Share

6. Awkward With The Groom

Detak jantung Clarabelle semakin laju. Berdiri di depan pria ini, meskipun tampan, gagah, dan mempesona, pikiran Clarabelle berkecamuk. Sungguhkah dia tidak salah langkah?

"Miss Johan?" Sekali lagi pemimpin acara memanggil Clarabelle.

Semua yang hadir mulai gelisah, Clarabelle masih terpaku menatap mempelai prianya. Clarabelle menarik nafas dalam, dia tak bisa mundur. Dia harus melanjutkan apa yang sudah dia putuskan.

“Aku menerima Jordan Gerald Hayden …”

“Wow, kamu langsung hafal namaku?” Jordan menyahut.

Gelak tawa kembali terdengar dari deretan bangku tamu. Senyum tipis pun muncul di bibir Clarabelle.

“… aku akan mengasihimu, apapun yang akan aku lewati, aku tidak akan mengucapkan kata cerai. Kita disatukan dalam pernikahan ini, sebuah ikatan suci, yang tidak bisa dipisahkan oleh manusia. Aku akan sekuat tenaga memeliharamu, memberikan dukungan dan kegembiraan dalam hidupmu. Aku ingin seutuhnya menjadi istri yang setia untukmu.” Kembali mata Clarabelle menatap Jordan. Kepada pria asing ini, Clarabelle meletakkan janji pernikahannya.

Aneh sekali. Dia sama sekali tidak mengenal pria di depannya ini, tapi Clarabelle siap memberikan hidup untuk mendampinginya. Clarabelle seolah tidak menapak bumi, jika ini mimpi, tidak lama lagi dia berharap akan cepat kembali terbangun.

Tepuk tangan menyambut janji kedua mempelai. Lalu pemimpin acara meminta mereka memasang cincin pada jari manis satu sama lain. Resmi sudah hubungan mereka menjadi suami istri. Jordan segera mendaratkan kecupan pada Clarabelle. Tentu saja Clarabelle tidak siap. Dia merasa jantungnya seperti mau meledak. Dia tidak menolak, tapi sedikit menghindar. Jordan mengerti, Clarabelle tidak nyaman, karena mereka baru bertemu, dia pun menahan dirinya.

Acara terus berlangsung dengan pesta yang cukup meriah. Semua gembira. Jordan hanya didampingi teman-temannya. Adriano merasa aneh, pria yang menikahi anaknya ini tidak hadir bersama keluarganya. Di tengah suasana meriah, Adriano mengambil waktu dan bicara dengan Jordan tentang itu. Apakah keluarganya tidak suka dia mengikuti acara ini sehingga tidak mau hadir.

“Aku minta maaf, Tuan Johan. Memang keluargaku bukan keluarga harmonis, jadi kami tidak dekat. Aku terbiasa mengurus semua sendiri. Saat aku bicara soal pernikahan ini, mereka tidak begitu peduli. Terserah saja aku mau bagaimana. Sungguh aku minta maaf. Bukan karena aku tidak ingin, tapi …” Jordan memasang wajah sendu. Akting ternyata masih harus berlanjut.

Adriano masih tidak begitu lega. Jika Jordan tidak punya hubungan baik dengan keluarganya, bagaimana jika mereka juga tidak akan menerima Clarabelle nanti? Itu yang dia pikirkan.

“Tapi, Tuan Johan tidak perlu kuatir. Aku hidup mapan, aku bisa memberi semua yang Lala butuhkan. Kami pasti akan baik-baik saja.” Jordan berusaha meyakinkan Johan jika dia memang pria yang tepat untuk Clarabelle.

Jauh di hatinya Jordan sendiri heran, sebagus ini dia bersandiwara. Dia pandang wajah Adriano, yang perlahan mulai tampak lebih lega. Pria setengah baya itu tersenyum. Ini memang situasi yang aneh. Mau bagaimana lagi? Clarabelle telah menikah. Tetapi melihat sikap ramah dan sopan Jordan, Adriano menetapkan di dalam hati, Jordan pasti bisa membahagiakan putrinya.

*****

Pesta pun usai. Adriano melepas Clarabelle pergi bersama Jordan. Mereka menuju ke hotel yang tidak jauh dari tempat pernikahan untuk menikmati malam pertama. Besok mereka akan mendapat kejutan dari kru acara untuk pergi berbulan madu. Clarabelle melambai pada ayahnya yang didampingi Susan dan Jack. Selama dia pergi, Susan dan Jack akan bergantian menengok Adriano selain ada perawat yang menjaga Adriano.

Kamar pengantin dihias begitu rupa, indah dan cantik. Anggun dan mewah. Benar-benar luar biasa mempesona dan membuat Clarabelle takjub. Clarabelle berdiri mematung di dekat pintu dan memandang ke seluruh kamar besar itu.

Tidak pernah terbayang, dia menikah dengan semua kemewahan ini, tanpa mengeluarkan uang sedikitpun. Ini tak akan terlupakan. Sayangnya, Clarabelle masuk ke kamar istimewa ini bersama pria asing.

“Hai … kenapa berdiri saja?” Jordan berjalan masuk dan mendekati meja di tengah ruangan. Dia membuka jas, dasi, lalu menyampirkannya di lengan kursi.

Clarabelle masih belum bergeming. Ini kamar pengantin. Dia bersama suaminya. Tapi dia tidak mengenal pria itu. Apa mungkin Clarabelle sanggup merelakan dirinya untuk mendapat sentuhan hingga terdalam dari Jordan?

Jordan kembali mendekat. Dia meraih pinggang Clarabelle dan memeluknya begitu dekat. Dada Clarabelle berdegup kembali dengan sangat kuat. Jordan semakin mendekatkan wajahnya ingin melepas kecupan lagi. Clarabelle menyentuh dada Jordan menahan agar pria itu menghentikan gerakannya.

“What?” Jordan cukup terkejut dengan penolakan Clarabelle. Selama ini setiap wanita yang bersamanya tidak akan ragu untuk segera merasakan nikmatnya sentuhan dari Jordan. Mereka hanya teman biasa, sekedar untuk berkencan. Bahkan Jordan pernah melakukannya juga dengan wanita yang baru dia kenal. Sedang Clarabelle, dia adalah istrinya. Ada apa dengannya?

Sekujur tubuh Clarabelle mulai terasa panas saat Jordan memeluknya kuat. Hembusan nafas pria tampan itu menerpa wajahnya begitu dekat. Clarabelle tahu apa yang Jordan inginkan. Mereka baru saja menikah, berada di kamar pengantin, tentu Jordan berniat merengkuh Clarabelle yang telah resmi menjadi istrinya.

Tetapi Clarabelle tidak berani melangkah lebih jauh. Dia belum mengenal Jordan, meskipun status mereka memang sebagai pasutri. Clarabelle menahan Jordan agar tidak mendaratkan kecupan padanya. Tangan Clarabelle memegang dada Jordan dan kepalanya sedikit menunduk.

“Lala? Kenapa?” Jordan masih merasa aneh karena Clarabelle tidak berhasrat dengan pelukan dan sentuhan yang mulai dia lepaskan. Dekapan Jordan pun melonggar.

“I am really sorry.” Clarabelle mundur. Dia duduk di tepi ranjang besar yang cantik, yang siap untuk mereka nikmati malam itu. Berulang kali Clarabelle menarik nafas dalam, menetralkan rongga dadanya.

Jordan melangkah ke sisi Clarabelle, tetap dengan posisi berdiri, memandang wanita mungil di depannya yang terlihat begitu kikuk.

“Jordan, kita belum saling mengenal. Aku, aku tidak bisa melakukannya. Tidak malam ini.” Clarabelle memberanikan diri mengatakan yang ada di dalam pikirannya. Jordan harus memahami apa yang Clarabelle rasakan. Hubungan seperti ini tidak bisa dilakukan dengan terpaksa.

Clarabelle selalu memegang prinsip yang Adriano tanamkan di dalam dirinya, hubungan badan hanya bisa dilakukan oleh pria dan wanita dalam pernikahan. Sejak dari awal itu yang Tuhan maksudkan. Saat melakukannya pun harus didasari rasa cinta, rasa rela, dan kesadaran penuh karena ingin memberikan kebahagiaan tertinggi buat pasangannya. Bukan sekadar melepas hasrat.

Bahkan sekalipun pernah tiga kali menjalin hubungan kasih, Clarabelle tetap menjaga dirinya utuh, dia tidak mengijinkan kekasihnya merengkuh tubuhnya. Karena itu, Clarabelle, karena memegang prinsip itu, yang dianggap aneh oleh banyak teman-temannya, juga kekasihnya, menyebabkan Clarabelle dikhianati. Ketiga kekasihnya terbukti bercinta dengan wanita lain di belakang Clarabelle.

Jordan memandang Clarabelle dengan penuh tanya. Dengan kehidupan bebas yang selama ini Jordan jalani, akhirnya dia menemukan ada wanita seperti Clarabelle. Aneh sekali.

“Well …” Jordan melebarkan kedua tangannya, bingung. Mereka suami istri, berada di kamar pengantian dengan suasana romantis begitu cantik, lalu hanya saling menatap satu sama lain? Tidak masuk akal rasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status