“Maafkan saya Tuan, jika saya mengganggu. Tapi ada hal penting yang harus saya sampaikan,” ucap Jo.Tidak bisa dipungkiri, bahwa Jo merasa terkejut dengan adegan tadi. Dia berpikir bagaimana perempuan itu bisa sangat berani, dan anehnya tuannya itu hanya diam saja tanpa menolak. Biasanya tuannya tidak seperti ini, dia biasanya sangat anti untuk di sentuh oleh wanita.Jo melirik ke arah Marin yang masih menunjukkan ekspresi kesalnya. 'Sudah jelas, wanita ini tipe wanita yang tidak tahu malu,' batinnya.“Katakan!” seru Zico dengan suara dan ekspresi wajah dinginnya.“Nona melarikan diri Tuan,” jawab Jo.Zico melihat cepat ke arah Jo dengan wajah terkejut sekaligus marah. Dia berdiri dengan cepat sehingga membuat Marin yang tadi duduk di pangkuannya langsung terjatuh ke lantai. “Awww,” ringisnya.“Apa kau bilang?!” Zico kembali bertanya dengan suaranya yang semakin mendingin.“Nona telah melarikan diri Tuan.” Jo kembali mengulang perkataannya.Brakkk!Zico menggebrak meja kerja
Zico menghentikan langkahnya tepat saat dirinya sudah berada di dalam ruang kerjanya, Jo berdiri tak jauh dari posisi Zico, sedangkan pak San berdiri tepat di hadapan Zico masih dengan wajah tertunduknya.Zico berbalik dan melihat kepada pak San, dia melangkahkan kakinya mendekati pak San dan berhenti tepat di hadapannya. “Beritahukan padaku apa yang terjadi, sehingga tikus kecil itu bisa melarikan diri dari perangkapku?” tanyanya dengan suara penuh penekanan.Tiba-tiba pak San berlutut di hadapan Zico dan menjawab pertanyaannya. “Maafkan saya Tuan, saya sudah membuat kesalahan. Saya mengizinkan Nona pergi keluar, dia bilang dia ingin pergi ke rumah sakit, untuk memeriksa tubuhnya yang terasa sakit. Saya sudah menugaskan kedua bodyguard dan juga pelayan untuk menjaganya, tapi saya tidak menduganya bahwa nona bisa mengelabui mereka dan pergi melarikan diri,” jelasnya.“Di mana mereka?!”“Di ruangan saya,” jawab pak San dengan cepat.Tanpa basa basi, Zico langsung keluar dari ruang
Sontak Nara pun langsung menegakkan kembali tubuhnya yang tadi tersandar ke dinding dan melihat orang yang tadi berbicara padanya. “Kau,” pekiknya saat melihat siapa orang yang berbicara padanya.Nara terkejut saat melihat Zico yang berdiri menyandarkan tubuhnya ke dinding lain yang ada di gang itu sembari melipat kedua tangannya di dadanya. Zico menunjukkan smirknya saat melihat Nara yang melihatnya dengan ekspresi terkejut bahkan matanya tidak berkedip sedikit pun.Zico menegakkan kembali tubuhnya dan melangkahkan kakinya mendekati Nara.Nara langsung terlihat gugup dan salah tingkah ketika melihat Zico berjalan mendekatinya. ‘Bagaimana dia bisa menemukanku secepat ini, iblis ini benar-benar seorang iblis,' pikirnya.“Kau pasti sedang bingung, kan? Bagaimana aku bisa menemukanmu secepat ini?” tanya Zico yang sukses membuat Nara semakin terkejut ketika mendengar ucapannya. “Seperti yang kau pikirkan, aku memanglah seorang iblis,” lanjutnya.Zico berhenti tepat di hadapan Nara ya
Zico membaringkan Nara di kursi mobil tanpa melepas ciumannya. Dia bahkan tidak memedulikan nafas Nara yang sudah tersengal. Wajah Nara sudah memerah karena kekurangan oksigen, dengan berani Nara pun memegang dengan lembut pipi Zico dengan kedua tangannya.Zico tersentak saat merasakan hangatnya tangan Nara pada pipinya, tanpa Zico sadari. Dia melepaskan bibirnya yang tertaut pada bibir Nara.“Hah, hah, hah.” Nara bernafas dengan terengah-engah saat Zico melepaskan ciumannya. Zico masih memandang Nara dengan intens, dia masih merasakan hangat tangan Nara yang saat ini masih memegang pipinya.Nara melebarkan pupil matanya saat mulai menyadari apa yang sekarang telah dia lakukan, dia sudah berani menyentuh Zico, itu artinya kedua tangannya ini akan berada dalam bahaya. Dia melihat kedua tangannya yang masih menempel di kedua pipi Zico dan dengan cepat dia pun menurunkannya.Nara menautkan kedua tangannya satu sama lain dan menaruhnya di depan dadanya. Dia kembali kesusahan menel
“Sudahlah, alasanmu tidak penting. Sekarang bersiaplah untuk menjalani setengah dari hukumanmu,” Zico memperlihatkan seringai iblisnya lagi dan itu membuat Nara menjadi gemetar ketakutan. Dia berpikir entah apa hukuman yang akan diberikan Zico lagi padanya.“Ikut denganku!” titahnya.Nara mengikuti Zico dan sekretaris Jo yang membawanya entah ke mana. Dia melihat sekeliling jalan yang dia lewati, sepertinya Nara mengenali jalan yang saat ini sedang dia lewati. ‘Ini ... bukankah ini jalan menuju ruangan pak San. Apakah iblis ini akan membawaku ke ruangan pak San?’ pikirnya. Tangan Nara saling meremas satu sama lain saat Zico ternyata benar-benar membawanya ke ruangan pak San.Jo membuka pintu ruangan pak San yang tertutup, dan betapa terkejutnya Nara saat melihat kedua pengawal yang bersamanya tadi siang dan juga Sari yang tengah berlutut di dalam ruangan pak San.Zico berbalik dan melihat Nara yang diam mematung, terlihat keterkejutan yang begitu jelas dari wajah Nara, dan itu m
Nara menangis dengan arah pandangannya yang terus menatap kepada Sari dan dua pengawal yang sedang berusaha keras berjalan keluar dari ruangan pak San.“Maafkan aku,” gumamnya.“Tidak ada gunanya Nona,” ucap seseorang yang merupakan pak San. Dia datang dari arah luar ruangannya dan masuk menghampiri Nara.Nara tersentak dan melihat ke arah pak San, dia baru menyadari bahwa pak San tadi tidak ada di sini. Dimana dia berada sejak tadi, Nara juga tidak tahu. Mungkinkah dia juga menerima hukuman dari Zico karena memperbolehkannya untuk keluar dari rumah ini.“Tidak ada gunanya lagi meminta maaf Nona, karena mereka sudah menanggung semua yang Nona lakukan. Mereka menderita karena kesalahan Nona, Anda hampir saja membuat nyawa mereka yang berharga melayang. Apa Nona tidak menyadarinya?”Nara menunduk, dia sepenuhnya merasa bersalah. Dia hanya memikirkan dirinya saja yang ingin keluar dari tempat ini. Tanpa memikirkan nasib dari orang-orang yang terakhir bersamanya, kenapa dia bisa tida
Zico menatap tubuh polos Nara yang penuh bekas merah karena ulahnya, dan setelah itu dia pun pergi keluar untuk memanggil pelayan untuk memakaikan pakaian Nara.“Hey kau!” Panggil Zico kepada pelayan yang ada di sekitar kamarnya.Pelayan itu pun melihat kepada Zico dan menghampirinya dengan cepat. “Iya, Tuan.” jawabnya."Masuk ke dalam kamarku, dan gantikan pakaian dari wanita itu!” titahnya.“Baik Tuan.” Pelayan itu pun masuk ke dalam kamar Zico dan memakaikan pakaian kepada Nara, pelayan itu sangat syok ketika membuka selimut yang menutupi tubuh polos Nara, dia syok karena melihat bekas kiss mark yang begitu banyak dan berwarna sangat pekat.Glek! Pelayan itu bahkan sampai menelan salivanya dengan susah payah karena merasa ngilu ketika melihat tubuh Nara. “Seberapa kasar sebenarnya guan menyiksa nona, bahkan dia sampai tak sadarkan diri. Dan tubuhnya ini benar-benar tidak ada yang tersisa kecuali bekas ciuman ini,” gumamnya.Ceklek! Suara pintu terbuka dengan tiba-tiba itu men
Denis mulai menghubungi rekannya dan tak lama kemudian, terdengar jawaban dari seberang telepon.“Ada apa dokter Denis?” tanya seorang wanita dari seberang telepon.“Ahh begini dokter Citra, apa kau bisa datang ke mansion milik tuan Zico Alexander Tan yang beralamat di jalan XX no 7. Saya sedang membutuhkan bantuan Anda, apakah Anda bisa datang?”“Ohh baiklah dokter Denis, saya akan datang.”“Hmm dokter Citra, tolong datang dalam waktu 10 menit ya!”“Akan saya usahakan.”Tuttt! Bunyi panjang itu menandakan bahwa sambungan telepon antara dokter Denis dan dokter Citra sudah terputus. Denis memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas dokternya dan kembali melihat kepada Zico.“Dokter Citra sebentar lagi akan sampai,” ucapnya.“Aku sudah dengar, jadi kau tidak perlu mengatakannya lagi!” jawab Zico dengan cueknya.“Cihh, aku kan hanya memberitahu. Apa susahnya sih mengucapkan terima kasih,” gerutunya.“Jo, keluarlah! Sambut dokter itu dan langsung bawa dia kemari!” titah Zico.