Share

Datuak Sani

Kokok ayam hutan yang melengking panjang menembus kelebatan hutan itu sendiri membangunkan Darna Dalun, kicau burung di pagi hari itu sama sekali tidak dipandang indah oleh Darna. Tidak pula udara pagi yang sangat segar di kawasan itu mampu mengubah raut sinis di wajah pemuda itu kini.

Ia turun dari batu besar itu, Rumada dan Daro pun baru saja terbangun. Darna mencuci wajah dan kepalanya di tepian danau.

“Apakah kau akan berkata lagi untuk kita harus mengisi perut terlebih dahulu sebelum menemui orang tua itu?”

Rumada dan Daro yang akan mendekati tepian danau saling pandang sebelum akhirnya tatapan mereka tertuju kepada Darna.

“Tidak,” sahut Rumada. “Itu tidak perlu. Kecuali kau memang mau mengisi perutmu.”

“Bagus,” sahut Darna datar saja. Ia lantas mendekati kuda yang terpaut tidak jauh dari batu besar tersebut. “Lebih cepat, lebih baik.”

“Apa yang terjadi p

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status