Bohong jika mengatakan kalau Zayn tidak merasa terganggu dengan ucapan Arya yang mengatakan bagaimana jika Zeline meninggalkannya?
Namun Zayn tetaplah Zayn, dia selalu meninggikan ego dan gengsinya, Zayn merasa yakin jika Zeline tidak akan meninggalkannya.Begitupun dengan kemarahan Zeline hari ini ia anggap enteng, ia berpikir jika Zeline pasti hanya akan marah sebentar dan akan segera baikan karena Zeline membutuhkan dirinya untuk kelangsungan hidup keluarganya. Tanpa Zayn sadari jika sesuatu yang sering dianggap remeh itulah yang sering membuat seseorang gagal dan kecewa dalam hidupnya.Zeline sama sekali bukan seorang wanita seperti ia pikirkan, ia salah besar jika berpikir Zeline akan semudah itu membiarkan harga dirinya di rendahkan.
Jika Zeline wanita yang serakah, yang lebih mementingkan uang di atas segalanya, mungkin ia, jika Zeline akan bertahan. Tapi, di sini Zeline berbeda, dan yang berbeda darinya lah yang harusnya Zayn sadari sebelum terlambat."Ma, aku ingin berpisah dengan Zayn!" ucap Zeline yang begitu mengejutkan mamanya.Arini membeku setelah mendengar ucapan Zeline yang begitu mengejutkannya, pernikahan putrinya masih sangat baru, bahkan bau wangi pernikahan masih begitu tercium, namun sekarang putrinya mengatakan ingin berpisah."Ma, aku serius dengan ucapanku. Aku ingin berpisah dengan Zayn!" ulang Zeline untuk kedua kalinya, sembari menggenggam tangan Arini."Ze, apa yang kamu katakan? Pernikahan kalian masih sangat baru," ujar Arini pada putrinya. "Apa alasanmu ingin berpisah dengannya? Pernikahan bukanlah sebuah mainan yang bisa kamu lepas jika kamu merasa bosan, Ze! Cobalah berpikir dewasa sebelum berkata dan bertindak!" sambung Arini tegas. Sebagai orang tua, pastinya ia tidak ingin mendengar kalimat seperti itu dari putrinya.Mendengar ketegasan dari nada bicara mamanya membuat Zeline merasa takut, ia dengan cepat duduk di lantai, bersimpuh di depan mamanya."Maafkan ak
Esok harinya, seperti yang sudah di katakan oleh Arini jika dia yang akan menjalankan rencananya, benar adanya.Setelah sore kemarin dia mendatangi kediaman kakek dan nenek Zayn. Pagi ini, dia datang ke kediaman Zayn. Rumah yang ia tahu di tempati oleh putrinya setelah menikah.Arini berulang kali menekan bel, namun belum juga ada yang membukakan pintu untuknya, ia tak merasa heran karena ia tau jika di sana tidak ada pelayan yang tinggal di sana sebab pelayan hanya akan datang dan pergi setelah pekerjaan selesai.Beberapa saat kemudian, pintu rumah di buka oleh seorang wanita yang menggunakan dress seksi, siapa lagi jika bukan Sella. Arini yang sudah mengetahui dari Zeline jika Zyan membawa kekasihnya tinggal di sana tak terkejut melihatnya, ia justru menatap sinis pada wanita yang sekarang melihatnya dengan tatapan menilai, dari ujung kaki sampai ujung kepala."Cari siapa?" tanya Sella angkuh menatap Arini."Saya mencari Zayn!" Arini menjawab
Zayn masih terdiam membeku di tempatnya, setelah Arini pergi membawa dua koper besar milik Zeline. Langkah kakinya perlahan bergerak menuju kamar Zeline. Ia masuk ke dalam kamar yang selama ini di tempati oleh wanita yang berstatuskan sebagai istrinya. Matanya berputar menatap kesana-kemari mencari sisa-sisa keberadaan Zeline di sana, namun tak menemukan apapun. Bahkan, peralatan mandi Zeline tak ada lagi di dalam kamar mandi. Hanya wangi tubuh Zeline yang masih tercium di dalam kamar tersebut. Zayn membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang sebelumnya di tempati oleh Zeline, menghirup wangi sampo Zeline yang menempel di atas bantal. Dadanya terasa amat sesak, hatinya merasa pilu melihat keadaan kamar yang kehilangan pemiliknya, sudah kosong sekosong hatinya yang merasa hampa tanpa kehadiran Zeline. "Arya, aku harus meminta bantuan Arya. Dia selalu bisa di andalkan, Zeline harus tetap menjadi milikku sampai aku sendiri yang tidak menginginkannya l
Zeline merasa semakin bersedih di hatinya saat melihat Mamanya pulang dengan membawa semua barang-barang miliknya. Hatinya merasa sedih, namun sebisa mungkin Zeline akan bersikap tegar di depan keluarganya terutama mamanya. "Ma, biar aku aja yang bawa naik," sambut Zeline pada mamanya yang menggeret kedua koper besar miliknya. "Di saat kamu tidak ada, bukanya dia berusaha mencarimu, tapi dia justru tengah santai berdua dengan kekasihnya itu, mungkin benar yang kamu katakan jika dia mencintai wanita itu," ucap Arini pada Zeline sembari melangkah ke dapur mengambil air dingin untuk minum. 'Iya Mah, mereka bahkan berencana untuk menikah,' batin Zeline. "Ze, jangan nyalakan ponselmu. Jangan coba menghubunginya, jadilah wanita yang tegas yang berpendirian teguh, dan jangan mau di tindas. Dia suami mu dan dia adalah hak mu, tapi sebagai wanita jangan mau di tindas. Biarkan dia merasakan arti kehilangan dirimu, biarkan dia menyadari jika memang dia punya per
Sinar matahari yang menerobos masuk ke dalam celah jendela menyilaukam Zeline yang mulai terusik dan terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya, masih dengan mata yang tertutup."Selamat pagi, Ze. Ayo mulai hari baru yang lebih baik lagi, lupakan apa yang harus di lupakan," ucapnya pada diri sendiri sembari tersenyum menyambut hari yang cerah, berharap hatinya bisa secerah harinya.Menggantikan Mamanya di toko sudah menjadi pilihan Zeline, sudah waktunya Mamanya berhenti bekerja. Tabungan yang ia miliki, toko yang sudah menjadi milik mereka sendiri, Zeline anggap sudah cukup untuk modalnya menghidupi keluarga. Selain di ringankan karena tidak lagi membayar sewa toko, Zeline juga mempunyai cukup tabungan untuk membuat usaha Mamanya semakin maju.Zeline tersenyum senduh saat bangkit dari tempat tidur melihat bercak darah ada di tempat tidurnya. Di satu sisi ia merasa senang saat benih Zayn tak tertinggal di tubuhnya, namun di satu sisi lagi d
"Sayang bangun!" ucap Sella dengan lembut membangunkan Zayn yang baru saja terlelap beberapa jam yang lalu. Zayn tak bisa tidur sejak Zeline keluar dari rumahnya, ingatanya tentang Zeline selalu saja muncul setiap saat setiap waktu, di benaknya.Zayn mengerjapkan matanya dengan malas saat merasa tidurnya terganggu."Hoam...." Gerakan Zayn menguap sambil menutupi mulutnya lalu meregangkan otot-otot tubuhnya."Kenapa kamu ada di kamarku?" tanyanya terdengar kesal saat matanya terbuka lebar melihat keberadaan Sella di kamarnya."Aku harus membiasakan diri, bukankah lambat laun kamu akan menikahi, dan aku akan menjadi istrimu?" ucap Sella mengingatkan kembali Zayn pada rencananya."Air mandinya sudah aku siapin, baju kerja juga sudah. Aku turun dulu menyiapkan sarapan untuk kita ya." ucap Sella yang hanya dibalas anggukan oleh Zayn yang sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi.Jika saja bukan karena niatnya yang ingin segera menyelesaikan
"Bersabarlah sebentar lagi, sayang. Semuanya akan segera berakhir," jawab Zayn atas permintaan Sella, membuat Sella yang mendengar begitu bahagia, tanpa ia tau maksud sebenarnya dari ucapan yang Zayn ucapkan."Aku harus ke kantor, ada rapat pagi ini," ucap Zayn melepaskan pelukan Sella lalu melangkah pergi dari sana.Zayn masuk ke dalam mobilnya, menghidupkan mesin mobilnya lalu melesat pergi dari sana, bukan menuju kantor, Zayn justru menuju kediaman Zeline dengan menggunakan salah satu mobilnya yang sangat jarang ia gunakan agar tak membuat siapapun menyadari keberadaannya.Satu jam kemudian, Zayn tiba di tujuan. Dahi Zayn mengerut saat tak melihat mobil berwarna merah yang ia belikan khusus untuk Zeline terparkir di depan rumah Zeline. Jika Zeline berada di sana, harusnya mobil Zeline juga ada di sana, tapi nyatanya tidak. Hanya ada mobil lama orang tua Zeline yang terparkir di depan rumah Zeline."Kemana dia? Apa mungkin di toko?" gumam Zayn, yang bar
"Kak, aku permisi ke toilet!" pamit Zeline tiba-tiba pada Vero yang tengah asik mengajaknya berbicara. "Ada apa dengan Zeline?" gumam Vero merasa bingung melihat sikap Zeline yang tiba-tiba berubah. Di dalam kamar mandi, Zeline memegang dadanya yang terasa sesak, jantungnya berdegup tak menentu. Meskipun tak tau apa yang di bicarakan Zayn dan Mamanya, namun Zeline menyadari keberadaan Zayn di luar sana beberapa saat yang lalu. Sekeras apapun Zeline berusaha untuk melupakan Zayn, namun tetap saja ia tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia juga merindukan Zayn. Merindukan sosok yang masih sah menyandang status sebagai suaminya. "Kenapa kamu datang, Zayn? Kenapa kamu datang jika di hatimu ada wanita itu?" gumam Zeline meneteskan air matanya, namun hanya sesaat karena ia segera menghapusnya. "Tidak Ze, sesulit apapun itu, kamu harus belajar melupakannya, dia tidak mencintaimu, dia hanya menggunakanmu untuk sebuah rencananya," gumam Zeline lagi me