Share

5. Pulang (2)

Milati, Ibu Jillian terlihat lebih berkeriput dibandingkan terakhir saat mereka bertemu. Hampir dua tahun atau sejak pernikahan, Jillian tidak pernah mengunjungi ibunya. Terkadang dia merasa rindu tetapi masalah gates selalu menimbun di pikirannya. Tetapi saat ini ia ingin cuti beberapa minggu untuk keluarga, ibunya, Arina dan putri kecilnya.

“Ibu sedang apa?” ucap Jillian saat Milati datang membawa teh hangat dan beberapa kue.

“Ada pesanan dari Bu Lina, lima puluh kue lumpur untuk arisan. Jadi Aditya itu pergi menjemput kalian? Mengapa tidak bilang pada Ibu?”

Jillian hanya tersenyum.

“Adit, mengapa kamu tidak bilang menjemput Jillian? Ibu kan bisa siapkan makanan buat mereka.”

“Itu minta Jillian biar tetangga tidak ada yang tahu. Kalau tetangga tahu mungkin di sini sudah ada wali kota. Hahaha...” canda Aditya membuat tawa di ruangan.

“Apa istrimu tahu?”

“Ya, tetapi dia ada rapat ujian kenaikan kelas jadi tidak bisa mengambil cuti,” teriak Aditya dari dalam rumah.

“Ibu kira Jillian tidak akan pulang meski ada acara di Jakarta,” senyum Milati melebar.

Kemudian Jillian mulai bercerita cukup lama, sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan. Suatu perasaan terasa lepas dengan nyaman saat dia bercerita. Arina mungkin tidak mengerti tetapi dia ikut tersenyum dan tertawa bersama.

***

Siang ini ibunya dan Arina sedang memasak bersama. Arina suka memasak dan Milati memiliki usaha pemesanan makanan, pastilah mereka sangat cocok bersama meski komunikasi mereka terbatas. Aditya sedang ke rumah Bapak RW untuk memberi kabar bahwa seorang kepala WH Organization sedang ada di kampung mereka. Aditya punya rencana kecil untuk mencegah para wartawan datang. Sedangkan Jillian sedang memandang pohon buah kersen di halaman rumah, ia tebak bahwa setiap pagi ibunya selalu menyapu halaman. Kenangan masa kecil terlintas di pohon tersebut, Jillian dan teman-temannya sering memetik buah yang mirip beri itu, memancing ikan dan terkadang mencuri buah di kebun orang. Rumahnya tidak jauh berubah hanya sedikit tambahan atau penyesuaian karena keluarga baru kakaknya tinggal bersama ibunya.

“Sepertinya aku pernah melihat wajah Paman?” Seorang bocah perempuan entah dari mana bengong memandang Jillian.

Jillian tersenyum kecil pada keponakannya yang baru pulang sekolah.

“Nenekkk... Ada paman hunter...”teriaknya sambil berlari ke dalam rumah. Tak lama kemudian bocah itu kembali.

“Paman sedang apa?”

“Pulang.”

“Tapi rumah paman kan di Amerika.”

“London, Inggris. Tapi ini juga rumah Paman,” Jillian mengacak-acak poni gadis kecil itu.

Lalla, anak dari Aditya dan Villia, sangat mengagumi Jillian. Ia menjejali pamannya dengan berbagai pertanyaan tentang hunter, gates, elf, atau kekuatan hunternya. Jillian pun dengan senang hati menjawab pertanyaan Lalla dengan cerita yang menakjubkan. Kecuali pada bagian cerita elf ia menambahkan sedikit bumbu yang menjelekkan.

Tak lama makan siang pun siap dengan makanan khas rumah yang sudah lama tidak Jillian makan. Nasi hangat, ikan goreng, sup sayur, rolade dan gorengan. Mereka makan bersama kecuali Villia yang belum pulang bekerja. Sedangkan Mulan sedang tidur siang sehingga Arina bisa makan siang tanpa saling berebut.

“Bagaimana Arina, apakah kamu suka masakan Indonesia?” tanya Milati.

“Aku suka. Ini mirip kakiage di Jepang.” Arina menunjuk piring penuh bakwan goreng.

“Jillian kamu juga makan yang banyak. Kamu terlihat berubah. Sedikit kurus. Apa kamu tidak membawa bekal yang cukup ketika masuk ke gates.”

“Aku makan daging monster,” canda Jillian.

Tapi tak lama suara teriakan bocah laki-laki memanggil dan menghentikan tawa mereka, “Lalla... Lalla...”

“Itu Rafa.” Lalla buru-buru menelan suapan terakhirnya.

“Jangan pulang terlalu sore. Kamu harus menyelesaikan PR sebelum malam.” Aditya mengingatkan putrinya dengan tegas.

***

Hari semakin sore, Mulan yang baru saja bangun diajak untuk melihat koleksi burung milik Aditya dengan disuapi bubur bayi. Arina sudah menduga bahwa Mulan akan tertarik sama seperti melihat ikan. Sedangkan suaminya sedang mengambil piring untuk menaruh hasil memanen buah kersen.

“Permisi. Apakah Lalla dan Rafa ada di dalam?” sapa seorang wanita yang tidak dikenal.

“I’m sorry,” Arina  tidak mengerti ucapan wanita tersebut.

“Saya ibunya Rafa, apakah kamu tamunya Bu Milati?” Wanita itu terlihat seumur dengan  Arina dan dia sedang melepas helm motor.

Arina bingung untuk menjawab.

“Bukan. Dia istriku,” jawab Jillian di ambang pintu.

“Jillian?” Wanita itu kaget saat melihat Jillian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status