Share

Bab 43: Cahaya Bukan Untukmu

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 12:25:21

Langkah Nadira memecah kerumunan yang menahan napas. Gaunnya yang sederhana berkibar pelan tertiup angin sore, seperti gelombang tenang di lautan badai.

Mata semua orang tertambat pada sosoknya, tapi Nadira seolah tuli dan buta terhadap sorot tajam maupun bisik-bisik kecil yang menghujam dari segala arah.

Tatapannya tak bergeming, hanya terpaku pada satu titik — Fayra, yang duduk di pinggiran rooftop, lututnya menekuk, rambutnya acak diterpa angin, seolah siap diterbangkan waktu.

Dengan gerakan pelan, Nadira berjongkok di hadapan wanita itu. Aura dingin yang biasa menyelimutinya meluruh, digantikan kelembutan yang nyaris tak dikenali siapa pun di sana.

Ia mengulurkan tangan, menyentuh tangan Fayra seolah menyentuh sesuatu yang rapuh. Suaranya nyaris berbisik, tapi cukup tajam menusuk kesadaran.

“Fayra, kamu bikin aku kaget saja,” katanya, bibirnya melengkung samar. “Jangan lakukan hal seperti ini lagi, ya.”

Fayr

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 44: Hujan di Hari Bahagia

    Langit Jakarta berwarna kelabu, seperti ikut berduka atas hari yang seharusnya menjadi puncak kebahagiaan.Rooftop hotel mewah di jantung Sudirman seharusnya menjadi saksi cinta yang diresmikan, bukan arena pertarungan batin dan amarah yang meledak tak terkendali.Gaun pengantin putih Naura tampak pucat ditimpa cahaya mendung, seperti tak punya semangat untuk bersinar.Ia berdiri tegang, tatapan matanya menusuk. Tuduhan yang menimpanya bukan sekadar angin lalu, bukan isapan jempol.Ada yang menjebaknya, dan ia yakin siapa pelakunya. Sejak kembali ke Jakarta, lingkaran musuhnya tak banyak.Tapi ada satu nama yang menyembul paling jelas di pikirannya: Nadira.Hari ini, Nadira tampil mencolok, dengan gaun satin merah darah dan senyum tipis seperti sengaja dipahat untuk menusuk.Auranya memancarkan kepercayaan diri yang dingin, seperti singa betina yang tahu betul siapa mangsanya.“Nadira! Kalau memang kamu punya nyali melaku

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 43: Cahaya Bukan Untukmu

    Langkah Nadira memecah kerumunan yang menahan napas. Gaunnya yang sederhana berkibar pelan tertiup angin sore, seperti gelombang tenang di lautan badai.Mata semua orang tertambat pada sosoknya, tapi Nadira seolah tuli dan buta terhadap sorot tajam maupun bisik-bisik kecil yang menghujam dari segala arah.Tatapannya tak bergeming, hanya terpaku pada satu titik — Fayra, yang duduk di pinggiran rooftop, lututnya menekuk, rambutnya acak diterpa angin, seolah siap diterbangkan waktu.Dengan gerakan pelan, Nadira berjongkok di hadapan wanita itu. Aura dingin yang biasa menyelimutinya meluruh, digantikan kelembutan yang nyaris tak dikenali siapa pun di sana.Ia mengulurkan tangan, menyentuh tangan Fayra seolah menyentuh sesuatu yang rapuh. Suaranya nyaris berbisik, tapi cukup tajam menusuk kesadaran.“Fayra, kamu bikin aku kaget saja,” katanya, bibirnya melengkung samar. “Jangan lakukan hal seperti ini lagi, ya.”Fayr

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 42: Helai Terakhir Harga Diri

    “Loh, kamu masih mau berlagak seolah kamu korban?” Suara Oman terdengar dingin, seperti embusan angin malam yang menusuk kulit.Ia merangsek naik ke panggung, menerobos barikade keamanan yang tak cukup sigap menahannya.Sepasang matanya menyorot tajam ke arah Naura, menelanjangi keanggunan gaun putihnya dengan sorot penuh ejekan.“Anoreksia itu kamu sebut kanker lambung? Aku sampai kasihan sama kamu, mikir kamu sekarat,” ujarnya, tawanya getir, menampar udara dengan kebencian yang tak lagi bisa disembunyikan.“Kamu pikir bisa nipu Mahesa dan jadi istri sahnya? Mimpi!”Tangannya mengangkat setumpuk kertas, berniat melemparkannya ke wajah Naura, tetapi Mahesa lebih cepat.Ia menepis tangan Oman dan merebut dokumen itu. Tangannya bergetar saat membuka lembar demi lembar, matanya menyisir kalimat-kalimat medis dalam berbagai bahasa asing yang kini tampak seperti kode-kode pengkhianatan.Diagnosis kanker

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 41: Jangan Buat Aku Malu

    Pelan-pelan, tubuh Naura melemas dalam pelukan Mahesa. Aroma mawar dari buket di tangannya bercampur dengan bau karpet ballroom yang hangat lembap, mengguncang perutnya.Ia menggigit bibir bawah, menahan rasa mual yang makin menggedor dari lambung. Wajahnya sedikit menoleh ke Mahesa, matanya berkaca-kaca, suara lirih mengalun dengan getir.“Mahesa... aku nggak kuat. Bisa kita percepat aja akadnya?”Suara musik orkestra lembut di latar seolah menjauh, digantikan suara detak jantung Naura yang berlomba dengan waktu.Gaun putihnya yang mengembang tampak terlalu besar untuk tubuh yang begitu ringkih pagi itu, seolah menjebak, bukan memeluk.Mahesa hanya mengangguk, tak bertanya lebih jauh. Ia menggenggam tangan Naura lebih erat, mencoba memberi ketenangan yang bahkan dirinya tak miliki.MC di panggung, mengenakan jas krem dengan dasi kupu-kupu perak, lekas menangkap sinyal urgensi itu.Dengan senyum paksa, ia mempercepat prose

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 40: Pertunjukan Sebenarnya

    Naura menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan gelombang panik yang mulai merayap dari dada ke tengkuk.Lampu-lampu gantung berkilauan di langit-langit ballroom mewah itu, tetapi tak mampu menghalau bayang-bayang yang mulai membayangi hatinya.Gaun putih panjangnya bergoyang lembut setiap kali ia mempercepat langkah, menghampiri Mahesa yang berdiri tak jauh di samping panggung.Tangannya menggenggam lengan Mahesa, dingin dan gemetar. Ia menunduk, berbisik di antara kerumunan suara tamu yang mulai resah.“Sayang, aku takut. Ini pasti ada yang menjahili kita.”Mahesa menoleh pelan. Ia tidak langsung menjawab, hanya mengusap punggung Naura dengan gerakan yang lambat, lembut, seperti mencoba meredakan badai.“Jangan takut,” katanya pelan, nada suaranya nyaris seperti gumaman, tapi cukup untuk memberi Naura dorongan yang ia butuhkan.Mengambil napas panjang, Naura melangkah kembali ke tengah panggung. Ia merebut m

  • Mantan Suami Memohon Cintaku Lagi   Bab 39: Bagian Serunya Baru Akan Dimulai

    Nadira mengunyah keripik perlahan, rasanya nyaris tawar, seperti mulutnya lupa memberi perintah pada lidah.Di hadapannya, MC berdiri di panggung yang dihiasi taburan lampu gantung kristal, suaranya mengalun tenang dan bersahaja, seperti pembuka opera yang dipelajari berulang-ulang.Irama suaranya menggulung penonton dalam kesan tenang, sebelum badai yang belum tampak benar-benar tiba.Tepuk tangan mendadak membuncah. Nadira menghentikan kunyahannya, matanya terarah tajam ke depan.Mahesa telah berdiri di tengah panggung, bagaikan aktor utama dalam pementasan drama klasik. Lampu sorot menyusuri siluetnya, memantul di jas putih bersih yang ia kenakan.Warna itu membuat garis wajahnya tampak semakin tegas, menciptakan kontras ganjil dengan ekspresi dingin yang selalu ia kenakan seperti mantel yang tak pernah ditanggalkan.Nadira tahu betul bentuk pundak itu, cara ia berdiri dengan satu kaki sedikit ke depan, seolah tak pernah benar-benar santa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status