“mah, mama ahh..”
Wanita itu bergerak gelisah diatas tempat tidur sambil memegangi perut buncit nya. Peluh sudah mengalir banyak, dari dahi sampai turun ke leher. Mata nya bahkan sesekali terpejam seolah sedang menahan sakit.
“mama..”
Suara nya tidak kuat untuk teriak. Ia tampak menahan kesakitan sambil mengatur nafas nya.
“huh, huh..”
“Cyra, ayo makan—CYRA!” Revani spontan berteriak saat membuka pintu kamar menantu nya. Ia segera berlari menuju tempat tidur dan memegang tangan Cyra yang sudah berkeringat.
“mah..” panggil Cyra melemah.
“astaga, kamu ingin melahirkan nak!” Revani bergerak panik.
“PAH! PAPA!”
Tidak lama kemudian Tian-suami nya datang bersama pembantu nya di belakang. Sama hal nya seperti Reva
Tiga tahun kemudian..“daddy ayo bangun!”“daddy!!”Lelaki beralis tebal itu mengerjapkan matanya ketika mendengar teriakan anak kecil. Masih dengan nyawa yang belum sepenuh nya terkumpul, mata nya samar-samar melihat sosok anak kecil tengah duduk di atas perut nya. Dia, putra nya. Kebiasaan nya adalah setiap pagi selalu membangunkan nya tidur.“hei.” Suara serak Alvon terdengar. Tangan besar lelaki itumengusap kepala putra nya dengan sayang.“mommy mana?” tanya Alvon.“mommy di bawah sedang menyiapkan sarapan, ayo daddy bangun.”“berikan kiss
Cyra tersenyum memperhatikan Edward yang sedang bermain di temani dengan beberapa mainan nya. Anak itu benar-benar terlihat lincah dan menggemaskan. Kaki mungil nya bergerak lincah mengelilingi taman belakang dengan sebuah pesawat mainan yang ada di tangan nya. Mulut nya bergerak menirukan suara pesawat yang akan terbang.“ayo kita terbang ke mommy..” Edward berlari menghampiri Cyra yang sedang duduk di gazebo. Cyra tersenyum kemudian merentangkan tangan nya, menyambut Edward ke dalam pelukan nya.“sudah sore, kita mandi ya?” Cyra mengelus rambut tebal Edward. Anak itu sekarang duduk di pangkuan nya.“ayo!” ujar Edward penuh semangat. Cyra lantas mengecup puncak kepala Edward.“mau mommy gendong?” tanya nya.“mau!”“ayo kita terbang.&rd
Alvon baru saja terbangun dari tidur nya. Mata nya langsung di suguhkan dengan pemandangan yang benar-benar indah. Lelaki itu lantas mengangkat tangan nya guna mengelus pipi istri nya yang masih terlelap. Wajah cantik Cyra terlihat damai saat tertidur.Alvon tiba-tiba saja terkekeh. Ia teringat dengan hal konyol yang ia lakukan semalam dengan Cyra.-flashback on-Alvon membuka mata nya dan langsung melihat jam dinding yang kini menunjukkan pukul dua dini hari. Pandangan nya kemudian beralih kepada Edward dan Cyra yang tidur di samping nya. Mereka terlihat pulas sekali. Apalagi, Edward.Alvon terkekeh sejenak. Terbesit sebuah ide di benak nya. Ia segera bangun dari po
Suasana rumah mewah itu tampak sangat sunyi. Yang terdengar hanyalah suara detikan jam dinding berukuran besar yang menunjukkan pukul dua belas malam.Wajar, semua penghuni rumah sudah terlelap dan hanya menyisakan seorang gadis bersurai panjang yang sejak tadi cemas bolak-balik di depan pintu utama karena menunggu tuan muda nya pulang. Ia sudah berjanji pada tuan besar, untuk tidak tidur sebelum tuan muda nya pulang ke rumah."Ya Tuhan, semoga tidak terjadi hal buruk pada den Alvon. Ini sudah sangat larut, kenapa den Alvon belum juga pulang?" Kedua tangan gadis itu mengepal di depan, merapalkan doa.Hingga tidak lama setelah ia berbicara, terdengar lah suara deru mesin mobil dari luar."Itu pasti den Alvon, syukurlah.."Gadis itu segera membuka kunci pintu dan tersenyum lebar menyambut kedatangan tuan muda nya. Namun, senyuman itu seketika sirna ketika melihat tuan muda nya sedang d
Wanita bergaun pengantin itu mengusap airmatanya dengan kasar. Kejadian beberapa malam silam kembali berputar di kepalanya, dimana kejadian ketika sang anak majikan merenggut kesucian nya begitu saja.Sedih? Tentu. Namun harus bagaimana lagi? Mungkin Tuhan sudah menakdirkannya begitu.Mengelus perut, Cyra lantas tersenyum getir meratapi nasibnya. Kini, ia sudah sah menjadi istri dari seorang Alvon Williams dan menjadi ibu dari anak yang di kandung nya. Namun, sesuai perjanjian bahwa Cyra dan Alvon akan bercerai jika Cyra sudah melahirkan nanti."Berkembang lah dengan sehat." Ujarnya lirih.klek.Cyra refleks menoleh kearah pintu yang memperlihatkan seorang lelaki ber-jas dengan warna senada dengan gaunnya. Lelaki itu perlahan masuk dengan memasang wajah datar."Siapa yang menyuruhmu ke sini? Kamu berharap tidur dengan ku malam ini? Iya?" Tanya Alvon dingin.
Cyra berjalan riang menyusuri koridor kantor milik Alvon dengan sebuah jinjingan di tangan kanan nya."Bukankah itu istri pak Alvon?""Iya benar. Isu nya sih, pak Alvon menikahi nya karena bertanggung jawab.""Maksud kamu, wanita itu hamil karena pak Alvon?""Ya seperti itu.""Cantik sih, tapi kok pakaian nya seperti orang miskin ya?""Ya wajar lah. Dia kan pembantu dirumah pak Alvon."Mendengar bisik-bisik dari beberapa wanita itu, Cyra pun refleks memberhentikan langkahnya. Matanya menyapu pakaian nya dari atas hingga bawah.Memang benar. Terlihat sangat sederhana."Huh! Stop Cyra, jangan dengarkan apa kata mereka." Menghela nafas, Cyra pun akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.Hingga tidak lama kemudian, langkah Cyra berhenti tepat di depan sebuah pin
Alvon terbangun dari tidur nya setelah mendengar suara kicauan burung yang terdengar bersahutan dari luar.Ia refleks meringis. Punggungnya terasa sakit setelah ia berhasil merubah posisinya menjadi duduk. Semalaman, Alvon memang memutuskan untuk tidur di sofa. Dan mungkin ini penyebab mengapa punggung nya terasa sakit.Menyibak selimut, Alvon lantas segera bangkit. Matanya melihat pada tempat tidur, yang ia ketahui jika Cyra tidur disana, namun ternyata tidak.Hingga tatapan Alvon jatuh pada sosok wanita yang meringkuk tidur di lantai, tanpa menggunakan alas maupun bantal."Cyra?" Gumam Alvon seraya menatap perut rata wanita itu. Alvon berfikir sejenak, namun kemudian menggeleng keras."Tidak! Kenapa aku harus peduli padanya? Biarkan saja jika dia ingin tidur di lantai dingin itu!"Tanpa menatap Cyra kembali, Alvon langsung saja berjalan memasuki toilet.
Cyra tampak termenung menatap beberapa hamparan bintang yang bersinar terang malam ini."Ayah, ibu, kalian sedang apa disana? Aku sangat merindukan kalian. Maafkan aku yah, bu. Maafkan aku karena sudah mengecewakan kalian.""Aku lelah. Aku lelah hidup ku di perlakukan seperti ini oleh suami ku sendiri. Bisa kah kalian menjemput ku? Bisa kah kalian membawa ku pergi dari mimpi buruk ini?"Cyra menunduk ketika airmata itu keluar dengan sendirinya. Ia sudah seperti orang yang berputus asa. Seolah, mati adalah jalan satu-satunya untuk meninggalkan semua luka yang Alvon berikan."Kenapa kamu berbicara seperti itu nak?"Spontan, Cyra mendongak dan segera memutar tubuh nya."Mama?" cicit nya pelan.Revani menatap Cyra sendu. Segitu terluka nya kah Cyra, hingga berani mengatakan itu?"Jangan berbicara seperti itu." Revani menggenggam tangan Cyra,