kepalanya secara tidak sadar.

Sepertinya keputusannya menerima pekerjaan di sana adalah kesalahan besar. Seharusnya dari awal, dia mencari lebih detail mengenai perusahaan yang dia lamar.

Bagaimana bisa dia begitu ceroboh? Seharusnya dia ingat, kalau perusahaan keluarga Billy juga memiliki cabang di luar kota. Bagaimana bisa di melupakan hal penting seperti itu?

Dulu, sebelum menjalin hubungan dengan Billy, Nindy pernah mendengar kalau keluarga Billy memiliki perusahaan lain, selain perusahaan tambang di Kalimantan, tapi dia tidak tahu apa-apa mengenai perusaahaan keluarga Billy itu, termasuk nama perusahaannya. Billy sendiri tidak pernah membahas mengenai perusahaan keluarganya, jadi Nindy juga segan untuk bertanya.

"Nin, kamu lagi ngapain di dalem? Cepat keluar, acara penyambutannya udah mau dimulai!" Dewi berteriak dari luar bilik toilet dengan wajah tidak sabar.

"Iyaa, sebentar." Nindy segera bangkit, merapihkan baju serta rambutnya, kemudian menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan cepat.

"Semangat, Nindy. Kamu pasti bisa. Jangan pedulikan dia. Ingat, dia itu hanya masa lalumu. Kamu harus tunjukkin sama dia kalau hidupmu baik-baik saja setelah putus sama dia. Kamu harus bisa bersikap profesional," monolog Nindy.

Dia sedang mencoba menyemangati dirinya, serta menyiapkan mentalnya sebelum bertemu kembali dengan mantan kekasih yang dulu sangat dia cintai.

Tidak lama setelah Nindy sampai di ruangan lantai 3, masuklah Pak Edwin, Billy, Kepala Audit, serta rombongan lainnya dari kantor pusat.

"Karena semua sudah berkumpul, kita mulai saja acara perkenalannya."

Sebisa mungkin Nindy menampilkan ekspresi tenangnya selama sesi perkenalan orang pusat. Tidak sekali pun, dia berani menatap ke arah Billy, hingga tiba giliran pria itu yang memperkenalkan diri. Mau tidak mau, Nindy harus menatap ke arahnya dan secara kebetulan tatapan mereka bertemu, tapi itu hanya terjadi satu detik, karena Billy langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain setelah itu.

"Perkenalkan, nama saya Billy Sanjaya. Saya yang akan menggantikan posisi Pak Hengky untuk sementara waktu."

Hanya itu saja yang bisa didengar oleh Nindy, tidak ada satu pun perkataan Billy yang masuk ke dalam telinganya setelah itu. Sejak tadi, dia terus memikirkan, bagaimana caranya dia menghadapi Billy ke depannya jika mereka berada di kantor yang sama.

“Nindy?” Suara Pak Edwin membuyarkan lamunan Nindy seketika.

“Yaa, Pak. Ada apa?” tanya Nindy dengan cepat.

“Pak Billy tadi bertanya sama kamu, apa kamu bisa membantunya untuk memberikan data keuangan 5 tahun terakhir?"

Pandangan Nindy pun seketika beralih pada Billy. Pria itu terlihat sedang menatap ke arahnya dengan wajah datar. Namun, dengan sorot mata yang dingin.

“Sepertinya, Nona Nindy sejak tadi tidak mendengarkan apa saja yang sudah saya katakan.”

Nindy menelan salivanya dengan cepat usai mendengar sindiran Billy. “Maaf, Pak.”

Billy memasukkan satu tangannya ke dalam saku, lalu berkata dengan tegas, “Saya paling tidak suka dengan orang yang tidak bisa menghargai orang lain, terlebih lagi tidak bisa fokus saat bekerja.”

Tatapan Billy terarah pada Nindy, otomatis semua yang ada di ruangan itu juga beralih padanya. “Ke depannya, saya tidak mau melihat lagi ada karyawan yang melamun ataupun mengabaikan atasannya saat sedang memberikan arahan ataupun saat bekerja.”

Suasana menjadi hening seketika. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara sampai akhirnya Billy kembali membuka suaranya, “Cukup sampai di sini perkenalannya. Kalian boleh kembali bekerja.”

Setelah Billy dan rombongan kantor pusat keluar dari ruangan, Nindy dan yang lainnya pun kembali ke ruangan. Suasana seketika menjadi heboh setelah semua memasuki ruangan mereka. Mereka pun langsung membicarakan Billy dengan antusias.

"Pak Billy ganteng banget, ya?" Dewi berkata dengan mata berbinar penuh kekaguman.

"Iyaa, vibesnya kayak CEO di drama Korea gitu," sahut Nisa.

"Bener banger. Udah ganteng, kaya, badannya bagus. Perfecto sekali," timpal Nuri, wanita berambut sebahu dengan antusias.

"Tapi, Pak Angga ganteng juga kalau dilihat-lihat," sahut Nisa. Angga adalah kepala dari tim audit.

"Ganteng sih, tapi masih gantengan Pak Billy. Masih kalah jauh malah," timpal Desi bersemangat.

"Dua-duanya ganteng. Kalau aku sih, lebih suka Pak Billy. Auranya itu loh ... tegas, berwibawa, terus dingin-dingin gimana gitu," ujar Dewi, masih dengan ekspresi kagum.

"Kira-kira udah punya pacar atau istri belum ya?" tanya Maya.

"Cowok ganteng begitu jarang yang masih single," sahut Nisa.

"Kalau pun single, mana mau sama kita," tambah Desi. "Ngelirik kita aja, dia ogah kayaknya."

"Itu sih enggak berlaku buat aku. Aku sama kalian kan beda kelas," sela Dea penuh percaya diri. "Buktinya, tadi Pak Billy sempat senyum sama aku."

"Dih, kepedean. Situ ngerasa cantik?" Dewi bertanya dengan sinis.

Sejak dulu, Dewi dan Dea memang tidak pernah akur. Mereka sudah terbiasa berdebat untuk hal-hal kecil, seperti saat ini.

"Jelas. Kenyataannya, aku memang lebih cantik dari kalian semua."

Terdengar suara mendesis dari karyawan wanita lain. Nindy sejak tadi hanya diam. Dia tidak ikut berkomentar karena pikirannya sedang tertuju pada sikap Billy yang berpura-pura tidak mengenalnya sejak pertama kali berpapasan tadi.

"Sok cantik," balas Dewi.

"Kalian ngapain sih ribut-ribut? Belum tentu juga Pak Billy suka sama kalian, mendingan kalian kerja daripada berharap sama sesuatu yang mustahil." Pria bernama Denis akhirnya membuka suara karena tidak tahan mendengar perdebatan wanita-wanita yang ada di ruangan itu.

"Bilang aja kamu iri sama Pak Billy karena kalah ganteng." Dea berkata dengan sinis sambil berlalu menuju meja kerjanya.

Denis hanya diam, berdebat dengan Dea tidak akan pernah ada habisnya, jadi memilih untuk mengabaikannya.

"Nindy, ikut saya ke ruangan sebentar." Tiba-tiba saja Pak Edwin sudah berdiri di pintu.

"Baik, Pak." Nindy terpaksa mengikuti Pak Edwin dari belakang. Dia menelan salivanya ketika Pak Edwin berjalan menuju ruangan yang pernah dipakai oleh Pak Hengky.

Saat memasuki ruangan itu, Nindy melihat sudah ada Billy di sana sedang duduk di meja kerja dengan benda pipih yang sedang menempel di telinganya. Pak Edwin pun meminta Nindy untuk duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Billy sambil menunggunya selesai menelpon.

“Pak Edwin, apakah data yang saya minta tadi sudah disiapkan?” tanya Billy setelah menutup panggilan telponnya.

“Sudah, Pak.”

Pak Edwin bergegas mengambil data yang diminta oleh Billy di lemari penyimpanan yang sudah dia siapkan sejak pagi tadi.

Untuk sementara, Billy akan menggantikan posisi Pak Hengky yang semula memiliki jabatan sebagai Branch Manager.

“Semua data karyawan ada di sini, termasuk milik Pak Hengky, Pak,” ucap Pak Edwin sambil meletakkan setumpuk map di atas meja.

“Baik, saya akan memeriksanya nanti. Pak Edwin boleh keluar.”

“Baik, Pak.”

Tersisa Nindy dan Billy di sana. Jantung Nindy pun seketika berdegup kencang setelah pintu ruangan tertutup.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Wera Erani
kasih lah dia satu harapan lagi
goodnovel comment avatar
Ani Rohayani
masih ada cinta di hati nindi meskipun dia mengelak
goodnovel comment avatar
Nike Florest Sinaga
seru dan menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Kabar Bahagia-End)

    "Menantu Anda tidak sakit, tapi dia sedang hamil," jawab Dokter wanita itu dengan senyuman tipis. "Hamil?" ulang Amara dengan wajah tercengang. "Maksud Dokter, ada calon cucu saya di perut menantu saya?" Meski dia sudah menduga kalau menantunya hamil, tapi Amara tetap terkejut ketika mendengar langsung berita baik itu dari mulut sang dokter. "Benar sekali." Nindy yang sejak tadi mendengar itu, tampak mengusap perutnya dengan lembut sambil tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia, dirinya bisa langsung hamil setelah pulang dari berbulan madu, sementara kakak iparnya belum hamil sampai sekarang. Padahal, dia sangat berharap bisa segera hamil setelah menikah. "Untuk memastikannya, silahkan langsung melakukan pemeriksaan USG dengan Dokter Obgyn." Setelah tiba di rumah sakit, Amara langsung membawa Nindy ke IGD. Sebenarnya, dia sudah curiga sejak awal kalau menantunya sedang hamil setelah putranya bercerita kalau sudah beberapa hari Nindy tidak napsu makan dan pagi tadi mengal

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Terakhir)

    "Sayang, berhenti. Jangan main-main." Billy mencoba memperingatkan Nindy sejak tadi terus memainkan jemari lentiknya di dada bidangnya. Saat ini keduanya sedang berbaring di ranjang dengan posisi Billy bertelanjang dada menghadap ke langit-langit, sementara Nindy sedang berbaring miring menghadap Billy dengan mengenakan pakaian tidur tipis dan seksi "Aku cuma mau pegang, memangnya nggak boleh?" Billy memejamkan mata sambil menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan saat merasakan tangan Nindy semakin turun ke bawah. "Boleh, tapi jangan lama-lama. Nanti kamu menyesal." Nindy mengabaikan peringatan Billy dan semakin berani meraba tubuh sang suami. "Sayang, cukup." Nindy seketika menghentikan gerakan tangannya ketika tiba di otot perut Billy. "Kamu nggak suka aku pegang badan kamu?" Sebisa mungkin Billy berkata dengan pelan agar tidak menyinggung perasaan sang istri. "Nggak, Sayang. Aku suka, tapi ini untuk kebaikan kamu. Kamu sendiri yang rugi kalau terus memancin

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Part 4)

    "Sayang, kamu berdiri di sana, nanti aku foto," tunjuk Billy pada latar bangunan berwarna putih yang memiliki kubah warna biru. Saat ini keduanya sedang berada di Thira atau lebih dikenal dengan Santorini. Thira atau Santorini adalah pulau vulkanik yang berada di antara Pulau Ios dan Anafi, Yunani. Santorini terletak di Kepulauan Cyclades sekitar 200 km dari daratan Yunani. Di pulau ini, sangat terkenal dengan sejarah gunung meletus serta keindahan bangunan-bangunan putih dan gereja berkubah biru yang berada di pinggir tebing atau di bangun di atas lereng kaldera yang berada di kota Oia. "Aku nggak mau foto sendirian, maunya sama kamu." Ketika mendengar itu, Billy tidak tahan untuk menggodanya. "Sekarang, kayaknya kamu nggak bisa jauh-jauh dari aku, maunya nempel terus. Aku pergi ke mana, selalu aja mau ikut. Kamu begitu, apa karena takut suami kamu diambil orang?" "Jangan ngeledek terus. Cepetan, ke sini atau aku nanti aku foto sama orang lain." "Jangan coba-coba atau aku lempar

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Part 3)

    "Sayang, ayo kita berenang di bawah," ajak Nindy sambil menghampiri Billy yang sedang duduk bersantai di bawah payung pantai yang berada di pinggir kolam. "Kamu duluan aja, Sayang. Nanti aku nyusul." "Aku nggak mau berenang sendirian." "Aku istirahat sebentar, ya? Aku masih capek." Bagaimana tidak capek, kemarin dia habis menggempur Nindy hingga malam, lalu dia lanjutkan lagi menjelang pagi. Setelah itu, dia menemani Nindy bermain jet ski hingga pukul 9 pagi, kemudian bermain banana boat, parasailing hingga pukul 12 siang. Setelah makan siang, mereka berjalan-jalan di sekitar pulau sampai menjelang pukul 2 siang, kemudian pulang dan berendam bersama sambil menikmati pemandangan di luar. Jika dihitung-hitung, dia hanya beristirahat selama setengah jam. "Sebentar aja Sayang nanti habis berenang kamu bisa istirahat." Nindy meraih tangan Billy dan mencoba untuk menariknya, tapi sang suami tidak bergerak sedikit pun. "Nanti aku nyusul, Sayang. Aku liatin kamu dulu dari sini." "Ya, u

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Part 2)

    "Bagus banget pemandangannya." Mata Nindy tampak berbinar ketika melihat pemadangan bintang dari tempat tidurnya. Saat ini, dia dan Billy sedang berbaring di ranjang sambil menikmati pemandangan bintang di malam hari. Kebetulan sekali kamar mereka dilengkapi dengan atap kamar yang bisa dibuka tutup secara otomatis menggunakan tombol. "Rasanya aku pengen tinggal di sini terus." Billy yang sedang berbaring miring menghadap sang istri yang sedang tidur terlentang seketika tersenyum. "Nanti kita ke sini lagi kalau aku ada waktu." "Beneran?" tanya Nindy seketika memiringkan tubuhnya ke arah Billy. "Iya, Sayang." Nindy pun tersenyum. "Besok kita mau ke mana lagi?" Seharian ini, mereka sudah melakukan banyak hal. Snorkling, berjalan-jalan, bersepeda di sekitar resort, bermain air di pantai sampai sore hari, kemudian melakukan spa di resort tersebut. Malam harinya, mereka makan malam romantis di gedung utama resort. "Besok istirahat aja di kamar. Sorenya baru kita jalan-jalan

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu di Soneva Jani)

    "Sayang, bangun. Ini sudah pagi."Billy sedang duduk di tepi ranjang kembali memberikan kecupan singkat di pipi sang istri yang masih terlelap sejak siang hingga 7 sore hari. Sejak tadi, dia sudah berusaha untuk membangun Nindy dengan memberikan kecupan-kecupan ringan di wajahnya, tapi sang istri tidak terpengaruh sedikit pun.Sore kemarin, mereka baru saja tiba di penginapan Soneva Jani yang terletak di pulau Medhufaru. Nindy yang kelelahan akibat perjalanan jauh langsung tertidur setelah makan malam bersama dengan Billy dan belum terbangun hingga kini. Padahal, dia bilang ingin berenang sambil melihat matahari terbit."Jam berapa ini?" tanya Nindy dengan suara serak.Akhirnya, dia membuka mata setelah dibangun selama kurang lebih 15 menit oleh Billy. Meski sudah terbangun, tapi matanya belum terbuka dengan sempurna."Jam 7 pagi, Sayang," jawab Billy lembut sambil merapihkan anak rambut sang istri yang menutupi sebagian matanya. "Kamu masih ngantuk?"Nindy menggeleng lemah. "Nggak. C

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status