Home / Romansa / Mantan Kekasihku Menjadi Bosku / Bab 7 Surat pengunduran Diri

Share

Bab 7 Surat pengunduran Diri

Author: Jiriana
last update Last Updated: 2024-04-27 09:51:22

Nindy pun seketika menoleh ke bangku belakang, di mana Billy berada. Wajah pria itu tampak acuh tak acuh. 

"Saya di sini aja, Pak," tolak Nindy seraya tersenyum kaku pada Pak Edwin.

"Kamu di belakang aja. Saya mau ngobrol sama Rudi."

Rudi adalah salah satu karyawan yang berasal dari kantor pusat. Pria itulah yang akan mengemudikan mobil Billy.

“Baik, Pak.”

Terpaksa dia menyetujui permintaan Pak Edwin. Padahal, sejak awal dia sengaja ingin duduk di depan untuk menghindari Billy, nyatanya dia harus duduk bersebelahan dengan mantan kekasihnya itu di belakang. Nasibnya sungguh sial. Semakin dia menghindari Billy, entah mengapa dia justru semakin dekat dengannya.

“Kenapa diam aja?” Billy bertanya dengan dingin pada Nindy setelah menurunkan kaca mobil yang tepat berada di sampingnya. "Mau nunggu sampai jam makan siang habis?”

“Maaf, Pak.” 

Nindy segera membuka pintu, lalu bergegas masuk ke dalam mobil. Dia duduk di ujung menempel dengan pintu, sebisa mungkin dia memberikan jarak yang jauh dengan Billy. Bukan apa-apa, dia hanya tidak mau Billy berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

Billy yang menyadari Nindy menjaga jarak dengannya pun memilih mengabaikannya. Dia hanya diam sambil berkutat dengan ponselnya. 

Hanya butuh waktu 15 menit untuk tiba di restoran yang sudah direservasi oleh Pak Edwin. Mereka sengaja makan di sana karena restoran itu letaknya tidak jauh dari kantor.

Pak Edwin memesan 2 meja, satu meja untuk Billy, Nindy, Pak Edwin, Pak Angga, dan Dewi. Meja lain di tempat tim audit dan tim pusat. Tidak ada satu pun orang yang mengeluarkan suara hingga makan siang berakhir.

"Nin, gimana berkasnya, apa kamu mengalami kesulitan untuk mencarinya?" tanya Pak Edwin disela-sela obrolan santai mereka.

"Iyaa, Pak. Ada beberapa berkas yang tidak ada. Tadi sudah saya tanya sama Denis, katanya kemungkinan itu berkas itu ada di lemari ruangan Pak Hengky. Nanti Denis bantu saya cari sisanya yang belum ketemu," jawab Nindy.

"Cari berkas begitu saja masih perlu bantuan. Kamu seharusnya tahu di mana letak berkas yang ada kaitannya sama pekerjaan kamu," sahut Billy sebelum Pak Edwin sempat membuka mulutnya.

Semua yang ada di meja tersebut seketika melirik pada Billy dan Nindy.

Nindy yang merasa dipojokkan tentu saja merasa tidak senang. "Maaf, Pak. Berkas yang tidak ada itu berkas yang sudah lama. Yang menyimpan bukan saya, jadi saya juga tidak tahu mengenai berkas tersebut."

"Seharusnya kamu cek dengan teliti sebelum kamu serah terima jabatan dengan pengganti kamu sebelumnya. Kamu bukan anak kecil lagi yang harus dituntun, seharusnya kamu tahu itu," sahut Billy tidak mau kalah.

Suasana menjadi hening selama beberapa detik. Pak Edwin yang tidak ingin suasana menjadi panas, langsung membuka suaranya, "Ini bukan sepenuhnya kesalahan Nindy, Pak. Orang yang bekerja sebelum Nindy berhenti tanpa pemberitahuan, jadi tidak sempat serah terima jabatan." 

Ketentuan dari kantor mereka, harus mengajukan pengunduran diri sebulan sebelumnya jika ingin berhenti dari pekerjaan mereka.

"Saya tidak mau dengar alasan apa pun. Yang saya tahu semua berkas harus ada yang lengkap dan itu adalah tugas Nindy sekarang."

Merasa terus disalahkan oleh Billy, Nindy pun menjadi kesal. "Kalau Bapak tidak melarang orang lain membantu saya mencari dokumennya, saya tidak mungkin mengalami kesulitan."

Billy melirik melirik sekilas pada Nindy dengan acuh tak acuh. "Itu tanggung jawab kamu, tidak boleh dibebankan pada orang lain. Kamu harus berlajar bertanggung jawab dengan pekerjaan kamu sendiri."

Di bawah meja, tangan Nindy sudah terkepal. Sebelum berbicara, dia menarik napas panjang terlebih dahulu untuk meredam emosinya. "Saya cuma minta bantuan, bukan lari dari tanggung jawab, Pak," ucap Nindy dengan tegas.

Billy masih bersikap santai, meskipun Nindy mulai meninggikan suaranya. "Ini kantor, bukan rumah kamu. Kamu tidak bisa bersikap manja dan membuat aturan sendiri. Jika kamu merasa keberatan dengan aturan dan cara kerja saya, silahkan kamu keluar. "

"Bapak mau pecat saya?" Tangan Nindy semakin terkepal kuat di bawah meja, matanya pun perlahan mulai mengembun.

Pak Edwin dan Dewi nampak kebingungan. Selain itu, mereka juga nampak terkejut dengan keberanian Nindy membalas setiap ucapan Billy. Bagaimanapun, Billy adalah anak dari pemilik perusahaan, semua karyawan pasti berpikir puluhan kali jika ingin berdebat dan meninggikan suara pada Billy.

Di meja lain, Angga tampak menarik senyuman tipis ketika mendengar perdebatan Nindy dan Billy. Tiba-tiba saja dia tertarik pada sosok Nindy. Bagaimana tidak, baru kali ini dia melihat ada yang berani dengan Billy. Bahkan di kantor pusat saja, tidak ada yang berani mengeluarkan suara jika Billy sedang berbicara.

"Saya cuma memberikan saran aja. Kalau memang kamu keberatan, silahkan berikan surat pengunduran diri kamu, tapi jika kamu masih mau bertahan, saya harap kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu tanpa mengeluh."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Niluhminia Wati
nah yo nindy kesal dengan billy sampai nahan buat gk nunjukin kelemahan di depan billy sabar nindy.
goodnovel comment avatar
Nike Florest Sinaga
penasaran ,seru
goodnovel comment avatar
Dwi Astuti
Nindy semangat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Kabar Bahagia-End)

    "Menantu Anda tidak sakit, tapi dia sedang hamil," jawab Dokter wanita itu dengan senyuman tipis. "Hamil?" ulang Amara dengan wajah tercengang. "Maksud Dokter, ada calon cucu saya di perut menantu saya?" Meski dia sudah menduga kalau menantunya hamil, tapi Amara tetap terkejut ketika mendengar langsung berita baik itu dari mulut sang dokter. "Benar sekali." Nindy yang sejak tadi mendengar itu, tampak mengusap perutnya dengan lembut sambil tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia, dirinya bisa langsung hamil setelah pulang dari berbulan madu, sementara kakak iparnya belum hamil sampai sekarang. Padahal, dia sangat berharap bisa segera hamil setelah menikah. "Untuk memastikannya, silahkan langsung melakukan pemeriksaan USG dengan Dokter Obgyn." Setelah tiba di rumah sakit, Amara langsung membawa Nindy ke IGD. Sebenarnya, dia sudah curiga sejak awal kalau menantunya sedang hamil setelah putranya bercerita kalau sudah beberapa hari Nindy tidak napsu makan dan pagi tadi mengal

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Terakhir)

    "Sayang, berhenti. Jangan main-main." Billy mencoba memperingatkan Nindy sejak tadi terus memainkan jemari lentiknya di dada bidangnya. Saat ini keduanya sedang berbaring di ranjang dengan posisi Billy bertelanjang dada menghadap ke langit-langit, sementara Nindy sedang berbaring miring menghadap Billy dengan mengenakan pakaian tidur tipis dan seksi "Aku cuma mau pegang, memangnya nggak boleh?" Billy memejamkan mata sambil menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan saat merasakan tangan Nindy semakin turun ke bawah. "Boleh, tapi jangan lama-lama. Nanti kamu menyesal." Nindy mengabaikan peringatan Billy dan semakin berani meraba tubuh sang suami. "Sayang, cukup." Nindy seketika menghentikan gerakan tangannya ketika tiba di otot perut Billy. "Kamu nggak suka aku pegang badan kamu?" Sebisa mungkin Billy berkata dengan pelan agar tidak menyinggung perasaan sang istri. "Nggak, Sayang. Aku suka, tapi ini untuk kebaikan kamu. Kamu sendiri yang rugi kalau terus memancin

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Part 4)

    "Sayang, kamu berdiri di sana, nanti aku foto," tunjuk Billy pada latar bangunan berwarna putih yang memiliki kubah warna biru. Saat ini keduanya sedang berada di Thira atau lebih dikenal dengan Santorini. Thira atau Santorini adalah pulau vulkanik yang berada di antara Pulau Ios dan Anafi, Yunani. Santorini terletak di Kepulauan Cyclades sekitar 200 km dari daratan Yunani. Di pulau ini, sangat terkenal dengan sejarah gunung meletus serta keindahan bangunan-bangunan putih dan gereja berkubah biru yang berada di pinggir tebing atau di bangun di atas lereng kaldera yang berada di kota Oia. "Aku nggak mau foto sendirian, maunya sama kamu." Ketika mendengar itu, Billy tidak tahan untuk menggodanya. "Sekarang, kayaknya kamu nggak bisa jauh-jauh dari aku, maunya nempel terus. Aku pergi ke mana, selalu aja mau ikut. Kamu begitu, apa karena takut suami kamu diambil orang?" "Jangan ngeledek terus. Cepetan, ke sini atau aku nanti aku foto sama orang lain." "Jangan coba-coba atau aku lempar

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Part 3)

    "Sayang, ayo kita berenang di bawah," ajak Nindy sambil menghampiri Billy yang sedang duduk bersantai di bawah payung pantai yang berada di pinggir kolam. "Kamu duluan aja, Sayang. Nanti aku nyusul." "Aku nggak mau berenang sendirian." "Aku istirahat sebentar, ya? Aku masih capek." Bagaimana tidak capek, kemarin dia habis menggempur Nindy hingga malam, lalu dia lanjutkan lagi menjelang pagi. Setelah itu, dia menemani Nindy bermain jet ski hingga pukul 9 pagi, kemudian bermain banana boat, parasailing hingga pukul 12 siang. Setelah makan siang, mereka berjalan-jalan di sekitar pulau sampai menjelang pukul 2 siang, kemudian pulang dan berendam bersama sambil menikmati pemandangan di luar. Jika dihitung-hitung, dia hanya beristirahat selama setengah jam. "Sebentar aja Sayang nanti habis berenang kamu bisa istirahat." Nindy meraih tangan Billy dan mencoba untuk menariknya, tapi sang suami tidak bergerak sedikit pun. "Nanti aku nyusul, Sayang. Aku liatin kamu dulu dari sini." "Ya, u

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu Part 2)

    "Bagus banget pemandangannya." Mata Nindy tampak berbinar ketika melihat pemadangan bintang dari tempat tidurnya. Saat ini, dia dan Billy sedang berbaring di ranjang sambil menikmati pemandangan bintang di malam hari. Kebetulan sekali kamar mereka dilengkapi dengan atap kamar yang bisa dibuka tutup secara otomatis menggunakan tombol. "Rasanya aku pengen tinggal di sini terus." Billy yang sedang berbaring miring menghadap sang istri yang sedang tidur terlentang seketika tersenyum. "Nanti kita ke sini lagi kalau aku ada waktu." "Beneran?" tanya Nindy seketika memiringkan tubuhnya ke arah Billy. "Iya, Sayang." Nindy pun tersenyum. "Besok kita mau ke mana lagi?" Seharian ini, mereka sudah melakukan banyak hal. Snorkling, berjalan-jalan, bersepeda di sekitar resort, bermain air di pantai sampai sore hari, kemudian melakukan spa di resort tersebut. Malam harinya, mereka makan malam romantis di gedung utama resort. "Besok istirahat aja di kamar. Sorenya baru kita jalan-jalan

  • Mantan Kekasihku Menjadi Bosku   Extra Part (Bulan Madu di Soneva Jani)

    "Sayang, bangun. Ini sudah pagi."Billy sedang duduk di tepi ranjang kembali memberikan kecupan singkat di pipi sang istri yang masih terlelap sejak siang hingga 7 sore hari. Sejak tadi, dia sudah berusaha untuk membangun Nindy dengan memberikan kecupan-kecupan ringan di wajahnya, tapi sang istri tidak terpengaruh sedikit pun.Sore kemarin, mereka baru saja tiba di penginapan Soneva Jani yang terletak di pulau Medhufaru. Nindy yang kelelahan akibat perjalanan jauh langsung tertidur setelah makan malam bersama dengan Billy dan belum terbangun hingga kini. Padahal, dia bilang ingin berenang sambil melihat matahari terbit."Jam berapa ini?" tanya Nindy dengan suara serak.Akhirnya, dia membuka mata setelah dibangun selama kurang lebih 15 menit oleh Billy. Meski sudah terbangun, tapi matanya belum terbuka dengan sempurna."Jam 7 pagi, Sayang," jawab Billy lembut sambil merapihkan anak rambut sang istri yang menutupi sebagian matanya. "Kamu masih ngantuk?"Nindy menggeleng lemah. "Nggak. C

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status