(Cerita mengandung unsur dewasa, bijaklah saat membaca)
18+
Kesadaran Raelina menjadi kabur. Dia tidak ingat bagaimana dia bisa berbaring kasur empuk dan tidak merasakan sehelai benang di kulit telanjangnya. Lalu tubuh yang panas menekannya dari atas.
Raelina tidak bisa berhenti mengerang merasakan kesenangan menggelitik tubuhnya saat tangan-tangannya yang kekar menyentuh kulit telanjangnya. Dia melingkarkan kakinya ke pinggang pria itu, ingin dia segera memasukinya. Dia merasakan ciumannya jatuh di bibirnya dan mengejar lidahnya.
Sebuah benda yang panas menyentuh daerah kewanitaannya, membuatnya merintih kesenangan dan memohonnya untuk memuaskannya.
Dia tersentak merasakan rasa sakit yang tajam di daerah kewanitaannya ketika sebuah benda panjang nan besar memasukinya. Raelina merintih kesakitan dan air matanya mengalir. Dia dapat merasakan lidah panas menji
Kesadaran Raelina berangsur-angsur pulih. Kelopak matanya mengerjap perlahan terbuka.Raelina menutup matanya dengan telapak tangan merasakan silau dari jendela. Dia tidak bisa menahan erangan kesakitan dengan rasa sakit di seluruh tubuhnya.Setelah beberapa saat mengumpul
Raelina mencari-cari tasnya di kamar itu untuk beberapa waktu, tetapi tidak menemukan tasnya di mana pun.Yosua keluar dari kamar mandinya dan melihat Raelina memakai kemeja hitamnya bertelanjang kaki berjalan ke sana kemari di dalam kamar.Kakinya yang jenjang nan putih sangat cantik dipandang.“Sangat cocok denganmu.”Tatapannya menyusuri dengan cabul tubuh Raelina yang memakai kemeja hitam miliknya. Tubuhnya ramping membuat kemeja itu terlihat longgar di tubuhnya.Tatapan Yosua berlama-lama di paha mulusnya yang ramping dan putih.Karena dia tinggi, kemeja itu hanya mencapai di atas pahanya, hampir memperlihatkan paha dalamnya.Raelina menyadari keberadaan Yosua dan merasakan wajahnya terbakar oleh tatapannya. Dia mencoba menarik-narik kemeja itu untuk menutupi pahanya. Ekspresinya tampak muram saat dia memelototi Yosua.
“Sudah sampai.” Mobil Yosua berhenti di depan gedung apartemen Stella.Tanpa menatap pria itu , Raelina membuka sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil hendak keluar.Tangan Yosua tiba-tiba menahannya. Raelina berbalik menatapnya tanpa ekspresi.“Kau benar-benar tidak ingin tinggal bersamaku?” Yosua bertanya, menatap langsung ke dalam mata Raelina.Raelina mengerutkan bibirnya dengan ekspresi mencibir. “Pak Rajjata, kita memang sudah tidur bersama, namun tidak berarti kita akan tinggal bersama.”“Bukankah kita masih suami istri, sudah seharusnya kita bersama.”Raelina mengatup bibirnya rapat-rapat dengan ekspresi menahan kejengkelan. Yosua terus mengatakan itu tanpa malu-malu menganggap mereka masih suami istri.Dia tidak ingin membuang napas dengan berdebat sia-sia. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia keluar dan membanting pintu mobil keras. Dia dengan gusar m
“Apa kau masih marah?” Stella bertanya dengan perasaan bersalah berjalan bersamanya menuju kantin.Mereka berdua mengambil nampan dan mengisi lauk di atas nampan.“Aku tidak tahu dia adalah mantan suamimu, dia mengaku sebagai pacarmu. Aku pikir dia orang menghabiskan malam bersamamu. Jika aku tahu, tidak mungkin aku akan membiarkannya masuk.” Stella mencoba membela diri.“Mantan suamimu terlalu tampan. Jika melihat bentuk tubuhnya aku berpikir dia adalah seorang tentara dan raut wajahnya tidak seorang penjahat. Apalagi dia mengatakan akan memasak untukmu dengan membawa barang belanjaan. Siapa pun yang melihatnya dia adalah pria baik-baik.”Raelina mendengus dan mengabaikannya. Dia membawa nampan yang sudah diisi dengan lauk lalu menuju ke meja yang berisi beberapa dokter wanita. Stella mengikutinya di belakang.
Raelina menatap pintu rumah yang tertutup rapat di depannya dengan ekspresi rumit. Dia akhirnya memiliki waktu untuk datang ke sini, rumah ibunya.Dia menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Tangannya mengetuk pintu kayu berwarna cokelat tua. Tetapi tidak ada yang menjawab.Raelina sekali mengetuk beberapa kali, sampai pintu itu akhirnya terbuka dan menampakkan wajah pria setengah baya. Wajah sangarnya agak mabuk.“Siapa!”Raelina mundur mencium bau alkohol yang menyengat dari pria itu.“Saya mencari Amira, apa dia ada?” Raelina agak kaku menyebut nama ibunya. Dia merasa tidak nyaman jika memperkenalkan diri sebagai putri dari Amira yang sudah menikah lagi dengan pria di depannya.Orang itu seharusnya ayah tirinya, kan?“Oh, putri Amira.” Pria itu menatap tubuh Raelina dari atas ke bawah, matanya tampak bersinar. Wajah galak pria itu berubah menjadi ramah.
Yosua tertegun memandang wanita yang berdiri di bawah hujan memeluk dirinya sendiri dengan gemetar. Matanya memerah dengan isak tangis lemah.“Raelina ....” Dia berjalan mendekatinya.Raelina menggelengkan kepalanya dan melangkah mundur. Dia terisak putus asa.Yosua berhenti. Setelah beberapa saat dia ragu-ragu mengulurkan tangannya pada wanita itu. “Raelina, ini aku. Aku tidak akan menyakitimu.”Raelina menatapnya kosong. Dia adalah pria yang dulu memberikan rasa aman padanya.“Tidak apa-apa ....” Yosua perlahan mendekatinya.Kali Raelina tidak menghindar. Dia hanya menatapnya saat Yosua mendekatinya. Yosua berhenti sejenak di depannya sebelum kemudian mengulurkan sebelah tangannya yang tidak memegang payung dan memeluknya dengan lembut.“Tidak apa-apa Raelina. Aku tidak akan pernah menyakitimu.&
Raelina berhenti mendorong dan menatapnya dengan ekspresi linglung, tidak bisa berpikir. Otaknya mendadak kosong.Yosua tidak melepaskan tatapannya dari Raelina, dan melanjutkan kalimatnya dengan penuh keseriusan. “Bisakah kita memulai dari awal?”Raelina menatapnya dengan untuk beberapa saat dengan linglung. Dia mengalami ledakan stres pascatrauma pelecehan ayah tirinya, dan sekarang Yosua yang tidak pernah disangkanya akan mengatakan mencintainya, membuatnya bingung.Dia mengusap wajahnya merasa tertekan. “Tinggalkan aku, aku ingin sendirian.” Dia bergumam lemah.Tetapi Yosua tidak bisa meninggalkannya dalam keadaannya yang seperti itu. Dia tidak menekan permintaannya untuk bersamanya dan biarkannya tenang untuk sementara waktu.Dia memiliki banyak waktu hingga tidak perlu terburu-buru mendapatkannya.“Tidak apa-apa, aku bisa m
Yosua merasa kehilangan ketika kehangatan tubuh Raelina meninggalkannya. Dia berbaring dengan lengan di belakang kepalanya menatap Raelina menerima telepon dengan ingin tahu.Raelina mengerutkan keningnya melihat nomor tidak dikenal meneleponnya, namun tetap mengangkatnya.“Halo ....”“Apa ini nomor telepon Raelina?” Suara seorang perempuan terdengar sopan dari seberang telepon.“Benar, ada apa ya?”“Saya menemukan nomor Anda di saku baju pasien kami. Jika Anda keluarga atau kerabat pasien bernama Zeron Astrada, silakan datang ke rumah sakit kami untuk melihat keadaan pasien.”“Apa yang terjadi padanya!”Raut wajah Raelina menegang. Dia ingat Zeron memukuli ayahnya untuk menyelamatkannya, bagaimana bisa dia yang menjadi korban?Tetapi mengingat kondisi