Share

Kelemahan Nea

Author: Gana Dahayu
last update Last Updated: 2023-10-23 09:58:08

Aciel melempar tas miliknya ke sembarang arah yang berakibat vas bunga yang ada di atas nakas jatuh ke lantai. Suara pecahan vas yang menggema membuat beberapa orang yang ada di rumah langsung mencari sumber suara.

"Shit!" teriak Aciel.

Tidak ada yang berani menenangkan Aciel yang sedang marah, termasuk Dayana yang diam melihat anaknya terbakar emosi.

"Cari cara supaya dia nerima tawaran ini, saya tidak mau usaha saya selama ini sia-sia," titah Aciel pada Galen yang berdiri di belakangnya.

"Baik, pak. Saya mempunyai informasi yang bisa membuatnya menerima tawaran dari Pak El."

Kemarahan Aciel mulai mereda, ia menoleh ke belakang. Mata penuh amarah itu kian mereda berganti dengan rasa penasaran. Galen, orang yang berbicara tadi, maju dengan langkah hati-hati karena pecahan kaca yang bertebaran.

"Bahas di ruangan saya," ujar Aciel saat menyadari ibunya sedang mengawasi mereka sejak tadi.

"Baik pak."

Galen mengikuti langkah Aciel yang berjalan menuju ruangannya. Saat melewati Dayana, tangan Galen dicekat oleh wanita paruh baya itu.

"Ada apa dengan El?" tanya Dayana pada Galen.

Galen tersenyum sembari memegang pundak Dayana lembut. Walaupun dirinya hanya sekretaris tapi kedekatannya dengan Dayana sudah seperti ibu dan anak. "Tante tidak perlu khawatir, Pak El hanya stres karena pekerjaan biasa."

Emang ini bukan pertama kalinya Aciel bersikap seperti itu tetapi Dayana masih saja khawatir melihat putranya yang tidak dapat mengontrol emosi. "Tolong tenangkan dia, Tante khawatir."

Galen mengangguk dan pergi meninggalkan Dayana. Pintu cokelat yang tertutup rapat sempat ditatap oleh Galen cukup lama. Ia menarik napas dan membuangnya perlahan. Galen harus tenang saat berhadapan dengan Aciel yang sedang emosi.

"Informasi apa yang kamu dapatkan?"  tanya Aciel to the point.

Galen langsung maju beberapa langkah dan merogoh tas hitam miliknya. Lalu ia mengeluarkan beberapa lembar kertas yang akan diserahkan pada Aciel.

"Ini ada rincian hutang keluarga Nona Nea. Keluarganya dulu memiliki usaha di bidang tekstil yang cukup terkenal, tetapi sayang setelah ayah dari Nona Ne kecelakaan, usaha tekstil tersebut mengalami kebangkrutan. Mereka memiliki hutang yang cukup banyak hingga sekarang. Rentenir sudah beberapa kali memberi peringatan pada mereka dan besok adalah hari terakhir."

Penjelasan panjang yang diberikan Galen serta beberapa lembar, membuat kecemasan Aciel perlahan sirna. Ternyata Nea memiliki banyak celah yang bisa membuatnya tunduk. Aciel menarik salah satu ujung bibirnya sembari bersedekap.

Pria itu menarik napas lega dan memejamkan mata. "El, kali ini aku bicara sebagai teman. Kamu yakin akan memanfaatkan ini?" tanya Galen cemas, pria itu memang memiliki hati yang lembut dan sabar, sifatnya itulah yang membuat Galen bertahan bekerja dengan Aciel.

Tatapan tajam nan menusuk langsung tertuju pada Galen. "Kenapa tidak? Kamu tahu aku sampai di posisi ini butuh perjuangan, tidak akan kubiarkan kegagalan di satu proyek membuat karir yang sudah dirintis dari dulu hancur."

Sifat keras kepala dan ambisi inilah yang membuat Galen jengah pada sosok yang berada di hadapannya ini. Tidak tahu apa yang dikejar Aciel hingga berjuang sekeras ini.

"Kawin kontrak? Kamu gila sih. Hidup anak orang dipertaruhkan."

Aciel memukul meja dengan sangat kuat hingga Galen terperanjat. Wajahnya maju ke depan agar bisa memberi tatapan intimidasi pada Galen. "Aku juga nggak mau pernikahan ini, siapa yang mau menikah dengan gadis yang tidak di kenal? Pernikahan tidak pernah masuk ke dalam impianku."

"Kita bisa saja menemui Pak Broto dan mengatakan bahwa itu hanyalah kesalahpahaman."

"Tidak segampang itu! Kamu kira aku nggak berpikir ke situ? Kalau kita jelaskan ini hanyalah kesalahpahaman apakah kamu yakin Pak Broto nggak kecewa, kamu lihat kemarin kedekatan Pak Broto dengan gadis itu?"

Galen mengangguk paham walaupun dirinya masih tidak terima dengan ambisi Aciel. "Iya gue paham, tapi beliau akan lebih kecewa jika tau syaratnya membuat Nona Nea menderita."

"Menderita? Kenapa? Dia hanya akan tinggal di sini dengan statusnya sebagai istri tidak lebih. Aku akan kirim uang tiap bulan dan lunaskan semua hutangnya." Tidak ada sorot bersalah yang terlihat pada wajah Aciel, ia malah semakin marah pada Galen yang terus meragukan keputusannya.

Menyerah, Galen menyerah berbicara dengan Aciel. Ia memilih mengikuti semua keputusan pria itu. "Oke, aku ikut saja."

"Oke bagus, kamu siapin semuanya, besok aku akan ke rumahnya. Ingat, jangan sampe ada orang yang tahu termasuk mama."

"Iya, aku pamit dulu." Galen keluar meninggalkan ruangan Aciel. Tersisa pria itu sendirian di ruang yang dipenuhi oleh berkas-berkas.

Ekspresi Aciel berubah drastis. Ia memandangi sebuah foto lalu mengelusnya lembut. Senyum getir tercetak di wajahnya. Bukan hanya Nea yang tidak menginginkan pernikahan ini, Aciel pun.

"Sorry," ucapnya sambil mengelus bingkai foto berwarna hitam yang ditatapnya itu.

***

"Nea, kamu benar-benar tidak papa kan?" tanya Omar, ayah Nea.

Gadis itu yang sedang rebahan sambil bermain ponsel langsung bangkit dan duduk di bibir kasur.

"Ayah? Ada apa ke sini?" tanya Nea pada sang ayah.

"Ayah lihat kaki kamu terluka, terus wajah kamu terlihat kesal tadi," ucap Omar memandangi luka putrinya.

Nea langsung menutupinya dengan baju. Nea berdiri lalu mendorong kursi roda milik ayahnya ke luar kamar. Ia mengajak ayahnya ke teras rumah.

"Anak ayah ini udah besar, jatuh dikit aja nggak masalah. Tadi cuma jatuh dari motor, makanya Nea keliatan kesal tadi," jelas Nea.

Omar menoleh ke belakang, melihat wajah putrinya yang sedang fokus mendorong kursi roda miliknya. "Beneran? Udah diobatin?" tanya Omar.

Nea duduk di kursi teras setelah menempatkan sang ayah di sebelahnya.

"Seriusan ayah, tadi Rea udah kasih obat merah," ucap Nea sambil tersenyum.

Omar bernapas lega. Dipandanginya Nea yang sudah dewasa. Padahal dulu Nea masih suka memegang tangannya setiap kali keluar rumah, kini ia bisa pergi ke mana-mana sendiri.

Nea yang memandang lurus ke depan merasa seseorang menatapnya. Ia menoleh sesaat dan mendapatkan Omar yang sedang tersenyum.

"Ayah, jangan liatin Nea gitu. Nea jadi sedih."

Ya, setiap kali ditatap dengan sendu oleh Omar, Nea pasti menangis. Di antara ibu dan ayahnya, Nea lebih dekat dengan ayah. Gadis itu lebih bebas dan terbuka dengan ayahnya. Berbeda dengan Rea yang sangat dekat dengan ibu.

"Kapan kamu bertumbuh secepat ini?" tanya Omar membenarkan anak rambut Nea.

"Ayah," rengek Nea yang mulai berlinang air mata.

"Ayah berharap kamu mendapatkan suami yang dapat mencintaimu. Siapa pun itu, dia pasti beruntung. Ayah akan menjadi orang pertama yang mendampingimu dalam pernikahan nanti."

Nea tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis dengan kedua telapak tangan menutupi wajah.

"Ayah, Nea masih belum mau nikah," rengek Nea dengan suara tersedu-sedu.

Ia teringat akan Aciel. Seharusnya pria tersebut sadar, tidak ada ayah yang rela melihat putrinya menikah hanya karena sebuah kontrak. Tidak terbayang bila Nea menerimanya, akan sekecewa apa Omar nantinya.

"Kamu sudah banyak menolong keluarga ini, ayah cuma berharap pasangan hidup kamu dapat membahagiakanmu. Karena ayah kamu tidak pernah mendapatkan masa remaja seperti anak-anak lain." Omar menatap kakinya yang tinggal sebelah.

Kecelakaan yang merenggut kakinya memporak-porandakan semuanya.

"Kebahagian Nea cuma satu, melihat ayah, ibu, dan Rea bahagia. Siapa pun pasangan Nea nanti, dia harus menghormati dan menyayangi ayah  ibu. Nea janji akan berusaha lebih keras lagi untuk buat kalian bahagia."

Omar dan Nea saling berpelukan.

Di sisi lain, Rea mendengar semuanya. Jujur, Nea adalah sosok yang dijadikan sebagai inspirasi untuk Rea. Sosok yang tegar, pekerja keras, dan sayang akan keluarga.

"Rea juga berharap kak Nea dapat suami yang mencintai kakak dan memberikan semua kebahagiaan yang ada di dunia ini," gumam Rea sambil mengusap air mata yang jatuh ke pipi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married For Sale   Cerai

    Semalaman Nea tidak tidur, ia terus mencoba menghubungi Aciel akan tetapi tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Omar pun ikut menemani Nea karena khawatir pada anak sulungnya itu. Pagi ini sudah beberapa kali Omar memaksa sang putri untuk sarapan, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Nea. "Ne, ayolah makan. Ibu sudah masak untuk kamu. Jangan hanya duduk seperti itu terus," ucap Omar melihat sang putri duduk di dekat jendela. Tidak ada respon, Nea masih duduk termenung di dekat jendela memikirkan keadaan Aciel. Telepon tidak diangkat dan ia pun tak bisa keluar rumah karena Indri mengurungnya. "Ayah akan coba bujuk ibumu agar bisa keluar, kamu bisa lihat keadaan Nak El. Jangan kayak gini terus, ayah jadi khawatir. Di luar ibumu sudah khawatir karena Rea masih belum bisa dihubungi."Nea memang terlihat acuh akan tetapi setiap kata yang keluar dari mulut Omar didengarkannya dengan baik. Ia pun langsung menolehkan kepala, memang Nea belum menghubungi Rea. Apa yang terjadi pada gadis itu?

  • Married For Sale   Panik

    Matahari mulai tenggelam berganti dengan sinar rembulan akan tetapi seorang wanita masih setia duduk di teras dengan ponsel yang terus menghubungi seseorang. Wajahnya terlihat cemas sejak tadi membuat seorang pria paruh baya yang melihatnya merasa iba. "Ne, mungkin kerjaan Nak El belum selesai. Masuk saja dulu, di luar dingin," ucap Omar membujuk sang putri untuk masuk tapi tidak ada jawaban dari Nea. "Mas El udah janji mau datang, dia pasti datang yah. Ayah saja masuk, Nea tidak apa sendirian." Omar menghela napas berat melihat sang putri yang keras kepala. Ia pun melirik ke arah jam yang tergantung di dinding. "Sudah jam 9 malam, lebih baik kamu istirahat saja."Nea menggeleng. "Tidak, Nea tidak bisa istirahat. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang tidak-tidak. Ponsel Mas El nggak aktif sekarang, tadi masih bisa di telepon. Kak Galen juga nggak angkat telepon Nea, tadi coba telepon kantor katanya mereka berdua nggak ada di kantor sejak pagi. Yah, kira-kira ke mana mereka? Nea khaw

  • Married For Sale   Aciel Menghilang

    Hari ini adalah hari yang ditunggu Nea. Semalaman wanita itu tidak tidur memikirkan apa yang akan terjadi hari ini. Lihatlah sekarang saat ini Nea sedang sibuk di dapur menyiapkan beberapa makanan yang akan disajikan untuk sang suami. Indri pada awalnya sempat marah akan tetapi Omar membujuk istrinya itu untuk mendengarkan Aciel sekali ini saja. "Ne, jam berapa Nak El datang?" tanya Omar. Nea yang sedang sibuk menggoreng ayam langsung menoleh ke belakang di mana sang ayah tengah duduk di kursi roda dekat pintu dapur. "Katanya siang, yah. Pagi ada kerjaan yang harus dikerjai."Omar mengangguk paham. "Yaudah, ayah mau ke depan dulu jalan-jalan, kalau sudah datang kabari ayah saja." "Oke, hati-hati yah."Perhatian wanita itu kembali pada ayam yang sudah mulai matang. Ia membalikkan ayam itu dan menunggunya beberapa saat sebelum diangkat. Suara derap kaki yang mendekat membuat perhatian Nea kembali teralihkan. Indri berdiri di belakangnya dengan ponsel di tangan. Wajah yang terlihat ce

  • Married For Sale   Harapan Satu-satunya

    Rea tertawa melihat Galen yang baru saja terjatuh akibat tersandung. Tawanya yang cukup kuat membuat Galen mendengkus kesal dan berusaha untuk bangkit. Setelah itu, ia menoyor kepala Rea. Mereka baru saja dua hari di Yogyakarta tapi sudah sangat dekat satu sama lain. "Makanya jangan jalan cepat banget kak, tuh malah kesandung kan. Lagian, kebiasaan jalan kayak cheetah," kekeh Rea lalu berjalan meninggalkan Galen. "Kalau ketinggalan kereta gimana? Kamu tahu ini tiket terakhir."Hari ini, Galen akan pulang ke Jakarta. Sebelumnya Galen memperkenalkan Rea dengan teman kuliah Galen dulu yang akan menjaganya selama di sini. Ada beberapa urusan yang harus Galen kerjakan. "Ya ampun, padahal masih ada sepuluh menit lagi. Santai aja kali," ucap Rea tenang. Jika Rea bisa tenang tidak untuk Galen, pria itu sangat tepat waktu dan tidak pernah terlambat oleh karena itu ia berusaha sebisa mungkin untuk datang tepat waktu. "Rea waktu itu sangat berharga, bagi kamu hanya sepuluh menit bagi aku t

  • Married For Sale   Rasa Rindu

    Nea melirik ke sekeliling, sekiranya dirasa sudah aman barulah ia mengunci pintu kamar dan mengambil ponsel yang diberikan Rea tempo hari. Ya, setelah kejadian tersebut, Indri menyita ponsel Nea dan membuatnya sangat sulit untuk berkomunikasi dengan Aciel. Untuk keluar saja Nea harus ditemani terlebih dahulu. Hidup Nea jauh dari kata nyaman. Setelah mencari kontak yang ingin dihubungi, barulah Nea langsung menempelkan ponsel ke telinga dan menunggu sang penerima menjawab panggilan Nea."Halo, Ne? Syukurlah akhirnya kamu hubungi aku." Suara yang sudah lama tidak didengar oleh Nea. Hanya suaranya baru terdengar membuat Nea sangat bahagia. Ia langsung mencari posisi nyaman untuk bicara pada orang tersebut. "Iya, mas. Kemarin mau hubungi mas, tapi ibu ngikutin aku Mulu sekarang ibu sedang tidur dan kebetulan ayah duduk di luar, jadi bisa hubungi mas.""Gimana kabar kamu? Semuanya baik, kan?" tanya Aciel. "Nea baik-baik saja, tidak ada masalah hanya kemarahan ibu yang belum reda. Mas g

  • Married For Sale   Kepergian Rea

    "Di mana Kak El?" tanya Rea pada Galen yang baru saja datang dengan tas ransel yang seperti tidak ada isinya itu. Mata Rea masih berkeliling melihat keberadaan sosok Aciel. "Kakak nggak ngajak Kak El? Bukannya Rea minta tolong untuk mempertemukan Rea dengan Kak El?" Galen menghela napas. "El di rumah, dia nggak mau diajak bicara. Aku udah coba ngajak dia ke sini tapi nggak ada jawaban. Lebih baik kita tunggu saja mana tahu El akan datang." Harapan satu-satunya akan hubungan mereka adalah cara Aciel membujuk sang ibu. Indri saat ini memang sangat marah akan tetapi perlahan wanita itu akan mendengarkan Nea ataupun Aciel.Cukup lama mereka menunggu, setengah jam lagi kereta aka berangkat tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Aciel hingga pria itu terlihat sedang berjalan ke arah sini dengan wajah datarnya. "Itu Kak El!" Rea membenarkan ransel di punggungnya dan berlari menghampiri Aciel."Kak El, cepat Rea mau bicara!" Rea menarik tangan Aciel dan duduk di kursi yang tidak banyak oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status