Share

7. Bali, Sweet Honeymoon

“Aku ingin membersihkan diriku. Maaf …” Clarabelle berdiri dan melangkah menuju ke kamar mandi. Dia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia sangat paham jika Jordan akan marah, tetapi Clarabelle punya alasannya dan dia harus tegas dengan itu.

Jordan hanya memandangi saja saat Clarabelle menghilang di balik pintu kamar mandi. Terasa getaran dari saku celananya. Jordan merogoh kantung celana dan mengeluarkan ponsel yang tersimpan di sana. Ronald menelpon.

“Dasar,” umpat Jordan. Bagaimana bisa temannya itu menghubungi di saat seperti ini.

“Mau apa menghubungi aku sekarang?” Sedikit kesal Jordan menerima juga panggilan Ronald.

“Haa … haa …” Suara tawa Ronald memekakkan telinga Jordan hingga dia menjauhkan ponsel.

“Lagi ngapain? Sudah seru-seruan dengan is-tri-mu?!”

Jordan melotot kesal. Temannya yang satu itu paling suka bikin emosi naik. Sengaja juga dia mengatakan istrimu dieja begitu.

“Bagaimana mau seru kalau ada setan lewat!?” sentak Jordan makin gusar. Tawa Ronald kembali meledak. Dan yang lebih mengesalkan suara tawa lain juga terdengar. Rupanya Warren dan Louie ada bersama Ronald.

“Gimana? Wanita separuh Asia juga seru di atas kasur?” Kali ini Warren yang menyahut.

“Cari sendiri buat dirimu, biar kamu tahu!” Jordan ingin sekali menempeleng wajah panjang Warren. Kalau saja mereka tahu, kali ini Jordan terpaksa menahan diri karena istrinya tidak mau disentuh. Benar-benar sial. Bayangan manis melewati malam panjang dengan wanita yang dia nikahi, tampaknya harus dia singkirkan dulu.

“Apa dia panas? Atau dia pasrah?” Louie kembali menyerang.

“Hei, jangan bikin aku naik darah. Tunggu aku pulang, aku tagih tiket bulan madu. Oke?”

Dengan kasar Jordan mematikan panggilan itu dan langsung dia matikan ponselnya.

Jordan melempar ponsel ke kasur, lalu menjatuhkan punggungnya, berbaring menatap langit-langit kamar yang putih bersih. Di ranjang itu bertebaran mawar merah dan aroma wanginya merebak menusuk hidung Jordan. Sayang, semua suasana manis itu tidak semanis yang Jordan bayangkan.

“Oke, Lala … sepertinya aku bertemu gadis lugu dan kuno. Makhluk langka abad ini. Kita akan lihat sejauh mana pertahanan kamu.” Bergumam sendiri, Jordan menetapkan di hati, dia akan membuktikan julukan playboy yang melekat padanya itu sepadan. Wanita seperti apapun bisa dia taklukkan. Jordan merasa tertantang dengan pernikahan mainan ini!

*****

Pagi datang.

Clarabelle membuka mata, dengan cepat dia berbalik dan melihat ke sisi lain ranjang besar tempatnya berbaring. Ah, Jordan masih tidur nyenyak. Pria tampan itu tidur terlentang dengan tangan di atas keningnya. Clarabelle tak bisa mengelak, postur dan tampang Jordan memang mempesona.

Semalam setelah mandi, dengan tegas Clarabelle mengatakan dia sangat lelah dan ingin segera tidur. Jordan tidak mendebat. Dengan senyum manis dia mengiyakan. Bahkan Jordan mengatakan agar Clarabelle memberitahu kalau dia tidak merasa nyaman dengan Jordan.

Clarabelle lega Jordan bisa memahami situasinya. Dan sepanjang malam, Jordan tidak ada niatan menyentuh Clarabelle. Keduanya pun lelap hingga pagi hadir kembali.

Baru selesai dari kamar mandi, room service datang membawakan sarapan istimewa untuk pengantin baru. Dan sekaligus ada amplop berwarna merah marun titipan dari kru acara, kejutan buat kedua mempelai.

Clarabelle meletakkan makanan di atas meja. Tepat saat itu Jordan terbangun. Melihat Clarabelle akan sarapan, dengan cepat Jordan mendekat.

“Morning, Lala. You look good today. So pretty.” Jordan tersenyum. Ini bukan sekedar pujian untuk menyenangkan Clarabelle. Asli, sekalipun tanpa make up, baru bangun tidur, Clarabelle memang cantik.

“Thank you.” Clarabelle pun melebarkan senyumnya. Suami. Dia punya suami yang menyapa manis di pagi hari. Ternyata menyenangkan juga. Sepertinya saatnya Clarabelle lebih berani terbuka, mengijinkan Jordan mendekat.

Jordan duduk di sebelah Clarabelle dan mengambil porsi makanan untuknya. Dilihatnya sebuah amplop manis tergeletak di meja. Jordan mengambilnya, membuka isinya, lalu dia tunjukkan pada Clarabelle.

“Babe … Can you guess what it is?” Jordan memandang Clarabelle.

Jantung Clarabelle berdegup tiba-tiba. Dari tatapan Jordan, Clarabelle tahu apa yang tertulis di amplop itu.

“Wedding present. A sweet honeymoon, for us …” Jordan mendekatkan wajahnya. “Look … Bali!”

Mata Clarabelle melebar seketika. “Bali?”

“Yup. Bali. Wonderful!” Jordan sangat senang dengan kejutan itu. Dia pernah ke Bali beberapa tahun lalu. Kenangan yang Jordan tidak akan pernah lupa. Pergi dengan wanita yang istimewa. Tetapi kali ini, dia akan kembali ke Bali dengan istrinya. Dia harus membuat momen ini lebih luar biasa.

“You like it?” Jordan bertanya dengan wajah ceria.

Clarabelle merasa ada degupan halus menyapa hatinya saat menatap mata tajam dan bagus Jordan.

“Bali is special for me.” Clarabelle menjawab dengan senyum lebar.

“Really?” Jordan mencoba tertarik pada yang Clarabelle katakan. Dia sengaja menetapkan hati akan mengikuti permintaan Clarabelle. Mungkin memang Jordan harus pakai strategi lain untuk mendekati wanita yang unik ini.

“Papaku berasal dari Indonesia. Dia bertemu mama di Bali. Jika aku bisa ke sana, aku akan paham sejarah yang tercipta di antara mereka.” Dengan hati berbunga Clarabelle menjawab pertanyaan Jordan.

“Wow!” Jordan tidak mengira ini yang Clarabelle ungkapkan. Yang Jordan pikir Bali adalah tempat kenangan Clarabelle dengan kekasihnya.

“I am excited.” Clarabelle melihat Jordan tampak bersemangat. Dia harus juga menyambut hari-hari istimewa di sana. Bersama pria asing yang dia sebut suami itu.

*****

Pesawat melandai, makin merendah, perlahan menjejakkan roda di landasan luas, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Hati Clarabelle meletup dan berdetak begitu cepat. Impiannya ingin melihat negeri kelahiran papanya telah menjadi nyata. Sekian tahun berharap, dia bisa menyaksikan sendiri, Indonesia, tempat yang indah, yang sering dia dengar dari Adriano atau dia saksikan dari layar kaca, atau juga browsing di internet.

“Kita akan bersenang-senang, oke?” Jordan meraih tangan Clarabelle dan menggandengnya.

Clarabelle tidak menolak. Semakin lama bersama Jordan, dia merasa semakin nyaman. Jordan sangat manis dan terbuka. Dia mendengar semua yang Clarabelle tuturkan, menerimanya dengan lapang, tampak tidak terganggu dengan apapun yang Clarabelle ceritakan padanya.

Sementara perjalanan menuju hotel, Jordan tidak melepaskan tangan Clarabelle. Senyum pria itu berulang kali muncul menghiasi wajahnya yang tampan. Setiap kali Clarabelle melirik padanya, selalu ada letupan mendesak di dada gadis itu.

“Apa aku sudah jatuh cinta padanya?” bisik hati Clarabelle. Lama Clarabelle memang tidak merasakan debaran seperti ini. Sejak dia memutuskan menyingkirkan semua hal tentang laki-laki. Anehnya, dengan pria yang dia temui pertama kali di hari pernikahannya, Clarabelle menemukan getaran itu kembali.

Jordan mulai memahami Clarabelle. Tidak rugi dia browsing beberapa situs tentang gadis-gadis Asia. Memang, Clarabelle lahir dan besar di Sydney, tetapi setelah beberapa kali perbincangan, Jordan bisa melihat dia sangat berbeda dengan gadis Aussie pada umumnya. Dan jawabannya, Jordan temukan pada karakter wanita Asia.

“Kunci sudah aku temukan, Lala. Tidak akan lama, kamu akan pasrah dan memberikan dirimu padaku.” Yakin, Jordan bicara dalam hati. Dia tatap lembut mata Clarabelle. Dia tebar pesona yang dia bisa pastikan membuat Clarabelle tidak akan ragu makin lekat dengannya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tamara Voight
Wish I could just read the darn book!
goodnovel comment avatar
Susan
The language changed from English to another language while in middle of the book
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status