“Syukurlah, aku masih bisa melihatmu lagi,” ujarnya memeluk tubuh Raelina erat, seolah dia akan kehilangannya jika melepaskan pelukannya.
Yosua memejamkan matanya sambil berkata lirih
“Aku takut tidak akan bisa melihatmu lagi.”
Yosua tidak melepaskan pelukannya dari Raelina dan mengabaikan lukanya yang terbuka karena pergerakannya.
Dia tidak ingat bagaimana dia bisa berada di rumah sakit.
Hal terakhir yang dia ingat adalah dia berada dalam pelukan Raelina dalam situasi hidup dan mati, kemudian Romi datang membawa pasukannya untuk menolong mereka lalu dia kehilangan kesadaran.
Saat dia sadar dia tidak melihat Raelina di mana pun. Ketakutan menghantuinya bahwa itu hanya mimpi Romi datang menyelamatkan mereka dan Raelina dibawa oleh anak buah Tuan Fred.
“Syukurlah, kamu baik-baik saja.” Yosua berkata tanpa melepaskan pelukannya dari Raelina dan memeluknya semakin erat.
Dia mengabai
“Kapten, berita buruk Fred Martens dan putrinya meninggal di sel!”Dean membeku mendengar ucapan Renaldi. Sementara ekspresi Romi berubah gelap.“Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah sel penjara Louise dan Fred dijaga dengan ketat?! Siapa yang bertugas menjaga sel Fred Martens?!” desisnya mendekati Renaldi, lalu melirik Romi cemas.Dia tahu betapa pentingnya Fred Martens bagi Romi untuk menemukan dalang dibalik tragedi yang menimpa keluarga Adella.“Aku sudah menugaskan orang untuk menjaga dengan ketat sel Fred Martens, entah bagaimana Fred Marthens bisa mati di sel penjaranya,” balas Renaldi meringis sambil menatap Romi.Ekspresi Romi sangat gelap, tanpa berkata apa pun, dia meninggalkan mereka dengan langkah cepat menuju ke sel penjara Fred Martens.Dean menatap Renaldi dengan tatapan seolah berkata semua salahmu, sebelum mengikuti Romi.Renaldi mengerutkan keningnya tidak senang dengan eksp
“Dokter, apa kamu punya penjelasan tentang ini?”Raut wajah Dokter Brian tampak kaku, sementara petugas medisnya cemas di bawah pengawasan para tentara yang curiga.Dokter Brian tidak berkata apa-apa, karena dia sebenarnya juga bingung mengapa ini terjadi. Namun dia tidak bisa membiarkan Erik dan serta yang lain dicurigai sebagai pembunuh Fred Martens.Di antara petugas medis di ruangan itu, sebagian tim relawan medis.“Dokter Brian, mengapa Anda mengatakan itu tadi, lihat sekarang mereka mencurigai kita,” kata Erik gelisah.Dokter Brian meliriknya dari ujung matanya.“Jangan gelisah, selama kami bukan pelakunya, kamu akan baik-baik saja.”Erik menganggukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa. Dia menenangkan dirinya setelah ucapan Dokter Brian.Dokter Brian kemudian menatap Romi tegas.“Kamu bisa memeriksa kami, selain dokter dari rumah sakit kami, perawat dari militer juga iku
Dalam ruang kantor, suasana tampak tegang. Romi mengetuk-ngetuk jarinya di meja kerja dengan ekspresi muram mendengar laporan anak buahnya sambil menatap layar laptop di depannya yang tengah menampilkan sebuah rekaman CCTV 24 Jam sebelum kematian Fred Martens. “Tidak ada sesuatu yang mencurigakan di dalam kamera CCTV, tidak ada yang menerobos sel Fred Martens. Kecuali pada saat pemeriksaan Fred Martens. Ada tiga orang yang memberi obat suntik pada Fred Martens pada waktu yang berdekatan. Dokter Erik dan dua petugas medis militer. Salah satu petugas militer sudah mengaku di bawah dan penyelidikan. Sebaliknya yang lain bersih,” kata salah satu tentara memberi laporan. “Katanya dia salah memasukkan dosis obat hingga menyebabkan kematian Fred Martens,” lanjutnya kemudian. Usai memberi laporan, dia menatap Romi menunggu tanggapannya. Namun Romi tidak menanggapi untuk beberapa saat. Dia tidak melepaskan layar laptop di depannya. Penjelasan prajurit itu sesu
Zenith sangat kecil dan rapuh, hingga membuat Yosua khawatir akan meremukkan bayi perempuannya jika dia memeluknya.Namun Yosua tidak bisa menahan keinginannya dan berlutut. Dia mengulurkan tangannya pada Zenith ingin memeluknya.“Sayang, ini Papa. Papa pulang."Namun gadis kecil itu malah mundur, mata besarnya berkaca-kaca sebelum dia menangis menjauhi Yosua memeluk kaki Raelina.Yosua tertegun. Dia merasakan tusukan tajam di hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat Zenith bersembunyi di belakang kaki Raelina, sambil menatap Yosua dengan takut.Dia menarik napas dan mengulurkan tangannya meraih lengan mungil Zenith sambil tersenyum.“Zenith, ayo Nak sini. Ini Papa.”Namun Zenith tidak mau, dia membuang muka memeluk erat kaki Raelina, menolak tangan Yosua.Yosua tidak ingin menyerah membujuk Zenith.“Hey, sayang. Sini sama Papa.”Mungkin karena Yosua terlihat menakutkan dan Zen
Setelah mendekatkan diri dengan putrinya, Yosua menjadi lebih dekat dengan Zenith. Dia tidak pernah melepaskan gendongannya dari putrinya. Pun dengan Zenith, dia mau turun dari gendongan ayahnya dan terus bermain dengan Yosua.Hanya setengah jam, ayah dan putri itu menjadi lengket satu sama lain membuat semua orang menggelengkan kepalanya.Raelina melirik jam tangannya melihat jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Sudah waktunya Zenith tidur.“Sudah waktunya Zenith tidur. Yosua, berikan Zenith padaku. Aku akan menidurkannya,” ujarnya pada Yosua ingin mengambil putrinya dari pangkuan Yosua.Yosua menahan tangan Raelina yang ingin mengambil Zenith dari pangkuannya, dan menatap Raelina.“Kami belum cukup bermain, beri kami waktu untuk bermain,” ujarnya lalu menatap Zenith di pangkuannya yang tengah bermain dengan boneka.“Iya ‘kan Zenith. Zenith nggak mau bobok. Masih mau main sama Papa, kan?” godanya
Raelina mengetuk pintu kamar Zeron pelan.“Zeron, ini aku.”“Masuk, Kak.”Raelina membuka pintu kamar Zeron pelan, dan melihat ke dalam kamar adik laki-lakinya. Dia menatap ke sekeliling kamar Zeron dan melihat sosok pemuda tampak tengah belajar di meja belajar.Dia memutar kursinya dan mendongak menatap Raelina.“Ada apa kak?”Raelina masuk dan menghampirinya.“Kamu sedang belajar apa?” tanyanya melihat buku catatannya penuh dengan angka matematika.“Matematika tingkat lanjut, sebentar lagi kami akan ujian,” jawab Zeron kembali menatap bukunya. Dia mengambil pulpennya dan mulai belajar.Raelina mengangguk paham.“Zeron, apa kamu sudah makan? Mari makan dulu.”“Nanti saja Kak, aku masih harus belajar,” jawab Zeron tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya. Raut wajahnya sangat serius. Dia tidak menatap Raelina lagi dan fok
Yosua tersenyum melihat adik perempuan satu-satunya, Arina memandangnya dengan ekspresi terkejut.“Arina, bagaimana kabarmu?”Tanpa berkata-kata, Arina tiba-tiba berlari dan memeluknya dengan erat.“Kak Yosua, ini benar-benar kamu?!” isaknya memeluk Yosua erat.Yosua terlihat kewalahan menerima pelukan erat Arina sementara dia masih menggendong Zenith.Raelina melihat itu, segera mengambil Zenith dari pelukan Yosua.“Kalian berbicaralah di tempat lain, ada banyak yang mengantre di sini, aku akan mengurus belanjaan,” kata Raelina tenang melihat Arina masih memeluk Yosua.Sementara itu ada banyak orang mengantre di depan kasir.Tidak baik menghalangi antrean.Raelina tidak bergabung dalam reuni Yosua dengan Arina. Lagi pula, hubungannya dengan Arina tidak begitu baik di masa lalu. Bahkan sampai sekarang mereka seperti dua orang asing.“Oh, oke Arina mari berbicara di tempat
Yosua berbalik menindih Raelina dari atas. Dia menahan tangannya di atas kepalanya.“Ayahku mendadak mendapat tugas dinas ke luar negeri. Ibuku menemaninya.”.Raelina berkedip, menghela napas lega mereka tidak jadi bertemu dengan keluarga Yosua. Dia sangat tidak ingin bertemu dengan ibu mertuanya.Dia tidak memperhatikan Yosua yang menundukkan kepalanya mengecup leher. Merasakan kepala Yosua lehernya yang sensitif, dia tidak bisa menahan suara erangannya.Yosua menatapnya dengan mata penuh gairah dan mengincar bibir mungilnya yang menggoda.“Tu-tunggu ....”Raelina langsung menahan wajah Yosua, dan mendorong dadanya dengan tangan satunya.Yosua mengerang tidak senang. Matanya menyipit menatap Raelina tidak sabar.“Apalagi,” bisiknya setengah menggeram.Raelina tersipu malu, dan mengalihkan pandangannya canggung.“Aku belum sikap gigi.”Yosua menatapnya tidak b