Share

8. Merengkuh Manis Belahan Jiwa

“Kita sampai," ucap Jordan sembari melemparkan senyum riang.

Jordan membuka lebar pintu kamar hotel mereka. Lagi-lagi hamparan menakjubkan ada di depan mata. Kamar pengantin yang berikutnya mereka lihat. Unik, dengan ciri khas Bali sebagai pernak-pernik ruangan indah itu.

“It is amazing.” Clarabelle masuk ke tengah ruangan. Dia memandang sekeliling, rasa takjub memenuhi hatinya. “I love it, really.”

Senyum Clarabelle mengembang, melihat ke arah Jordan. Dia mulai terbiasa dengan Jordan di sisinya. Tidak ada rasa canggung seperti hari yang lalu.

“Lebih dari yang kubayangkan. Thank you, At the First Time I Meet You. Aku tidak akan lupa semua ini.” Jordan melangkah lebih jauh. Dia membuka pintu yang mengarah ke balkon kamar hotel.

Dari balkon, lautan lepas terhampar begitu cantik. Biru gelap, langit di atas biru cerah. Awan berarak indah tak lelah bergerak. Sementara angin terasa menerpa wajah. Suasana pantai sangat terasa.

“Wow … it is incredible. Babe …” Jordan melihat ke sekeliling. Kekaguman yang hadir di hatinya. Ini jauh lebih indah dari tempat yang dia pernah datangi beberapa tahun lalu.

Clarabelle telah berdiri di sisi Jordan, turut menatap cantiknya pemandangan di depan mereka.

“It is really great to be here.” Jordan menoleh pada Clarabelle. Senyum cantik penuh keceriaan muncul di wajah Clarabelle. Bahkan penerbangan yang lumayan lama, tidak membuatnya tampak lelah.

Jordan melebarkan tangan dan memeluknya. Lagi-lagi Clarabelle tidak menolak. Ah, makin terbuka saja dia dalam dekapan Jordan.

“Sedikit lagi, sabar, Jordan …” batin Jordan bicara.  “Tidak malam ini. Aku akan buat kamu yang menginginkan aku, Lala. Lihat saja.”

Di tengah suasana manis itu, sementara senyum Clarabelle belum menghilang, Jordan memberikan kecupan lembut. Dia harus bermain lambat. Dia tidak boleh salah langkah, atau Clarabelle akan menarik dirinya lagi.

*****

Pesona Jordan tak bisa diabaikan. Pria itu begitu manis, membuat Clarabelle makin suka bersamanya. Para ahli cinta itu benar-benar tahu, pria seperti apa yang Clarabelle perlukan. Ramah, pengertian, pendengar yang baik, dan sabar. Siapa yang tidak akan tergoda dengannya? Bukan hanya fisiknya, sikapnya pun begitu mengesankan.

Tiga hari berlalu, berdua mereka menjelajah Bali. Pulau Dewata memang menakjubkan. Hati Clarabelle dipenuhi rasa syukur dan kekaguman menyaksikan semua keindahan di depan matanya. Dia bisa mengerti mengapa Adriano begitu bangga dengan Indonesia. Tidak pernah bosan dia mengajarkan semua hal tentang negeri asalnya paada Clarabelle. Budaya, kebiasaan, prinsip-prinsip, meskipun itu ada kalanya sedikit tidak masuk akal untuk kehidupan di Australia. Dengan melihat sendiri yang ada di Bali, Clarabelle sangat mengerti alasan papanya melakukan itu sejak dia kecil.

“Ada kalanya aku marah karena papa memperlakukan aku tidak seperti anak-anak yang lain. Ada nasihat-nasihatnya yang aku kesal, kenapa aku harus berbeda dengan teman-temanku. Sekarang aku paham. Kehidupan di sini, membuat aku mengerti. Dan aku sangat menghargainya.” Clarabelle kembali bercerita tentang dirinya.

“Jadi itu juga alasannya, kamu tidak mudah bersentuhan dengan lawan jenis?” Jordan menanyakan itu dengan senyum manis di bibir. Dia harus hati-hati, jangan sampai istrinya terganggu dengan pertanyaan itu.

Clarabelle masih sedikit tidak mudah bicara tentang hal-hal berbau pribadi seperti ini. Tetapi dia dan Jordan adalah suami istri. Pernikahannya, dia harapkan tidak hanya selama delapan minggu dalam acara itu, yang dikelilingi kamera ke mana mereka pergi. Clarabelle mau, menikah sekali dan berlangsung seumur hidupnya. Dia harus berani mengatakan apa adanya tentang dirinya. Dia berharap Jordan bisa memahami semua itu.

“You are right.” Clarabelle mengangguk. “Aku hanya akan memberikan diriku kepada pria yang menjadi suamiku dan … aku tahu dia sayang padaku, menghargaiku, bukan sekedar ingin menikmati fisikku.”

Jordan cukup terkejut mendengar ini. Jadi, Clarabelle benar-benar masih murni? Dia kira hanya karena belum saling kenal saja dia menjaga dirinya. Ternyata … Clarabelle benar-benar belum tersentuh. Jantung Jordan berdetak keras. Jika benar, dia akan merengkuh utuh Clarabelle, menjadi pria pertama yang menikmati kebersamaan terdalam dengannya. Jordan merasa menang dua kali!

“Lala …” Jordan tidak tahu mengapa di dadanya ada gemuruh yang tak bisa dia tahan. Jika mungkin, di malam indah itu, bisakah dia mendapat jackpot dari istrinya?

“Aku tidak akan memaksa. Jika kamu siap, kapan saja.” Jordan memegang tangan Clarabelle. Hatinya berkata lain, tapi dia tidak boleh gegabah.

Kelembutan Jordan membuat Clarabelle makin nyaman. Hatinya tak bisa menolak lagi. Dia mulai menikmati kecupan lembut yang sesekali Jordan kirimkan di pipi atau bibirnya. Dan di sisi terdalam dirinya, seakan mendorong dia lebih berani dan ingin melepas semua untuk pria manis yang telah mencairkan dingin hatinya.

Malam itu, ketika bulan hampir purnama, setelah makan malam romantis, di tengah rasa letih setelah menikmati cantiknya pantai di siang hari, Clarabelle dengan rela membiarkan Jordan merengkuhnya. Ada rasa takut, ada rasa malu. Tetapi dia tidak lagi mengelak. Setiap sentuhan Jordan, dia mau merasakan itu sebagai hadiah istimewa untuk awal pernikahan mereka. Penyatuan yang meneguhkan bahwa mereka sesungguhnya masuk dalam sebuah pernikahan. Bukan sekadar sebuah upacara, tetapi sebuah komitmen, sehati, sejiwa, dan juga satu tubuh.

Setelah petualangan cinta yang Jordan lewati sekian lama, terbiasa dengan banyak wanita yang bisa jadi berganti tiap malam, bersama Clarabelle, Jordan merasakan sensasi yang begitu berbeda. Clarabelle benar-benar polos, tidak tahu harus berbuat apa. Jordan justru bersemangat. Ini pengalaman luar biasa buatnya. Yang paling dia suka, karena dia menjadi pria pertama yang mendekap dalam Clarabelle, sebagai suami untuknya.

“Honey …” bisikan itu, rasanya begitu berarti untuk Clarabelle. Dia tatap Jordan yang ada tepat di depannya, pria itu masih menginginkannya.

Hingga lewat tengah malam, Jordan akhirnya melepaskan Clarabelle. Puas, lega. Dia berhasil menaklukkan gadis unik itu. Wanitanya, istrinya. Clarabelle, meski masih terlihat malu, dia tetap merapatkan diri pada Jordan, tidak ingin jauh darinya. Dalam pelukan hangat Jordan, Clarabelle akhirnya terlelap.

Beberapa jam kemudian, Jordan merasa sangat haus. Dia membuka matanya. Clarabelle masih terlelap dengan tubuh meringkuk dalam dekapan Jordan. Jordan tersenyum. Istrinya manis sekali. Dia hampir menangis saat melepaskan bagian terdalam dirinya dipenuhi Jordan.

“Malam yang luar biasa. Thank you.” Jordan berbisik, seakan Clarabelle bisa mendengarnya.

Jordan melihat ke arah jam yang tergantung di dinding. Jam enam lewat dua puluh menit. Perlahan dia lepaskan Clarabelle, hati-hati agar wanita itu tidak terbangun. Jordan mengambil segelas besar air, menegukanya hingga gelasnya kosong. Kemudian Jordan meraih ponsel dan duduk di sofa di sisi kanan kamar itu. Dia ingin membagikan kemenangan ganda karena ikut acara ini pada teman-temannya.

- Thank you, Guys! Kalian memang sahabat paling oke yang tahu diriku dengan sangat baik. Aku mendapat seorang istri yang cantik. Dan … jackpot-ku … Virgin!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status