Home / Urban / Married at First Sight? / 6. Awkward With The Groom

Share

6. Awkward With The Groom

last update Last Updated: 2021-09-24 09:00:35

Detak jantung Clarabelle semakin laju. Berdiri di depan pria ini, meskipun tampan, gagah, dan mempesona, pikiran Clarabelle berkecamuk. Sungguhkah dia tidak salah langkah?

"Miss Johan?" Sekali lagi pemimpin acara memanggil Clarabelle.

Semua yang hadir mulai gelisah, Clarabelle masih terpaku menatap mempelai prianya. Clarabelle menarik nafas dalam, dia tak bisa mundur. Dia harus melanjutkan apa yang sudah dia putuskan.

“Aku menerima Jordan Gerald Hayden …”

“Wow, kamu langsung hafal namaku?” Jordan menyahut.

Gelak tawa kembali terdengar dari deretan bangku tamu. Senyum tipis pun muncul di bibir Clarabelle.

“… aku akan mengasihimu, apapun yang akan aku lewati, aku tidak akan mengucapkan kata cerai. Kita disatukan dalam pernikahan ini, sebuah ikatan suci, yang tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Aku akan sekuat tenaga memeliharamu, memberikan dukungan dan kegembiraan dalam hidupmu. Aku ingin seutuhnya menjadi istri yang setia untukmu.” Kembali mata Clarabelle menatap Jordan. Kepada pria asing ini, Clarabelle meletakkan janji pernikahannya.

Aneh sekali. Dia sama sekali tidak mengenal pria di depannya ini, tapi Clarabelle siap memberikan hidup untuk mendampinginya. Clarabelle seolah tidak menapak bumi, jika ini mimpi, tidak lama lagi dia berharap akan cepat kembali terbangun.

Tepuk tangan menyambut janji kedua mempelai. Lalu pemimpin acara meminta mereka memasang cincin pada jari manis satu sama lain. Resmi sudah hubungan mereka menjadi suami istri. Jordan segera mendaratkan kecupan pada Clarabelle. Tentu saja Clarabelle tidak siap. Dia merasa jantungnya seperti mau meledak. Dia tidak menolak, tapi sedikit menghindar. Jordan mengerti, Clarabelle tidak nyaman, karena mereka baru bertemu, dia pun menahan dirinya.

Acara terus berlangsung dengan pesta yang cukup meriah. Semua gembira. Jordan hanya didampingi teman-temannya. Adriano merasa aneh, pria yang menikahi anaknya ini tidak hadir bersama keluarganya. Di tengah suasana meriah, Adriano mengambil waktu dan bicara dengan Jordan tentang itu. Apakah keluarganya tidak suka dia mengikuti acara ini sehingga tidak mau hadir.

“Aku minta maaf, Tuan Johan. Memang keluargaku bukan keluarga harmonis, jadi kami tidak dekat. Aku terbiasa mengurus semua sendiri. Saat aku bicara soal pernikahan ini, mereka tidak begitu peduli. Terserah saja aku mau bagaimana. Sungguh aku minta maaf. Bukan karena aku tidak ingin, tapi …” Jordan memasang wajah sendu. Akting ternyata masih harus berlanjut.

Adriano masih tidak begitu lega. Jika Jordan tidak punya hubungan baik dengan keluarganya, bagaimana jika mereka juga tidak akan menerima Clarabelle nanti? Itu yang dia pikirkan.

“Tapi, Tuan Johan tidak perlu kuatir. Aku hidup mapan, aku bisa memberi semua yang Lala butuhkan. Kami pasti akan baik-baik saja.” Jordan berusaha meyakinkan Johan jika dia memang pria yang tepat untuk Clarabelle.

Jauh di hatinya Jordan sendiri heran, sebagus ini dia bersandiwara. Dia pandang wajah Adriano, yang perlahan mulai tampak lebih lega. Pria setengah baya itu tersenyum. Ini memang situasi yang aneh. Mau bagaimana lagi? Clarabelle telah menikah. Tetapi melihat sikap ramah dan sopan Jordan, Adriano menetapkan di dalam hati, Jordan pasti bisa membahagiakan putrinya.

*****

Pesta pun usai. Adriano melepas Clarabelle pergi bersama Jordan. Mereka menuju ke hotel yang tidak jauh dari tempat pernikahan untuk menikmati malam pertama. Besok mereka akan mendapat kejutan dari kru acara untuk pergi berbulan madu. Clarabelle melambai pada ayahnya yang didampingi Susan dan Jack. Selama dia pergi, Susan dan Jack akan bergantian menengok Adriano selain ada perawat yang menjaga Adriano.

Kamar pengantin dihias begitu rupa, indah dan cantik. Anggun dan mewah. Benar-benar luar biasa mempesona dan membuat Clarabelle takjub. Clarabelle berdiri mematung di dekat pintu dan memandang ke seluruh kamar besar itu.

Tidak pernah terbayang, dia menikah dengan semua kemewahan ini, tanpa mengeluarkan uang sedikitpun. Ini tak akan terlupakan. Sayangnya, Clarabelle masuk ke kamar istimewa ini bersama pria asing.

“Hai … kenapa berdiri saja?” Jordan berjalan masuk dan mendekati meja di tengah ruangan. Dia membuka jas, dasi, lalu menyampirkannya di lengan kursi.

Clarabelle masih belum bergeming. Ini kamar pengantin. Dia bersama suaminya. Tapi dia tidak mengenal pria itu. Apa mungkin Clarabelle sanggup merelakan dirinya untuk mendapat sentuhan hingga terdalam dari Jordan?

Jordan kembali mendekat. Dia meraih pinggang Clarabelle dan memeluknya begitu dekat. Dada Clarabelle berdegup kembali dengan sangat kuat. Jordan semakin mendekatkan wajahnya ingin melepas kecupan lagi. Clarabelle menyentuh dada Jordan menahan agar pria itu menghentikan gerakannya.

“What?” Jordan cukup terkejut dengan penolakan Clarabelle. Selama ini setiap wanita yang bersamanya tidak akan ragu untuk segera merasakan nikmatnya sentuhan dari Jordan. Mereka hanya teman biasa, sekedar untuk berkencan. Bahkan Jordan pernah melakukannya juga dengan wanita yang baru dia kenal. Sedang Clarabelle, dia adalah istrinya. Ada apa dengannya?

Sekujur tubuh Clarabelle mulai terasa panas saat Jordan memeluknya kuat. Hembusan nafas pria tampan itu menerpa wajahnya begitu dekat. Clarabelle tahu apa yang Jordan inginkan. Mereka baru saja menikah, berada di kamar pengantin, tentu Jordan berniat merengkuh Clarabelle yang telah resmi menjadi istrinya.

Tetapi Clarabelle tidak berani melangkah lebih jauh. Dia belum mengenal Jordan, meskipun status mereka memang sebagai pasutri. Clarabelle menahan Jordan agar tidak mendaratkan kecupan padanya. Tangan Clarabelle memegang dada Jordan dan kepalanya sedikit menunduk.

“Lala? Kenapa?” Jordan masih merasa aneh karena Clarabelle tidak berhasrat dengan pelukan dan sentuhan yang mulai dia lepaskan. Dekapan Jordan pun melonggar.

“I am really sorry.” Clarabelle mundur. Dia duduk di tepi ranjang besar yang cantik, yang siap untuk mereka nikmati malam itu. Berulang kali Clarabelle menarik nafas dalam, menetralkan rongga dadanya.

Jordan melangkah ke sisi Clarabelle, tetap dengan posisi berdiri, memandang wanita mungil di depannya yang terlihat begitu kikuk.

“Jordan, kita belum saling mengenal. Aku, aku tidak bisa melakukannya. Tidak malam ini.” Clarabelle memberanikan diri mengatakan yang ada di dalam pikirannya. Jordan harus memahami apa yang Clarabelle rasakan. Hubungan seperti ini tidak bisa dilakukan dengan terpaksa.

Clarabelle selalu memegang prinsip yang Adriano tanamkan di dalam dirinya, hubungan badan hanya bisa dilakukan oleh pria dan wanita dalam pernikahan. Sejak dari awal itu yang Tuhan maksudkan. Saat melakukannya pun harus didasari rasa cinta, rasa rela, dan kesadaran penuh karena ingin memberikan kebahagiaan tertinggi buat pasangannya. Bukan sekadar melepas hasrat.

Bahkan sekalipun pernah tiga kali menjalin hubungan kasih, Clarabelle tetap menjaga dirinya utuh, dia tidak mengijinkan kekasihnya merengkuh tubuhnya. Karena itu, Clarabelle, karena memegang prinsip itu, yang dianggap aneh oleh banyak teman-temannya, juga kekasihnya, menyebabkan Clarabelle dikhianati. Ketiga kekasihnya terbukti bercinta dengan wanita lain di belakang Clarabelle.

Jordan memandang Clarabelle dengan penuh tanya. Dengan kehidupan bebas yang selama ini Jordan jalani, akhirnya dia menemukan ada wanita seperti Clarabelle. Aneh sekali.

“Well …” Jordan melebarkan kedua tangannya, bingung. Mereka suami istri, berada di kamar pengantian dengan suasana romantis begitu cantik, lalu hanya saling menatap satu sama lain? Tidak masuk akal rasanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married at First Sight?   Extra Part 3 - You Will Be The Last

    "Mana cucuku? Aku sudah tidak sabar mau memeluknya!" Suara ceria itu, terdengar renyah. Clarabelle sangat merindukannya. Dengan cepat Clarabelle menemui Crystal yang baru melangkah masuk ke dalam rumah. "Oh, my God!" Crystal terbelalak begitu melihat Clarabelle. "Lihat, Sayang. Bayimu sudah tumbuh sebesar ini?" Crystal memegang perut Clarabelle dan mengusapnya dengan rasa gembira yang meluap. Clarabelle tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Sambutan hangat itu rasanya membalut semua hal yang dulu ingin dia lupakan. Keluarga Hayden. Keluarga itu akan terus menjadi bagian hidupnya. "Apa kabar, Lala?" Ann-Mary ganti memeluk Clarabelle. Suara manisnya yang elegan, Clarabelle juga rindu. "Aku sangat baik." Clarabelle tersenyum. Ada rasa tidak nyaman juga mengumpul di hatinya. "Aku minta maaf, karena pergi diam-diam. Sungguh, aku tidak ingin mengecewakan siapapun. Aku minta maaf." "Anakku yang tidak tahu menjaga istrinya. Kenapa kamu minta maaf? Jordan yang harus minta maaf. Dulu dia berj

  • Married at First Sight?   Extra Part 2 - Welcome Home, Sweet Heart

    Matahari cerah. Salju mulai mencair perlahan-lahan. Musim dingin kian bergeser, musim semi akan datang beberapa minggu lagi.Clarabelle duduk di pinggir jendela. Dia memandang ke jalanan dan pemandangan di depan rumah tempat dia tinggal. Tenang, hening, dan meneduhkan. Dari arah belakangnya, aroma harum kopi panas terasa masuk ke penciuman.Clarabelle menoleh, Jordan berdiri dengan dua cangkir di tangannya. Wajah tampan itu tidak tersenyum, tetapi tatapan ceria muncul dari sorot matanya."Minuman hangat buat jantung hatiku. Susu saja. Kopi buat aku." Jordan memberikan satu cangkir kepada Clarabelle."Ah, aku sudah membayangkan meneguk kopi panas dan harum. Kenapa susu lagi?" Clarabelle cemberut tetapi dia terima juga cangkir dari Jordan."Biar sehat. Nanti saja kalau sudah lahir kesayangan kita, kamu minum kopi." Jordan duduk di sebelah Clarabelle. Dia menghirup harum kopi di cangkirnya, lalu meneguk beberapa kali."Hm, ibu hamil ga masalah

  • Married at First Sight?   Extra Part 1 - Yes, She Is!

    Salju baru beberapa menit lalu berhenti. Mobil hitam James berhenti dan terparkir di garasi rumah besar itu. James turun dari mobil dan dengan cepat berputar, membuka pintu mobil dari sisi lainnya. "We are here. Come on, Babe." James mengulurkan tangannya. Nerry menyambut tangan James dan keluar dari mobil. Dia melihat ke sekeliling. Tempat parkir saja begitu luas. Ada beberapa mobil ada di dalam garasi. Semua jelas mobil berkelas, mobil tidak terlalu sering tampak di jalanan. "They are waiting." James tersenyum. Dia menggandeng Nerry dan mengajak masuk ke rumah dari pintu samping, langsung ke ruang keluarga. "Tuan, aku sangat gugup." Nerry memperhatikan James. Wajah gadis itu merah merona. Sedangkan James tersenyum lebar penuh keceriaan. "Tenang saja. Kamu tidak akan dihukum karena jatuh cinta pada Hayden. Dan jangan panggil aku Tuan," kata James. "Iya, Tuan. Oh, James? Aneh." Nerry tersenyum

  • Married at First Sight?   124. Hold Me Tight

    Jordan menghentikan langkah mendengar pertanyaan itu. Apa yang baru dia dengar? Dia berbalik. Matanya bertemu mata indah yang membuatnya jatuh hati. Mata bulat dan bening Clarabelle. "Are you sure, you wanna leave me? And our baby?" Clarabelle memandang Jordan. Tangannya menyentuh bagian perutnya. Jordan masih mencerna apa yang terjadi. Tatapan matanya makin menghujam. "Setelah semua yang kamu lakukan, toko coklat Lala Joy, meninggalkan rumah mewah di Sydney, tidak peduli kantor Hayden, dan melepas semua wanita itu ... kamu akan pergi dariku?" Clarabelle bicara dengan tenang. Kedua matanya tampak teduh. Perlahan bibirnya tersenyum. "Lala ...." Jordan tak percaya yang dia lihat. Clarabelle mengucapkan sesuatu yang jauh dari bayangannya. "I miss you too, Jordan Gerald Hayden. Deep ini my heart, I always wanna hug you." Bibir tipis Clarabelle kembali menguntai senyum. Jordan segera kembali mendekat dan memegang tangan Clarabelle. "What do

  • Married at First Sight?   123. Tatapan Penuh Arti

    James keluar kamarnya. Dia menelpon Susan dan terpaksa membuat Susan bangun. Kabar yang James berikan tentang Clarabelle mengejutkan Susan. Dia cepat-cepat bersiap dan menemui James di tempat parkir."Susan, kamu bantu aku. Ini situasi buruk. James bertingkah bodoh lagi dan membuat Clarabelle kembali terluka." James mulai melajukan mobil keluar hotel.Hari mulai terang, tetapi matahari tidak mau menunjukkan dirinya."Apa yang Tuan harapkan dariku?" tanya Susan."Aku akan tenangkan Jordan. Dia kembali merasa bodoh dan menyesal. Kurasa dia lebih kacau karena bayi mereka dalam bahaya." James terdengar resah dan cemas. "Kamu, aku minta kamu tenangkan Clarabelle. Aku tidak tahu apa yang dia rasa tentang Jordan setelah kejadian ini. Aku hampir yakin, dia akan meminta bercerai."Deg. Susan menatap James. Apakah seburuk itu? Susan tidak tahu harus menjawab apa. Dia juga tidak tahu apa yang bisa dia katakan nanti pada Clarabelle."Aku rencana h

  • Married at First Sight?   122. Bertahanlah

    Jordan panik. Dia gemetar melihat Clarabelle bahkan kesulitan duduk."Lala ... Lala ...." Jordan tidak tahu harus bicara apa.Sementara darah terus mengalir dan melebar di atas salju."Jordan, sakit ...." ucap Clarabelle sambil memegang perutnya."Dokter ... kita ke dokter. Tunggu, aku ambil mobil. Bertahanlah," ujar Jordan di antara rasa bingung dan ketakutan.Dia berdiri dan berjalan kembali ke tokonya. Dia harus segera mengambil mobil dan membawa Clarabelle ke rumah sakit. Clarabelle makin pucat. Rasa dingin yang menusuk, disertai rasa sakit yang mendera perut, kaki, pinggang, dan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia hampir tidak bisa bergerak lagi.Beberapa menit berikutnya, Jordan datang. Dia membantu Clarabelle masuk ke dalam mobil. Clarabelle lunglai, tetapi tubuhnya juga kaku karena kedinginan. Dengan hati tidka karuan, Jordan mulai melajukan kendaraannya. Hari tidak lagi bersalju, tetapi jalanan cukup sulit ditempuh, Jordan tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status