Satu minggu telah berlalu, selama satu minggu itu pula Zayn yang selalu uring-uringan sendiri mengahadapi sikap Zaline yang begitu acuh padanya, namun ia tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan jika Zeline berhasil membuatnya gelisah.
Zayn merasa gelisah dengan cara berpakaian Zeline yang suka sekali menggunakan hot pants di rumah, seolah sengaja memerkan paha dan kaki jenjangnya. Ingin sekali Zayn melayangkan protesnya, namun ia tidak ingin termakan ucapannya sendiri yang pernah mengatakan tidak akan tergoda pada Zeline sakalipun Zeline telanjang di depannya.
'Sial, lagi-lagi dia menguji imanku. Kenapa aku mudah sekali terpancing saat melihatnya, selama ini bahkan hampir setiap saat aku melihat wanita berpenampilan sexy, namun tak pernah sekalipun aku merasa tergoda kecuali dulu saat bersama Sella, itu pun juga tidak gampang untukku tergoda!' batin Zayn mengalihkan pandanganya dari Zeline, yang baru saja melewatinya setelah keluar dari dapur membawa sepiring makan
Zayan yang berada di kantornya tersenyum menyeringai setelah mendengar penuturan Arya yang mengatakan jika wanita yang di nantikan olehnya telah muncul dari persembunyiannya. Zayn sangat yakin jika dalam waktu dekat wanita tersebut akan datang menemuinya dan memohon untuk kembali padanya. "Akhirnya kamu akan masuk kedalam permainanku!" gumam Zayn. Di tengah lamunannya membayangkan Sella, sosok wanita yang sudah dua minggu ini tinggal bersamanya tiba-tiba muncul ke dalam pikirannya. Sikap acuh Zeline, mampu membuat Zayn penasaran akan sosoknya. Zeline selalu bersikap apa adanya, namun dimata Zayn ntah mengapa semua hal yang dilakukan Zeline selalu terlihat anggun mempesona. Zayn kembali teringat saat beberapa hari yang lalu dimana mereka makan bersama untuk pertama kalinya, mengingat rasa masakan Zeline membuat perut Zayn bernyanyi. Ia tiba-tiba merasa lapar hanya dengan mengingat masakan Zeline. "Aku tidak menyangka wanita sepertinya ternyata
Zayn tiba dirumah tak mendapati siapapun di kediamannya, ia merutuki dirinya sendiri yang memilih pulang ingin makan siang dengan masakan Zeline, namun dengan dalih untuk membersihkan noda di tubuhnya akibat kehadiran Sella.Langkah kakinya yang baru saja masuk kedalam rumah membawanya menuju kamar Zeline yang berada di lantai satu sudut ruangan tersebut."Ze! Kamu di dalam?" tanya Zayn coba memastikan terlebih dahulu.Saat tak mendapat jawaban dari pemilik kamar tersebut, Zayn perlahan memutar knop pintu yang ternyata tidak terkunci itu."Ze?" ucap Zayn lagi berharap Zeline tak menjawab, sebab ia berada di dalam kamar mandi, namun tetap saja ia tak mendapati suara apapun dari kamar mandi. Zayn melanjutkan langkahnya untuk masuk kedalam kamar yang ditempati Zeline.Wangi tubuh Zeline menguar ke udara saat ia masuk kedalam sana, ntah mengapa dapat membuat Zayn merasa rileks seolah wangi Zeline seperti wewangian aroma terapi."Banyak kam
Keadaan menjadi sangat canggung antara Zayn dan Zeline setelah apa yang terjadi satu jam sebelumnya.Baik Zeline ataupun Zayn sama-sama menyembunyikan diri mereka di kamar masing-masing, sebab malu untuk menampakkan diri mereka satu sama lain."Sial, bagaimana ini? Ah... Malunya aku!" gumam Zeline memutar tubuhnya ke kanan ke kiri di atas kasur menenggelamkan wajahnya di bantal, hanya itulah yang ia lakukan sedari tadi setelah selesai mandi. Ia tak henti-hentinya mengingat apa yang sudah terjadi, untuk pertama kali dalam hidupnya seseorang melihatnya terbuka seperti itu."Aduh perut, kenapa nggak bisa di ajak berteman sih?" ucapnya lagi saat merasa penghuni perutnya mulai melantunkan lagu minta makan.Zeline kembali merutuki dirinya sendiri yang tadi hanya makan sedikit saat menemani si kembar, alhasil sekarang ia kembali merasa lapar.Setelah berpikir sejenak, Zeline akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamar dan akan 
Sore ini, Zeline disibukkan dengan membuat kue putu ayu. Makanan sederhana yang ia tau menjadi kesukaan kakek dan nenek Zayn dan akan dibawanya sebagai buah tangan saat ke mengunjungi mereka.Zeline yang masih berkutat di dapur sama sekali tidak menyadari keberadaan Zayn yang sudah berdiri, bersandar di tembok memperhatikan Zeline. Ia berulang kali menelan salivanya melihat keringat yang dengan leluasa bisa mengalir di leher jenjang Zeline, pemandangan yang begitu seksi dan begitu menyenangkan untuk ia lihat. Tanpa Zayn sadari, keberadaan Zeline membuat hari-harinya kembali berwarna, ia yang jarang terlihat tersenyum sekarang justru lebih sering tertawa, dan tersenyum meski hanya mengingat Zeline."Sudah puas memandangiku? Aku cantik, bukan?" ucap Zeline tanpa menatap Zayn yang masih tersenyum menatapnya.Zayn merasa malu saat tertangkap basah telah memperhatikan Zeline, namun Zayn tetaplah Zayn, dia mampu menguasai dirinya sendiri untuk bersikap datar. Ta
Selesai dengan acara makan malam. Zeline dan Zayn saat ini sudah berada di kamar yang biasanya di tempati oleh Zayn di kediaman kakek dan neneknya. Baik Zayn maupun Zeline sama-sama terdiam memperhatikan tiap sudut kamar dengan jalan pikiran mereka masing-masing. 'Di mana sofa? kenapa Sofa di sini tiba-tiba menghilang?' batin Zayn mencari letak sofa yang biasa ada di kamarnya. 'Astaga, bagaimana ini? Aku tidak mungkin tidur bersamanya, kenapa di kamar seluas ini tidak ada sofa ataupun ambal yang di gelar di lantai. Jika ada sofa atau ambal, paling tidak aku bisa tidur disana? Kalau begini, lalu aku harus tidur dimana?' batin Zeline merasa bingung. "Zayn, Zeline!" ucap keduanya bersamaan. "Ada apa?" tanya Zeline menatap Zayn. "Malam ini kita terpaksa berbagi kamar, kamu tidak perlu takut, percayalah aku tidak akan menyentuhmu, kita hanya perlu bertahan hingga besok menjelang kita pulang," ucap Zayn yang mengerti kebingungan yang terliha
Cahaya sinar matahari yang masuk menerangi bumi, menyilaukan mata bagi hampir setiap penghuninya. Sama halnya seperti Zayn saat ini.Ia yang lebih dulu terbangun dari tidurnya merasa keram pada tangannya, matanya menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya, namun sesaat kemudian senyum yang begitu merekah hadir di bibirnya melihat sosok yang berada dalam dekapannya.Ntah bagaimana bermula, yang jelas saat ini Zeline tidur dengan menjadikan lengannya sebagai bantal, dan memeluk tubuhnya. Zayn merasa begitu bahagia dan tidak menyangka jika hal kecil yang sederhana seperti saat ini, akan menimbulkan rasa bahagia yang membuncah di hatinya.Zayn menjangkau handphonenya yang berada di atas nakas dengan tangan kirinya, lalu mengabadikan momen langkah tersebut. Mengambil gambar dimana mereka tidur bersama dengan Zeline yang berada di dalam pelukannya.Setelah mendapatkan gambar yang bagus, Zayn meletakkan kembali phonselnya, lalu menatap dalam ke wajah ca
Arya yang tengah sibuk dengan pekerjaannya mendadak di buat kesal saat melihat sosok wanita yang baru saja keluar dari Lift dan berjalan menuju ke arahnya, bukan menuju ke arahnya, namun hanya akan melewatinya karena tujuan wanita itu yang sesungguhnya adalah ruangan Zayn yang berada di sana."Zayn, ada?" tanyanya santai dengan berlagak anggun menjinjing tas di tangannya."Tidak menjawab itu artinya dia ada di dalam!" ucapnya lagi melewati Arya yang mendengus kesal melihatnya.Jika saja ini semua bukanlah rencana Zayn, jika semua ini murni keinginan Zayn untuk kembali pada wanita itu, maka Arya akan menjadi orang pertama yang menentanganya."Aku sangat membenci wanita licik ini!. Rasanya aku sangat ini membuangnya ke kolam buaya," gumam Arya menatap jengah pada Sella, seraya mengambil phonselnya untuk menghubungi seseorang, melaporkan apa yang terjadi.Tok... Tok... Tok..."Masuk!" ucap Zayn kencang dari dalam sana sembari menarik kembali se
Tepat pukul tujuh malam. Zeline yang telah siap untuk pergi, menatap kembali pantulan dirinya di cermin, memastikan jika penampilannya sudah oke. Setelah sekian tahun tidak berjumpa dengan teman serta kakak tingkatnya saat sekolah, tentu saja Zeline ingin tampil lebih baik dari sebelumnya.Zeline keluar dari kamarnya menjinjing tas kecil berwarna hitam senada dengan dress yang di gunakannya, dengan sebelah tanganya lagi membawa sebuah paper bag berisi kado yang akan ia berikan pada si pemilik acara nanti."Zeline!" Suara Zayn menghentikan langkah Zeline yang baru saja akan membuka pintu."Iya, ada apa?" tanya Zeline santai memutar tubuhnya menatap Zayn.Zayn menatap kagum sekaligus kesal melihat penampilan Zeline. Wanita yang ada di depannya itu menggunakan dress hitam ketat yang menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang mempunyai lekuk tubuh yang sungguh menggoda iman setiap pria yang menatapnya.Dress sepanjang lutut itu s