Share

5. Pulang (2)

Author: Jinada
last update Huling Na-update: 2021-09-02 07:55:36

Milati, Ibu Jillian terlihat lebih berkeriput dibandingkan terakhir saat mereka bertemu. Hampir dua tahun atau sejak pernikahan, Jillian tidak pernah mengunjungi ibunya. Terkadang dia merasa rindu tetapi masalah gates selalu menimbun di pikirannya. Tetapi saat ini ia ingin cuti beberapa minggu untuk keluarga, ibunya, Arina dan putri kecilnya.

“Ibu sedang apa?” ucap Jillian saat Milati datang membawa teh hangat dan beberapa kue.

“Ada pesanan dari Bu Lina, lima puluh kue lumpur untuk arisan. Jadi Aditya itu pergi menjemput kalian? Mengapa tidak bilang pada Ibu?”

Jillian hanya tersenyum.

“Adit, mengapa kamu tidak bilang menjemput Jillian? Ibu kan bisa siapkan makanan buat mereka.”

“Itu minta Jillian biar tetangga tidak ada yang tahu. Kalau tetangga tahu mungkin di sini sudah ada wali kota. Hahaha...” canda Aditya membuat tawa di ruangan.

“Apa istrimu tahu?”

“Ya, tetapi dia ada rapat ujian kenaikan kelas jadi tidak bisa mengambil cuti,” teriak Aditya dari dalam rumah.

“Ibu kira Jillian tidak akan pulang meski ada acara di Jakarta,” senyum Milati melebar.

Kemudian Jillian mulai bercerita cukup lama, sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan. Suatu perasaan terasa lepas dengan nyaman saat dia bercerita. Arina mungkin tidak mengerti tetapi dia ikut tersenyum dan tertawa bersama.

***

Siang ini ibunya dan Arina sedang memasak bersama. Arina suka memasak dan Milati memiliki usaha pemesanan makanan, pastilah mereka sangat cocok bersama meski komunikasi mereka terbatas. Aditya sedang ke rumah Bapak RW untuk memberi kabar bahwa seorang kepala WH Organization sedang ada di kampung mereka. Aditya punya rencana kecil untuk mencegah para wartawan datang. Sedangkan Jillian sedang memandang pohon buah kersen di halaman rumah, ia tebak bahwa setiap pagi ibunya selalu menyapu halaman. Kenangan masa kecil terlintas di pohon tersebut, Jillian dan teman-temannya sering memetik buah yang mirip beri itu, memancing ikan dan terkadang mencuri buah di kebun orang. Rumahnya tidak jauh berubah hanya sedikit tambahan atau penyesuaian karena keluarga baru kakaknya tinggal bersama ibunya.

“Sepertinya aku pernah melihat wajah Paman?” Seorang bocah perempuan entah dari mana bengong memandang Jillian.

Jillian tersenyum kecil pada keponakannya yang baru pulang sekolah.

“Nenekkk... Ada paman hunter...”teriaknya sambil berlari ke dalam rumah. Tak lama kemudian bocah itu kembali.

“Paman sedang apa?”

“Pulang.”

“Tapi rumah paman kan di Amerika.”

“London, Inggris. Tapi ini juga rumah Paman,” Jillian mengacak-acak poni gadis kecil itu.

Lalla, anak dari Aditya dan Villia, sangat mengagumi Jillian. Ia menjejali pamannya dengan berbagai pertanyaan tentang hunter, gates, elf, atau kekuatan hunternya. Jillian pun dengan senang hati menjawab pertanyaan Lalla dengan cerita yang menakjubkan. Kecuali pada bagian cerita elf ia menambahkan sedikit bumbu yang menjelekkan.

Tak lama makan siang pun siap dengan makanan khas rumah yang sudah lama tidak Jillian makan. Nasi hangat, ikan goreng, sup sayur, rolade dan gorengan. Mereka makan bersama kecuali Villia yang belum pulang bekerja. Sedangkan Mulan sedang tidur siang sehingga Arina bisa makan siang tanpa saling berebut.

“Bagaimana Arina, apakah kamu suka masakan Indonesia?” tanya Milati.

“Aku suka. Ini mirip kakiage di Jepang.” Arina menunjuk piring penuh bakwan goreng.

“Jillian kamu juga makan yang banyak. Kamu terlihat berubah. Sedikit kurus. Apa kamu tidak membawa bekal yang cukup ketika masuk ke gates.”

“Aku makan daging monster,” canda Jillian.

Tapi tak lama suara teriakan bocah laki-laki memanggil dan menghentikan tawa mereka, “Lalla... Lalla...”

“Itu Rafa.” Lalla buru-buru menelan suapan terakhirnya.

“Jangan pulang terlalu sore. Kamu harus menyelesaikan PR sebelum malam.” Aditya mengingatkan putrinya dengan tegas.

***

Hari semakin sore, Mulan yang baru saja bangun diajak untuk melihat koleksi burung milik Aditya dengan disuapi bubur bayi. Arina sudah menduga bahwa Mulan akan tertarik sama seperti melihat ikan. Sedangkan suaminya sedang mengambil piring untuk menaruh hasil memanen buah kersen.

“Permisi. Apakah Lalla dan Rafa ada di dalam?” sapa seorang wanita yang tidak dikenal.

“I’m sorry,” Arina  tidak mengerti ucapan wanita tersebut.

“Saya ibunya Rafa, apakah kamu tamunya Bu Milati?” Wanita itu terlihat seumur dengan  Arina dan dia sedang melepas helm motor.

Arina bingung untuk menjawab.

“Bukan. Dia istriku,” jawab Jillian di ambang pintu.

“Jillian?” Wanita itu kaget saat melihat Jillian.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Manusia Penakluk Dunia   137. Arina: Terserah >.<

    “Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,

  • Manusia Penakluk Dunia   136. Seperti di Australia

    William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me

  • Manusia Penakluk Dunia   135. Pidato Terakhir Presiden Rusia

    Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora

  • Manusia Penakluk Dunia   134. Garis Depan Pertahanan

    Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”“B-bisakah kita menang atau mun

  • Manusia Penakluk Dunia   133. Hunter Tingkat S Gugur

    Suara mesin truk di jalan yang kasar membangunkan Anatasia. Bintang di langit malam tampak bergerak dan begitu indah. Langit tampak cerah meski malam masih gelap gulita. Ia mencoba bangkit, tapi kepalanya terasa pening dan badannya terasa remuk.‘Apa yang terjadi?’“S-seorang.” Bibir Anatasia terasa berat untuk berkata-kata.“Dia bangun. Kau baik-baik saja?” Suara seseorang menjawab. Anatasia mengenali suara dan wajah yang kemudian mendekat itu. Dia adalah Nestikov si hunter beastmaster.“Apa yang terjadi?”“Kamu pingsan, Nona Anatasia,” jawab Nestikov.“Di mana yang lain?” Anatasia mencoba bangkit tapi seluruh tubuhnya terasa kaku.Nestikov menjawab dengan raut wajah penuh kesedihan. “Kami semua mundur sesuai perintahmu. Ledakkan itu... menewaskan Pavel dan Grigory.”Perasaan Anatasia terasa tertusuk sangat dalam. Ia tak menyangka telah k

  • Manusia Penakluk Dunia   132. Situasi Memburuk

    Mobil kembali melaju dengan kencang. Satu per satu monster babau mulai datang, dengan sigap Anatasia dan lainnya mengalahkan monster setengah kelelawar itu. Mereka belum terlihat kewalahan, akan tetapi gerak mobil tiba-tiba berkelok-kelok, dan Pytor diserang seekor monster babau tanpa bisa melawan.“Pytor!” teriak Anatasia.“Tolong aku!” Tubuh Pytor hampir tertarik keluar, genggamannya di setir telah terlepas. Dengan cepat, Anatasia menembakkan anak panahnya dan mengenai monster babau yang mencoba menarik tubuh Pytor.Brug! Mobil menabrak sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Anatasia dan lainnya terpental dari mobil, sedangkan Pytor jatuh berguling sendirian. Pening dirasakan oleh Anatasia, tapi ia mencoba langsung bangkit.Zagoskin dan Nestikov tampak baik-baik saja, mereka berdua telah bangkit dan menghadapi monster-monster babau yang berdatangan. Sedangkan Pavel Prikodov, Grigory Lesky, dan Zhelesky mulai bangkit. Mereka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status