Alvon baru saja terbangun dari tidur nya. Mata nya langsung di suguhkan dengan pemandangan yang benar-benar indah. Lelaki itu lantas mengangkat tangan nya guna mengelus pipi istri nya yang masih terlelap. Wajah cantik Cyra terlihat damai saat tertidur.
Alvon tiba-tiba saja terkekeh. Ia teringat dengan hal konyol yang ia lakukan semalam dengan Cyra.
-flashback on-
Alvon membuka mata nya dan langsung melihat jam dinding yang kini menunjukkan pukul dua dini hari. Pandangan nya kemudian beralih kepada Edward dan Cyra yang tidur di samping nya. Mereka terlihat pulas sekali. Apalagi, Edward.
Alvon terkekeh sejenak. Terbesit sebuah ide di benak nya. Ia segera bangun dari po
Suasana rumah mewah itu tampak sangat sunyi. Yang terdengar hanyalah suara detikan jam dinding berukuran besar yang menunjukkan pukul dua belas malam.Wajar, semua penghuni rumah sudah terlelap dan hanya menyisakan seorang gadis bersurai panjang yang sejak tadi cemas bolak-balik di depan pintu utama karena menunggu tuan muda nya pulang. Ia sudah berjanji pada tuan besar, untuk tidak tidur sebelum tuan muda nya pulang ke rumah."Ya Tuhan, semoga tidak terjadi hal buruk pada den Alvon. Ini sudah sangat larut, kenapa den Alvon belum juga pulang?" Kedua tangan gadis itu mengepal di depan, merapalkan doa.Hingga tidak lama setelah ia berbicara, terdengar lah suara deru mesin mobil dari luar."Itu pasti den Alvon, syukurlah.."Gadis itu segera membuka kunci pintu dan tersenyum lebar menyambut kedatangan tuan muda nya. Namun, senyuman itu seketika sirna ketika melihat tuan muda nya sedang d
Wanita bergaun pengantin itu mengusap airmatanya dengan kasar. Kejadian beberapa malam silam kembali berputar di kepalanya, dimana kejadian ketika sang anak majikan merenggut kesucian nya begitu saja.Sedih? Tentu. Namun harus bagaimana lagi? Mungkin Tuhan sudah menakdirkannya begitu.Mengelus perut, Cyra lantas tersenyum getir meratapi nasibnya. Kini, ia sudah sah menjadi istri dari seorang Alvon Williams dan menjadi ibu dari anak yang di kandung nya. Namun, sesuai perjanjian bahwa Cyra dan Alvon akan bercerai jika Cyra sudah melahirkan nanti."Berkembang lah dengan sehat." Ujarnya lirih.klek.Cyra refleks menoleh kearah pintu yang memperlihatkan seorang lelaki ber-jas dengan warna senada dengan gaunnya. Lelaki itu perlahan masuk dengan memasang wajah datar."Siapa yang menyuruhmu ke sini? Kamu berharap tidur dengan ku malam ini? Iya?" Tanya Alvon dingin.
Cyra berjalan riang menyusuri koridor kantor milik Alvon dengan sebuah jinjingan di tangan kanan nya."Bukankah itu istri pak Alvon?""Iya benar. Isu nya sih, pak Alvon menikahi nya karena bertanggung jawab.""Maksud kamu, wanita itu hamil karena pak Alvon?""Ya seperti itu.""Cantik sih, tapi kok pakaian nya seperti orang miskin ya?""Ya wajar lah. Dia kan pembantu dirumah pak Alvon."Mendengar bisik-bisik dari beberapa wanita itu, Cyra pun refleks memberhentikan langkahnya. Matanya menyapu pakaian nya dari atas hingga bawah.Memang benar. Terlihat sangat sederhana."Huh! Stop Cyra, jangan dengarkan apa kata mereka." Menghela nafas, Cyra pun akhirnya kembali melanjutkan langkahnya.Hingga tidak lama kemudian, langkah Cyra berhenti tepat di depan sebuah pin
Alvon terbangun dari tidur nya setelah mendengar suara kicauan burung yang terdengar bersahutan dari luar.Ia refleks meringis. Punggungnya terasa sakit setelah ia berhasil merubah posisinya menjadi duduk. Semalaman, Alvon memang memutuskan untuk tidur di sofa. Dan mungkin ini penyebab mengapa punggung nya terasa sakit.Menyibak selimut, Alvon lantas segera bangkit. Matanya melihat pada tempat tidur, yang ia ketahui jika Cyra tidur disana, namun ternyata tidak.Hingga tatapan Alvon jatuh pada sosok wanita yang meringkuk tidur di lantai, tanpa menggunakan alas maupun bantal."Cyra?" Gumam Alvon seraya menatap perut rata wanita itu. Alvon berfikir sejenak, namun kemudian menggeleng keras."Tidak! Kenapa aku harus peduli padanya? Biarkan saja jika dia ingin tidur di lantai dingin itu!"Tanpa menatap Cyra kembali, Alvon langsung saja berjalan memasuki toilet.
Cyra tampak termenung menatap beberapa hamparan bintang yang bersinar terang malam ini."Ayah, ibu, kalian sedang apa disana? Aku sangat merindukan kalian. Maafkan aku yah, bu. Maafkan aku karena sudah mengecewakan kalian.""Aku lelah. Aku lelah hidup ku di perlakukan seperti ini oleh suami ku sendiri. Bisa kah kalian menjemput ku? Bisa kah kalian membawa ku pergi dari mimpi buruk ini?"Cyra menunduk ketika airmata itu keluar dengan sendirinya. Ia sudah seperti orang yang berputus asa. Seolah, mati adalah jalan satu-satunya untuk meninggalkan semua luka yang Alvon berikan."Kenapa kamu berbicara seperti itu nak?"Spontan, Cyra mendongak dan segera memutar tubuh nya."Mama?" cicit nya pelan.Revani menatap Cyra sendu. Segitu terluka nya kah Cyra, hingga berani mengatakan itu?"Jangan berbicara seperti itu." Revani menggenggam tangan Cyra,
Weekend adalah hari yang cukup di nantikan oleh beberapa orang, karena mereka bisa bersantai-santai di rumah, berkumpul dengan keluarga, atau pun hangout bersama teman dan kekasih.Sama hal nya dengan Alvon, lelaki itu pun kini tengah bersiap ingin menemui sang kekasih. Ah ralat, mungkin lebih tepat nya mantan kekasih karena waktu itu Alice berkata untuk mengakhiri hubungan dengan nya.Melipat lengan kemeja putih nya, Alvon lantas melirik arloji yang kini menunjukkan pukul delapan pagi. Ia segera mengambil kunci mobilnya kemudian bergegas turun ke lantai bawah.Ketika langkahnya telah sampai di akhir tangga, suara Cyra menggema memanggil nama nya."Al!" Cyra berjalan menghampiri Alvon. Matanya menatap Alvon dari atas hingga bawah."Kamu ingin kemana? Bukankah ini hari minggu, dan ituartinya kamu libur di kantor?"
Cyra menatap wajah pucat Alvon dengan sendu. Sudah hampir delapan jam Alvon belum sadarkan diri setelah dirinya di pindahkan di ruang rawat VIP.Akibat kecelakaan itu, satu kaki Alvon terluka lumayan parah, begitupun dengan bagian kepalanya. Dan dokter mengatakan jika Alvon harus mendapatkan penanganan dan perawatan yang khusus."Nak, istirahat lah. Sejak tadi kamu duduk di situ terus."Revani berdiri di sebelah Cyra yang duduk di kursi samping brankar Alvon. Sejak tadi, sejak di pindah kan nya Alvon ke ruang rawat, Cyra dengan setia nya duduk di situ menunggu Alvon tersadar."Aku tidak apa mah."Revani dapat melihat kekhawatiran yang begitu mendalam dari tatapan Cyra. Bahkan, bercak air mata pun masih terlihat di sekitar mata dan pipinya."Nak, Alvon pasti akan baik-baik saja." Ujar Revani sambil mengelus bahu Cyra."Iya mah. Aku sangat m
Gadis itu tampak begitu sibuk memasukkan barang-barang nya kedalam sebuah koper yang ia letakkan di samping lemari.Mengalihkan pandangan, gadis itu spontan terdiam memandang figura foto yang menetap diatas meja panjang yang terletak di samping lemari tersebut.Ia berdiri. Tangan nya meraih figura itu dan memeluknya sambil memejamkan mata."Kenapa hubungan kita harus berakhir menyakitkan seperti ini Al? Seandainya kamu tidak melakukan kesalahan besar itu.."Airmata gadis itu jatuh hingga mengenai kaca figura yang tengah di peluknya. Mungkin, semalam adalah hari terakhir nya ia melihat sang mantan kekasih, karena pagi ini ia harus terbang ke Jerman bersama kedua orangtua nya untuk urusan pekerjaan.Tok!Tok!"Alice, cepatlah nak, papa sudah menunggu mu di bawah!"Alice berkesiap. Menghapus airmata, ia pun lantas memandang figura it