Home / Rumah Tangga / Married For Sale / Kesalahpahaman Berujung Petaka

Share

Kesalahpahaman Berujung Petaka

Author: Gana Dahayu
last update Last Updated: 2023-10-22 09:20:42

Diam adalah emas tidak selalu membawa keberuntungan. Kali ini karena diamnya Nea, ia terjebak pada pria bernama Aciel ini. Pak Broto sudah salah paham mengira mereka memiliki hubungan.

"Om, Nea sama dia nggak punya hubung—"

Ucapan Nea menggantung karena  secara tiba-tiba tangannya digenggam oleh seseorang membuat dirinya terkejut.

"Rasanya tidak etis saat proyek ini diberikan karena sebuah hubungan. Saya ingin bersaing secara sehat dengan yang lain," ucap Aciel dengan tegas.

Nea yang posisinya tidak memahami proyek apa yang di maksud hanya diam saja. Terlebih lagi Aciel seakan memberi kode pada dirinya untuk diam dengan terus menggenggam tangannya.

"Saya sudah tahu kemampuan Pak El dalam memanajemen pembangunan bagaimana. Oleh karena itu saya yakin memberikan proyek ini pada anda, dengan syarat yang telah ditentukan. Saya harap anda tidak mengecewakan saya."

Aciel benar-benar terkepung dalam keadaan ini. Bergerak maju salah mundur juga salah.

"Nea, nanti sekretaris om akan menghubungi kamu. Om duluan ya." Pak Broto mengelus kepala Nea dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Hati-hati di jalan, pak," ucap Aciel saat pak Broto pergi meninggalkan mereka.

Nea langsung menoleh ke arah Aciel. Sejujurnya ia marah dengan sikap Aciel yang diam saja sejak tadi. Jika ia menjelaskannya lebih awal, semua ini tidak akan terjadi.

"Maaf, mengapa anda menyuruh saya diam?" tanya Nea kesal.

"Sekretaris saya akan menghubungi kamu." Aciel pergi meninggalkan Nea.

Apa-apaan ini, mengapa semua orang menyuruh sekretaris menemuinya. Menerima ajakan Niko ke tempat ini adalah sebuah petaka.

Hentakan kaki Nea yang dapat di dengar semua orang menjadikannya sebagai pusat perhatian.

Niko sejak tadi kehilangan jejak Nea langsung berkeliling mencari gadis itu hingga melihat sahabatnya itu tengah berjalan dengan wajah kesal.

"Ne, ada apa?" tanya Niko.

"Kamu mau nyuruh sekretaris Kamu nemuin aku juga?" kesal Nea.

Niko mengerutkan kening. Ada apa dengan gadis ini?

"Ha? Apaan sih, Ne. Kamu tadi ke mana?" tanya Niko sambil merangkul Nea.

Nea menghela napas panjang. "Aku tadi ketemu Om Broto."

"Serius? Dari tadi aku nggak ngeliat om Broto."

"Om Broto udah sesukses itu sekarang ya?" tanya Nea sambil menatap mata Niko.

Niko mengangguk. "Bokap  cerita banyak tentang om Broto. Katanya bisnis pakaian miliknya berkembang pesat sehingga Om Broto mencoba bisnis-bisnis yang lainnya dan puncak bisnisnya saat hotel yang baru saja dibangunnya menjadi viral dan dikenal banyak orang. Yang aku dengar sekarang banyak perusahaan konstruksi yang sedang berlomba-lomba untuk mendapatkan proyek mall dan apartemen milik Om Broto."

Nea sangat terkejut mendengar fakta mengenai Pak Broto. Dulu beliau merupakan salah satu rekan bisnis ayahnya. Kini kesuksesannya membuat Nea sedikit iri.

"Banyak hal yang Aku lewati," gumam Nea.

"Makanya Ne, sesekali update informasi jangan sibuk kerja Mulu."

Nea menatap tajam Niko. "Aku bukan Kamu  yang punya koneksi banyak," kesal Nea sambil memajukan bibirnya.

Niko menarik tangan Nea keluar dari Aula. Acara sudah hampir selesai dan Niko juga sudah bosan berada di sini.

"Adelard Construction, Kamu tahu?" tanya Nea saat mereka berjalan menuju parkiran.

"Tahu, kenapa emangnya?"

"Coba cerita."

Niko berdeham beberapa saat, seakan mengingat sesuatu.  "Adelard Construction adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang properti dan konstruksi. Pemilik perusahaan tersebut meninggal 10 tahun yang lalu setelah itu anaknya yang masih duduk di bangku kuliah melanjutkan perusahaan tersebut. Bisa dibilang semenjak berpindah tangan, Adelard Construction semakin bertambah maju. Nama pemiliknya Aciel Cale."

Ternyata pria yang ditemui Nea bukanlah orang biasa. Melihat perjuangannya Nea cukup kagum. "Kamu pernah ketemu CEO-nya?"

Niko memicing curiga. "Ini bukan Nea yang aku kenal," curiga Niko.

"Aku cuma bertanya."

"Aku nggak pernah bicara langsung, tapi pernah lihat dia beberapa kali. Orangnya sangat berkarisma dan juga kaku."

Nea membulatkan mulutnya sambil mengangguk.

"Oh ya, dia juga berusaha mendapatkan proyek Om Broto. Kamu tahu, sampai-sampai temen aku yang kerja di sana beberapa hari ini lembur untuk menyiapkan proyek ini."

Niko memberi sedikit jeda. "Satu hal lagi, katanya dia ngga pernah berhubungan dengan wanita mana pun. Ada yang bilang dia punya kelainan, tapi aku nggak tahu pasti."

Mendengar itu membuat Nea cukup terkejut. Pria dengan paras yang cukup tampan sepertinya tidak tertarik pada wanita? Padahal dengan menjual wajahnya itu, pasti banyak wanita yang akan mengantre kecuali dirinya. Nea cukup selektif dalam menilai orang dan Aciel masih belum masuk ke dalam kriterianya.

"Banyak berita tentang dia, aku rasa artis aja kalah tenar sama dia."

"Ah sudahlah, ngapain bahas dia. Aku laper, makan nasi goreng mang Ujang yuk."

Ucapan Nea membuat Niko terkekeh. "Padahal di dalam banyak makanan enak dan mewah tetapi Kamu tetap aja milih nasi goreng mang Ujang." Lelaki itu mengacak rambut Nea yang dihadiahi pukulan pada lengannya oleh Nea.

"Aku nggak selera lihat makanan di dalam sana, mending beli nasi goreng pinggir jalan."

Langsung saja Nea dan Niko memasuki mobil berjalan menuju nasi goreng yang diminta oleh Nea.

Di sisi lain, Aciel duduk di atas mobil dengan mata yang menatap lurus ke depan.

"Maaf tuan El, sekarang kita mau ke mana ya?" Ini adalah pertanyaan ketiga yang dilayangkan oleh sopir Aciel. Pria tersebut masih bungkam.

Tidak mendapatkan respons sang tuan, sopir Aciel pun berinisiatif menelepon Galen selaku sekretaris Aciel.

"Syukurlah, Pak Galen sudah datang," gumam Didin, sopir Aciel.

Suara pintu mobil terbuka membuyarkan lamunan Aciel. Pria tersebut menatap sekretarisnya yang terlihat kelelahan.

"Bagaimana?" tanya Aciel.

"Maaf, pak. Saya kehilangan jejaknya."

"Sialan!" Aciel melayangkan tinjuan ke jendela mobil. Untung saja tidak ada keretakan ataupun luka.

Semuanya buyar. Perjuangan Aciel mempersiapkan proyek ini hancur hanya karena syarat bodoh itu. Mau bagaimana pun proyek ini harus jatuh ke tangannya. Hanya proyek ini yang mampu mengangkat nama Adelard Construction melambung tinggi.

"Kamu tahu bukan proyek ini sangat penting. Saya harus buat kesepakatan dengan wanita itu. Besok, kamu harus mendapatkan identitas dan juga latar belakangnya!" titah Aciel membuat Galen menunduk sambil mengangguk.

"Baik pak, saya akan mencari informasi sebanyak mungkin."

"Jangan sampai perjuangan saya sia-sia, dengar!"

Aciel memalingkan wajah menatap ke luar jendela. Ia menghela napas berat. Malam ini terasa berat.

"Antar saya ke rumah!"

"Ke rumah mana ya, pak?" tanya Galen yang ragu akan tujuan bosnya itu.

Aciel sempat terdiam. "Mama."

Satu kata itu malah membuat Galen semakin khawatir, walaupun begitu ia tidak bisa membantah permintaan Aciel.

"Pak, jalan ke rumah nyonya ya!"

"Baik, Pak Galen."

Sepanjang jalan Aciel tidak hentinya menghela napas berat. Entah apa yang dipikirkan pria tersebut hingga terlihat gelisah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married For Sale   Cerai

    Semalaman Nea tidak tidur, ia terus mencoba menghubungi Aciel akan tetapi tidak mendapatkan jawaban sama sekali. Omar pun ikut menemani Nea karena khawatir pada anak sulungnya itu. Pagi ini sudah beberapa kali Omar memaksa sang putri untuk sarapan, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Nea. "Ne, ayolah makan. Ibu sudah masak untuk kamu. Jangan hanya duduk seperti itu terus," ucap Omar melihat sang putri duduk di dekat jendela. Tidak ada respon, Nea masih duduk termenung di dekat jendela memikirkan keadaan Aciel. Telepon tidak diangkat dan ia pun tak bisa keluar rumah karena Indri mengurungnya. "Ayah akan coba bujuk ibumu agar bisa keluar, kamu bisa lihat keadaan Nak El. Jangan kayak gini terus, ayah jadi khawatir. Di luar ibumu sudah khawatir karena Rea masih belum bisa dihubungi."Nea memang terlihat acuh akan tetapi setiap kata yang keluar dari mulut Omar didengarkannya dengan baik. Ia pun langsung menolehkan kepala, memang Nea belum menghubungi Rea. Apa yang terjadi pada gadis itu?

  • Married For Sale   Panik

    Matahari mulai tenggelam berganti dengan sinar rembulan akan tetapi seorang wanita masih setia duduk di teras dengan ponsel yang terus menghubungi seseorang. Wajahnya terlihat cemas sejak tadi membuat seorang pria paruh baya yang melihatnya merasa iba. "Ne, mungkin kerjaan Nak El belum selesai. Masuk saja dulu, di luar dingin," ucap Omar membujuk sang putri untuk masuk tapi tidak ada jawaban dari Nea. "Mas El udah janji mau datang, dia pasti datang yah. Ayah saja masuk, Nea tidak apa sendirian." Omar menghela napas berat melihat sang putri yang keras kepala. Ia pun melirik ke arah jam yang tergantung di dinding. "Sudah jam 9 malam, lebih baik kamu istirahat saja."Nea menggeleng. "Tidak, Nea tidak bisa istirahat. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang tidak-tidak. Ponsel Mas El nggak aktif sekarang, tadi masih bisa di telepon. Kak Galen juga nggak angkat telepon Nea, tadi coba telepon kantor katanya mereka berdua nggak ada di kantor sejak pagi. Yah, kira-kira ke mana mereka? Nea khaw

  • Married For Sale   Aciel Menghilang

    Hari ini adalah hari yang ditunggu Nea. Semalaman wanita itu tidak tidur memikirkan apa yang akan terjadi hari ini. Lihatlah sekarang saat ini Nea sedang sibuk di dapur menyiapkan beberapa makanan yang akan disajikan untuk sang suami. Indri pada awalnya sempat marah akan tetapi Omar membujuk istrinya itu untuk mendengarkan Aciel sekali ini saja. "Ne, jam berapa Nak El datang?" tanya Omar. Nea yang sedang sibuk menggoreng ayam langsung menoleh ke belakang di mana sang ayah tengah duduk di kursi roda dekat pintu dapur. "Katanya siang, yah. Pagi ada kerjaan yang harus dikerjai."Omar mengangguk paham. "Yaudah, ayah mau ke depan dulu jalan-jalan, kalau sudah datang kabari ayah saja." "Oke, hati-hati yah."Perhatian wanita itu kembali pada ayam yang sudah mulai matang. Ia membalikkan ayam itu dan menunggunya beberapa saat sebelum diangkat. Suara derap kaki yang mendekat membuat perhatian Nea kembali teralihkan. Indri berdiri di belakangnya dengan ponsel di tangan. Wajah yang terlihat ce

  • Married For Sale   Harapan Satu-satunya

    Rea tertawa melihat Galen yang baru saja terjatuh akibat tersandung. Tawanya yang cukup kuat membuat Galen mendengkus kesal dan berusaha untuk bangkit. Setelah itu, ia menoyor kepala Rea. Mereka baru saja dua hari di Yogyakarta tapi sudah sangat dekat satu sama lain. "Makanya jangan jalan cepat banget kak, tuh malah kesandung kan. Lagian, kebiasaan jalan kayak cheetah," kekeh Rea lalu berjalan meninggalkan Galen. "Kalau ketinggalan kereta gimana? Kamu tahu ini tiket terakhir."Hari ini, Galen akan pulang ke Jakarta. Sebelumnya Galen memperkenalkan Rea dengan teman kuliah Galen dulu yang akan menjaganya selama di sini. Ada beberapa urusan yang harus Galen kerjakan. "Ya ampun, padahal masih ada sepuluh menit lagi. Santai aja kali," ucap Rea tenang. Jika Rea bisa tenang tidak untuk Galen, pria itu sangat tepat waktu dan tidak pernah terlambat oleh karena itu ia berusaha sebisa mungkin untuk datang tepat waktu. "Rea waktu itu sangat berharga, bagi kamu hanya sepuluh menit bagi aku t

  • Married For Sale   Rasa Rindu

    Nea melirik ke sekeliling, sekiranya dirasa sudah aman barulah ia mengunci pintu kamar dan mengambil ponsel yang diberikan Rea tempo hari. Ya, setelah kejadian tersebut, Indri menyita ponsel Nea dan membuatnya sangat sulit untuk berkomunikasi dengan Aciel. Untuk keluar saja Nea harus ditemani terlebih dahulu. Hidup Nea jauh dari kata nyaman. Setelah mencari kontak yang ingin dihubungi, barulah Nea langsung menempelkan ponsel ke telinga dan menunggu sang penerima menjawab panggilan Nea."Halo, Ne? Syukurlah akhirnya kamu hubungi aku." Suara yang sudah lama tidak didengar oleh Nea. Hanya suaranya baru terdengar membuat Nea sangat bahagia. Ia langsung mencari posisi nyaman untuk bicara pada orang tersebut. "Iya, mas. Kemarin mau hubungi mas, tapi ibu ngikutin aku Mulu sekarang ibu sedang tidur dan kebetulan ayah duduk di luar, jadi bisa hubungi mas.""Gimana kabar kamu? Semuanya baik, kan?" tanya Aciel. "Nea baik-baik saja, tidak ada masalah hanya kemarahan ibu yang belum reda. Mas g

  • Married For Sale   Kepergian Rea

    "Di mana Kak El?" tanya Rea pada Galen yang baru saja datang dengan tas ransel yang seperti tidak ada isinya itu. Mata Rea masih berkeliling melihat keberadaan sosok Aciel. "Kakak nggak ngajak Kak El? Bukannya Rea minta tolong untuk mempertemukan Rea dengan Kak El?" Galen menghela napas. "El di rumah, dia nggak mau diajak bicara. Aku udah coba ngajak dia ke sini tapi nggak ada jawaban. Lebih baik kita tunggu saja mana tahu El akan datang." Harapan satu-satunya akan hubungan mereka adalah cara Aciel membujuk sang ibu. Indri saat ini memang sangat marah akan tetapi perlahan wanita itu akan mendengarkan Nea ataupun Aciel.Cukup lama mereka menunggu, setengah jam lagi kereta aka berangkat tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Aciel hingga pria itu terlihat sedang berjalan ke arah sini dengan wajah datarnya. "Itu Kak El!" Rea membenarkan ransel di punggungnya dan berlari menghampiri Aciel."Kak El, cepat Rea mau bicara!" Rea menarik tangan Aciel dan duduk di kursi yang tidak banyak oran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status