Share

Hari Pertunangan

Author: Al_lucard
last update Last Updated: 2021-09-15 05:11:31

                                                               Hari Pertunangan

Seorang pemuda berperawakan tinggi tegap turun dari lamborgininya. Sepatu pantofel mewahnya berjalan di atas karpet merah, semua orang kini menyambutnya dengan hormat. Ia memasuki sebuah gedung di mana pesta pertunangannya malam ini akan berlangsung.

Efram menyapa beberapa tamu yang merupakan rekan kerja ayahnya di aula. Atas kejadian di halaman rumahanya siang tadi, Efram telah meminta ibunya untuk berangkat bersama Jessie—calon tunangannya itu dari rumahnya. Efram tak menceritakan ini kepada siapa pun, bahkan ia memerintahkan sopirnya untuk menutup mulutnya tentang kejadian di halaman rumahnya siang tadi.

Efram pamit dan meminta maaf kepada para tamunya ketika Erland—sang adik memanggilnya untuk berbincang dengannya.

“Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Efram pada Erland.

“Kenapa kau datang sendiri? Di mana ibu?” Erland bertanya karena seharusnya ibu mereka datang bersama kakaknya saat ia telah selesai menyiapkan seluruh persiapan pesta malam ini.

Efram menatap ke sekeliling. Memastikan bahwa hanya ia dan adiknya yang hanya mendengar percakapan mereka. “Dengar. Aku merasa pesta pertunanganku tidak bisa berjalan dengan lancar begitu saja. Jadi, aku perlu merubah beberapa rencana kita.”

Erland mengerutkan kening. “Maksudmu?”

Sekali lagi, Efram memastikan keadaan sekeliling. Pemuda itu memijat pelipisnya pelan. “Kau pasti tidak akan percaya mendengar ini. Siang ini, saat aku baru saja turun dari mobil usai mengantar Jessie, Paman Zen tiba-tiba menghampiriku dengan ekspresi terluka pada wajahnya. Dia bersikap seolah-olah ingin membuatku membatalkan pertunanganku dengan Jessie.”

Mulut Erland terbuka karena tak percaya dengan apa yang didengarnya.

“Dia mengatakan, bahwa putri kesayangannya itu, Lyra, dia mencintaiku.”

“Apa? Lyra, sahabatmu sendiri? Bagaimana itu bisa?” tanya Erland. Masih tak percaya.

Efram mengembuskan napas dengan kasar. “Aku tidak tahu. Memikirkan itu membuat kepalaku menjadi sakit.”

“Lalu, apa hubungannya dengan ibu? Di mana dia?”

“Itu dia. Aku merubah rencana kita yang semula ibu datang ke sini bersamaku, tetapi siang tadi aku memintanya untuk berangkat dari rumah Jessie bersama dengannya—”

“Kenapa kau memintanya berangkat dengan Jessie?” potong Erland tiba-tiba membuat Efram memandangnya dengan heran. Ada perubahan pada nada bicaranya. Terdengar sedikit lebih lantang.

“Memangnya kenapa?” tanya Efram saat Erland terlihat seperti sedang menyadari sesuatu.

“Aku merasa bahwa Paman Zen bisa melakukan apa saja untuk kebahagiaan Lyra, sehingga aku berpikir, bisa saja dia beralih pada Jessie dan menghasutnya untuk membatalkan pertunangan kami. Jadi, untuk mennghalau semuanya, aku meminta ibu untuk berangkat bersama Jessie.”

Selain khawatir terhadap ancaman gagalnya pertunangan mereka, Erland meminta ibunya berangkat dengan Jessie karena gadis itu tidak bersama dengan orang tuanya. Orang tua Jessie yang berada di luar negeri, hari ini akan tiba di bandara dan langsung menuju gedung pertunangan mereka.

Kedua orang tua Jessie sudah menitipkan Jessie pada pelayan-pelayan di rumahnya, gadis itu tidak akan tampil mengecewakan. Karena pelayan-pelayan Jessie merupakan pelayan terbaik yang juga sudah seperti keluarga yang mengasuh Jessie sejak dia kecil.

Erland mengusap wajahnya kasar mendengar kalimat terakhir Efram. Hal itu mengundang pertanyaan karena perubahan pada wajah adiknya itu menunjukkan kekhawatiran.

“Ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat khawatir?”

“Seharusnya Kakak tidak menyuruh ibu untuk berangkat bersama Jessie!”

Efram memang Erland dengan heran ketika laki-laki itu tampak gusar di tempatnya.

“Memangnya kenapa?” tanya Efram, tak mengerti dengan maksud adiknya.

Erland terdiam sesaat, mungkin sedang merangkai kalimat agar kakaknya mengerti maksudnya.

“Jika kau mengetahui Paman Zen bisa melakukan apa pun untuk merusak pertunanganmu, karena dia tidak bisa membujukmu atau pun Jessie agar kalian membatalkan pertunangan, apa tidak mungkin jika dia bisa saja membuat sebuah rencana untuk mencelakai tunanganmu?”

Kalimat Erland berhasil membuat Efram tersentak sesaat. Ia sama sekali tak memikirkan hal yang sama dengan adiknya. Mana mungkin keluarga yang telah mereka tolong, keluarga yang sudah dianggap sebagai saudara oleh kedua orang tuanya akan merusak hari pertunangan mereka? Terlebih lagi, Zen sudah seperti pamannya sendiri, dan Lyra yang merupakan sahabatnya sejak SMA sudah seperti adik perempuannya sendiri.

Efram tak habis pikir dengan adiknya yang terlalu panik tanpa alasan. “Apa yang kau pikirkan? Paman Zen tidak akan mungkin melukai orang lain.” Efram mencoba menenangkan adiknya.

Erland tak percaya kakaknya tidak yakin padanya.

“Kenapa tidak? Jika dugaanku benar, itu sama saja dengan membahayakan nyawa ibu juga!”

Efram terdiam lama. Ia tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Ia juga bahkan tak pernah berpikir bahwa Zen akan melakukan apa pun seperti yang dipikirkan oleh adiknya.

“Kau merasa panik tanpa alasan. Ibu pasti menjemput Jessie bersama Joe dan para pengawal untuk mengawal mereka dalam perjalanan. Jangan khawatir, ibu dan Jessie-ku pasti akan aman.”

Efram menepuk pundak adiknya. Berniat membuatnya tenang dan tidak perlu khawatir karena sopir kepercayaan mereka-lah yang mengawal ibu mereka. Namun, bukannya tenang, pemuda yang usianya terpaut 2 tahun lebih muda darinya itu masih tampak gelisah.

Efram hanya menggelengkan kepalanya. Ia berniat untuk menyapa tamu-tamu lain, ketika Erland menepuk pundaknya beberapa kali dengan tempo yang cepat. Saat melihat wajahnya, mata Erlnad sudah membulat ke arah lain, yang membuat kerutan di kening Efram telihat kemudian.

 “Lihat itu! Joe ada di sini. Lalu siapa yang mengawal ibu?!” tunjuk Erland ke belakang punggung Efram, membuat pemuda itu membalikkan badannya—terkejut saat mendapati Joe datang bersama dengan gadis yang membuatnya kesal sejak siang tadi. Dia adalah Lyra.

Dengan langkah-langkah panjang serta perasaan yang tidak keruan, Efram menuju ke arah kedua orang itu. Di susul oleh Erland yang kini mengacak-acak rambutnya kesal.

“Aku sudah memperingatkanmu tetapi kau masih juga datang? Apa rasa malumu sudah tidak ada?” sarkas Efram, tepat ketika atensi Lyra berada di depan matanya.

Lyra tak menyangka akan disambut dengan kalimat Efram yang mampu melukai perasaannya begitu dalam. Rasa sakit di dalam hatinya berhasil menjalar pada kedua matanya yang kini terasa panas. Sebisa mungkin Lyra akan menahannya. Ia tidak akan mudah menangis di depan laki-laki yang telah menghinanya.

Lyra sadar, semuanya telah berubah sejak ayahnya mengatakan kebenaran tentang perasaannya terhadap Efram. Laki-laki yang dulu menatapnya dengan teduh itu kini berubah begitu dingin padanya. Kini, Lyra hanya melihat sosok Efram yang yang begitu angkuh di hadapannya. Sahabat yang dulu begitu dekat, kini terasa asing baginya.

Walaupun semuanya telah berubah, Lyra tidak pernah sekalipun menyalahkan ayahnya. Ia sudah berniat untuk melupakan cintanya kepada Efram. Meski itu akan berjalan begitu sulit nantinya.

“Jika bukan karena undangan ibumu, aku pasti tidak akan datang.” Lyra membalas perkataan Efram. Gadis itu mencoba kuat, demi rasa hormatnya kepada ibu Efram.

Efram tersenyum remeh sesaat, tatapannya lalu beralih pada Joe.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Marriage Contract: My Jerk Bestfriend   Peraturan Yang Harus Kau Patuhi

    Lyra meraih catatan itu. Matanya menyapu beberapa daftar dengan judul “Hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan ketika mereka menjadi suami istri”.Lyra menolehkan pandangannya pada Efram, kedua alisnya menyatu—mencari jawaban dari raut wajah Efram, yang ia temukan justru perasaannya yang mulai tak enak. Hal apalagi yang tengah Efram rencanakan padanya saat ini?“Apalagi ini, Efram? Apa tidak cukup membuat keputusan besar dengan menikah denganku?” tanya Lyra cukup lelah karena Efram terus-terusan menyakitinya atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.Efram membuang muka sesaat dan menatap malas pada Lyra. “Apa kau berubah menjadi gadis yang malas sekarang? Kau bisa membacanya sendiri, ‘kan?”Lyra mengatupkan bibirnya, dengan setengah hati dibacanya peraturan-peraturan yang dibuat oleh Efram itu. Namun, baru menyapu baris pertama, tatapan mata Lyra sudah melebar karenanya. Melihat Lyra yang tak kunjung m

  • Marriage Contract: My Jerk Bestfriend   Gaun Pengantin

    “Aku tidak peduli, mau kau tidak ingin menikah denganku, itu bukan urusanku,” tegas Efram.Tangan Lyra ditarik oleh Efram, gadis itu sedikit tersentak ketika pandangan Efram tepat di depan matanya. “Cepat mandi dan anti bajumu, hari ini kau harus ikut denganku.”Lyra hendak menolak ketika Efram lebih dulu menebak isi pikiran gadis itu. “Jangan berpikir untuk menolak, karena jika kau menolak, maka pikirkan dulu keselamatan ayahmu.”Kalimat Efram membuat Lyra membungkam mulutnya, mau tak mau ia harus menuruti perintah laki-laki yang mulai gila itu karena memintanya untuk menikah dengannya.****Efram mengajak Lyra ke butik langganan ibunya semasa ia masih hidup. Hari ini mereka akan melakukan pengukuran baju pernikahan yang kata Efram tinggal menunggu dua minggu lagi. Efram sudah menemukan setelan jas yang akan ia pakai di hari pernikahannya nanti dengan Lyra. Sesungguhnya, Lyra merasa heran mengapa Efram bersedia

  • Marriage Contract: My Jerk Bestfriend   Terpaksa Menikah Dengannya

    Lyra melengos. Bosan dengan tuduhan Efram yang terus menuduh ayahnya, karena berapa kali pun ia meyakinkan Efram bahwa ayahnya bukan pembunuh, laki-laki itu tak pernah mau percaya dengannya.Merasa lelah dengan tuduhan Efram, Lyra menyibak selimutnya dan bangkit dari tempat tidur. Karena ia pun berpikir bahwa Efram tidak akan tega melakukan itu pada ayahnya."Terserah. Aku tetap tidak akan menandatangani dokumen itu."Efram siap memencet beberapa nomor di ponselnya ketika Lyra berjalan mencapai pintu, kala sambungan terhubung ... "Halo?"Gerakan Lyra terhenti tepat saat tangannya mencapai gagang pintu. Ia menunggu, heran mengapa membuat panggilan secara tiba-tiba."Iya, ini aku. Tolong cek semua data dari pasien yang bernama Zen dari kecelakaan mobil malam itu."Lyra yang tak jadi keluar kamar menunggu perkataan Efram selanjutnya dengan was-was."Aku ingin hari ini juga, semua data itu dihapus. Dan aku akan mencabut seluruh fasilitas

  • Marriage Contract: My Jerk Bestfriend   Aku Tak Peduli Pada Orang Yang Membunuh Ibuku

    Selama perjalanan, air mata Lyra menetes tanpa ia minta. Perasaan kecewanya terhadap Efram tak bisa dibendung lagi olehnya. Lyra tak bisa terus-terusan hidup seperti ini bersama Efram. Semakin sering mereka bertemu, semakin sering pula Lyra akan merasakan sakit karena sikap semena-mena Efram kepadanya.Sampai di rumah sakit, Lyra langsung menuju kamar di mana ayahnya dirawat. Gadis itu mengusap air matanya, tak ingin terlihat menangis di depan ayahnya. Lyra memasang senyumnya usai menutup pintu—berjalan memutari brankar ayahnya dan berhenti menatap wajah yang begitu dirindukannya itu.Diraihnya tangan ayahnya, merasakan detak nadinya yang masih ada, Lyra bernapas dengan lega. Gadis itu lalu menaruh tasnya dan mengambil kain yang telah dibasahi dengan air untuk membasuh tangan dan wajah ayahnya.Lyra memaksakan senyumnya kala membersihkan tangan ayahnya dengan pandangan kosong. “Ayah, hari ini Lyra diajak Efram ke sebuah restaurant mewah di pusat kota

  • Marriage Contract: My Jerk Bestfriend   Sahabat Yang Menjadi Asing

    “Tidak bisakah kau tidak menyalahkan ayahku sekali saja?” Lyra yang tak tahan dengan tuduhan Efram yang selalu menyalahkan ayahnya, akhirnya berterus terang kepada laki-laki itu.“Tidak bisa, karena ayahmu memang pelakunya. Lagipula, bukankah ini yang kau cita-citakan sejak dulu? Menikah dengan orang yang kau cintai? Bukankah itu juga yang diingankan oleh ayahmu agar aku menikahimu?” balas Efram dengan angkuhnya.Jika ini bukan restaurant dan dipenuhi banyak orang, Lyra pasti sudah menampar laki-laki itu. Mulut Efram benar-benar mudah mengatakan hal yang menyakitkan pada Lyra sekarang.“Bukan berarti karena aku mencintaimu, lalu kau akan melakukan ini padaku, Efram. Aku tidak pernah berpikir ingin menikah denganmu, karena di hatimu hanya ada orang lain.”Efram mendengus mendengar pernyataan Lyra. Ia sama sekali tak mempercayai perkataan gadis itu. Baginya semua perkataan gadis yang ia anggap naif itu sudah tak bisa dipe

  • Marriage Contract: My Jerk Bestfriend   Perjanjian Kontrak Menikah?

    “Mengapa di sini tertulis aku harus menandatangani kontrak untuk menjadi istrimu?” Lyra mengulang pertanyaannya karena tak mengerti sekaligus terkejut dengan tulisan yang baru saja ia baca.Lyra menoleh pada Efram yang duduk di sebelahnya. Menatap mata laki-laki itu untuk mencari jawaban di matanya. Namun, Efram hanya memberikan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Lyra.Lyra beralih pada pria yang memberikan berkas itu kepadanya. “Maaf, boleh saya tahu maksud dari berkas ini?”“Tentu saja,” jawab pria itu.Efram yang bersandar, kini menegakkan punggunya, hal itu membuat Lyra menatap sekilas karena pergerakannya. Namun, karena rasa penasarannya, Lyra menanti jawaban dari pria di depannya.“Begini, Nona Lyra. Alangkah lebih baik jika saya memperkenalkan diri saya dulu kepada Anda. Nama saya Bov, dan saya adalah pengacara Tuan Alexander semenjak beliau masih hidup. Dan pertemuan kita di sini adalah tidak la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status