Tiga minggu telah berlalu. Dan keadaan Alvon selama tiga minggu ini mengalami perubahan yang baik. Lelaki itu sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasanya, tanpa menggunakan kursi roda lagi.
Selain itu, sikap nya pada Cyra pun selama tiga minggu ini mengalami perubahan. Ia cenderung bersikap baik, walaupun nada bicara nya masih datar dan dingin. Namun, percayalah. Cepat atau lambat pasti nada bicara itu akan berubah lembut seiring waktu.
Ketika Cyra berada di dekatnya, Alvon tidak lagi marah atau mengusirnya. Bahkan, membentak nya pun kini jarang. Dan yang paling ajaib, lelaki itu kini mulai mau untuk tidur satu tempat tidur dengan Cyra.
Seperti nya, Alvon memang benar-benar ingin membuktikan ucapannya wajtu itu bahwa ia akan membuka hatinya untuk Cyra.
"Al?"
Alvon berkesiap. Kedua tangan nya ia keluarkan dari saku celana, kemudian menatap Cyra yang terlihat menggemaskan mengena
"Huek.. huek..""Huek.. huek.."Alvon membuka matanya ketika mendengar suara seseorang yang tengah muntah dari dalam kamar mandi. Melihat ke sebelah, Alvon lantas menyergit ketika tidak menemukan keberadaan Cyra.Lantas, apa mungkin yang ada di dalam kamar mandi itu adalah Cyra?Tanpa berfikir panjang, Alvon segera menyibak selimut dan berjalan cepat membuka pintu kamar mandi yang untungnya tidak di kunci dari dalam.Tatapan nya langsung tertuju pada sosok Cyra yang tengah membungkuk di depan wastafel. Rambut coklat sepunggung Cyra yang terurai terlihat menutupi sebagian wajahnya.Alvon pun melangkah mendekati Cyra, menarik pelan rambut Cyra ke belakang. Cyra yang terkejut pun segera menoleh. Ia menghela lega ternyata Alvon pelakunya."Alvon.." Ujar Cyra lirih."Tun
Keluarga kecil Williams terlihat tengah menikmati sarapan dengan tenang, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang beradu dengan piring.Hingga kemudian, Tian menyimpan sendok serta garpu dan beralih meminum segelas air sebelum akhirnya ia memfokuskan pandangannya pada Alvon dan Cyra."Alvon, Cyra?"Yang dipanggil segera mendongak, melempar tatapan tanya. Kemudian Tian merogoh saku celananya, mengambil sesuatu disana."Kunci?" Tanya Cyra kemudian.Tian memberikan kunci tersebut pada Alvon, dan Alvon menerimanya dengan alis yang saling bertautan."Itu kunci rumah baru kalian." Ujar Tian."Rumah baru?" Tanya Alvon dan Cyra bersamaan."Iya. Tadi nya papa akan memberikan kunci itu sebagai hadiah kelahiran cucu papa nanti. Tapi, setelah papa pikir-pikir itu kelamaan makanya papa kasih sekarang saja." Jelas Tian, diiringi seny
Hari ini Cyra dan Alvon sedang berada di rumah sakit, setelah lima menit yang lalu Cyra selesai melakukan check upkandungan. Cyra senang. Karena ini merupakan pertama kali baginya mengecek kandungan dengan di temani oleh Alvon."Usia kandungan istri anda sudah menginjak dua bulan. Dan syukurlah, janinnya baik-baik saja. Dia berkembang dengan sehat didalam." Ujar sang dokter seraya tersenyum.Cyra pun ikut tersenyum sambil menatap Alvon yang duduk di sebelahnya. Alvon menoleh lalu mengusap rambut Cyra dengan lembut."Syukurlah dok, terimakasih." Ujar Alvon pada sang dokter, "Kita pamit.""Iya sama-sama, ini ya resep vitamin yang harus kaliantebus." Sang dokter memberikan sebuah kertas kecil pada Alvon, dan Alvon segera menerimanya.Alvon dan Cyra beranjak, berjabat tangan dengan sang dokter."Sekali lagi terimakasih dok. Kita permisi."
Cyra tersenyum melihat wajah tampan Alvon yang masih terlelap di sebelahnya. Alis tebal, mata yang kecil, hidung mancung, serta bibir yang terlihat sedikit tebal mendominasi bagian wajah Alvon membuat ketampanan nya semakin bertambah.Saking serius nya Cyra memandangi wajah Alvon, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Alvon sudah membuka matanya."Kenapa?" tanya Alvon dengan suara serak khas bangun tidur."Eh?" Cyra berkesiap. Ia segera merubah raut wajahnya menjadi biasa saja. "Ti-tidak. Tidak apa.""Jelas-jelas kamu memandangi wajah ku." Sebuah seringai muncul di wajah Alvon."Si-siapa yang memandangi wajah mu? A-aku tidak melakukan itu!" Cyra berusaha mengelak. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Namun, Alvon segera menarik tangannya membuat tubuh Cyra kembali berbaring.Alvon mendekatkan wajahnya pada wajah Cyra. Cyra refleksm
"Ingin apa kalian datang kemari?" Tanya Alvon, dengan tatapan tertuju pada Rezka dan Roy yang duduk di hadapannya. Di sebelah Alvon, Cyra tampak tersenyum melihat raut wajah kedua sahabat Alvon yang berubah masam."Seharusnya kamu senang kita main ke sini!" Kesal Rezka.Alvon mendengus. Bagaimana tidak? Ini sudah malam dan hampir pukul sembilan tiga puluh. Yang benar saja. Memang tidak ada waktu siang atau sore untuk berkunjung? Kurang kerjaan bukan?"Kalian berkunjung tidak tau waktu, Cyra harus istirahat.""Istirahat saja. Toh, kita kan ada perlu dengan mu." Ujar Rezka santai."Dia tidak bisa tidur jika tidak bersama ku." Balas Alvon, seraya melirik Cyra sekilas."Benarkah? Bukankah sebaliknya ya? Ada juga kamu kan yang tidak bisa tidur tanpa Cyra?" Goda Roy."Diam!" Alvon mencebik sebal, "Cepat katakan, ingin apa kalian kemari?"
Mobil sports milik Alvon berhenti di parkiran kantor nya. Alvon segera keluar dari mobil. Namun, ketika dirinya hendak melangkah seseorang lebih dulu memanggilnya."Al!"Alvon mengurungkan niatnya. Ia mendengus saat mengenali siapa suara itu."Selamat pagi!" Lucia, wanita itu bergelayut manja di lengan Alvon seraya menampilkan senyuman lebar nya.Alvon menjauhkan tangan Lucia yang memeluk lengan nya, "Tidak usah seperti ini!""Nanti temani aku makan siang ya?" Ujar Lucia antusias."Tidak, aku sibuk."Tanpa melirik Lucia, Alvon segera pergi meninggalkan wanita itu. Namun, lagi lagi langkah nya harus terhenti ketika mendengar Lucia mengancam nya."Jika kamu tidak menemani ku, aku akan melukai istri dan calon anak mu itu!"Alvon memutar tubuhnya, menatap Lucia marah."Jika kamu berani melakukan itu
"Al, kamu sudah pul-"Bruk!Alvon segera menarik Cyra kedalam pelukan nya. Entahlah, rasanya malam ini ia sangat tidak bersemangat semenjak insiden makan siang tadi.Memang, Lucia benar-benar penghancur mood nya."Al, kamu kenapa?" Tanya Cyra lembut."Tidak, aku hanya lelah." Alvon melepas pelukan nyakemudian mengusap lembut puncak kepala Cyra."kamu yakin? Tidak ada masalah kan di kantor?""Tidak ada. Ayo, kita ke atas.""Emm, kamu ingin aku buatkan coklat hangat dulu?""Boleh. Aku tunggu di atas.”"Oke."Cyra segera pergi ke dapur, sementara Alvon berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.Beberapa menit kemudian..Cyra telah selesai membuatkan coklat hangat untuk Alvon. Ia pun segera bergegas menuju kamar nya
Pagi ini Cyra tampak bersiap untuk menghadiri acara pernikahan Rezka dan Mindy bersama dengan Alvon.Dalam balutan dress navy selutut tanpa lengan yang dikenakan nya, cyra tampak cantik berputar didepan kaca hias. Makeup nya terkesan natural. Rambut sepunggung nya sengaja ia gerai, membuat kesan tersendiri bagi Cyra.Dress yang dikenakan oleh Cyra merupakan dress yang dibelikan oleh Alvon. Tidak ada angin, tidak ada hujan, pria itu tiba-tiba saja memberikan sebuah paper bag berisi dress untuknya. Dan tentu saja Cyra menyukainya."Cyra?"Cyra spontan memutar tubuh nya, menghadap sosok pria yang mengenakan jas yang warna nya senada dengan dress yang dikenakan nya."Al." Cyra tersenyum pada Alvon.Alvon tak kalah menarik dari Cyra. Pria itu terlihat sangat tampan dengan setelan jas navy nya deng