Share

Bab 3

Di dalam mobil, Aksa merasakan perasaan yang aneh, kenapa hatinya ingin kembali ke tempat itu. Seperti ada seseorang yang meminta bantuannya. Beberapa kali Aksa menghela napas. Ini membuatnya gila, kenapa ia tiba-tiba teringat pada Karina. Aksa menghentikan mobilnya dan terdiam sejenak di dalam mobil. Aksa mengacak rambutnya kasar dan juga mengusap wajahnya dengan pelan. Ia kembali melajukan mobilnya dengan membalikkan arah kembali ke tempat di mana mungkin Karina berada.

“Kenapa aku harus peduli padanya,” gumam Aksa merasa heran akan perasaannya. Apalagi saat mengingat wajah sedih Karina saat mereka berpisah tadi. “Sebenarnya aku sedang apa?!” keluhnya dan terus melajukan kembali kendaraannya. Sepanjang perjalanan ia terlihat mencari sosok Karina. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Karina disepanjang jalan yang dilalui Aksa. Setelah lama, saat ia melalui sebuah pasar yang cukup ramai. Dari kejauhan ia melihat seorang gadis sedang berlari dan di belakangnya beberapa pria mengejar. Aksa terkesiap melihat siapa gadis itu, gadis itu yang ia cari. Mobil Aksa berhenti tepat di mana gadis yang tidak lain Karina berlari menuju kearahnya. Dengan refleks ia membuka pintu mobil membuat Karina yang berada tidak jauh darinya dengan tatapan bingung. Seketika Karina menghentikan kakinya yang berlari dan menatap Aksa yang berada di dalam mobil.

“Cepat masuk...” teriak Aksa membuat Karina terbangun dari lamunannya, ia melihat ke belakang dan orang-orang suruhan ayahnya sudah mulai mendekat. Tanpa banyak kata, Karina memasukkan tubuhnya ke dalam mobil Aksa. Mobil Aksa kembali melaju dengan cepat meninggalkan mereka yang mengejar Karina dengan susah payah. Pria-pria itu menatap mobil Aksa yang membawa Karina sudah menjauh.

“Bagaimana ini?” tanya salah seorang pria menatap kawan-kawannya.

“Yang pasti kita dalam masalah besar kalau tidak secepatnya membawa Nona Karina,” kata pria yang lain dengan frustasi.

“Sepertinya aku pernah melihat pria itu,” ujar pria yang bertubuh kecil menatap kearah kawan-kawannya. “Aku pernah melihat pria itu,” katanya dengan yakin.

“Kamu yakin?”

“Iya...”

“Siapa pria itu?”

“Kalau tidak salah, dia adalah putra dari Anggara Sutomo,” sahut pria bertubuh kecil itu.

“Apa??!” teriak mereka terkejut.

“Benar aku yakin, aku pernah melihat wajahnya. Walau tidak jelas, tapi aku tahu dia adalah putra Anggara dari GIO Corp,” jelasnya membuat kawan-kawannya termenung.

“Kita harus segera melaporkan hal ini pada Tuan, kalau kamu yakin. Ini akan menjadi perang yang tidak akan mungkin pernah berakhir,” kata pria bertubuh tinggi menatap mereka berlima. Mereka mengangguk mengiyakan.

***

            Sementara itu Karina yang berada di dalam mobil Aksa menatap pria itu dengan tatapan tidak biasa. Aksa yang merasa diperhatikan oleh gadis yang duduk di sampingnya mulai menghembuskan napas kasar. Ia menoleh sekilas kearah Karina, membuat gadis itu terkejut dan dengan refleks mengalihkan pandangannya dengan wajah malu.

            “Aku kembali karena kamu meninggalkan barangmu di dalam mobilku,” kata Aksa membuat Karina kembali melihat ke arahnya, Aksa menunjuk sesuatu di kursi belakang. “Itu, kamu harus membawanya juga. Ini menyusahkanku,” ujar Aksa. Padahal dia sedang berbohong, entah kenapa tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak dan ingin kembali mencari Karina.

            Karina melihat gaun pengantinnya yang terbungkus rapi di dalam bag besar dijok belakang.

            “Kamu kan bisa membuangnya kalau kamu mau,” sahut Karina. “Tapi terimakasih kamu sudah mau menolongku, aku bisa mati kalau tertangkap orang-orang suruhan ayahku,” ujar Karina, ia tampak frustasi. Walaupun ia tidak akan bisa selamanya menghindar atau terus bersembunyi. Suatu hari nanti, ia pasti akan tertangkap oleh anak buah ayahnya. Karina kembali termenung.

            Aksa melihat sekilas ke arah Karina yang terdiam, “memangnya apa yang akan dilakukan ayahmu kalau kamu tertangkap?” tanya Aksa menjadi penasaran dengan apa yang akan terjadi pada gadis yang kini menghela nafas lelah.

            “Aku pasti dikurung dan dipaksa menikah  tentunya,” sahut Karina.

            Aksa tersenyum hambar, “Jadi sekarang kamu mau ke mana?” tanya Aksa. Karina melihat kearahnya dengan wajah merengut.

            “Tidak ada tempat yang bisa aku tuju,” sahut Karina. Aksa terdiam. Dia dalam masalah besar, kenapa harus kembali. Sekarang dirinya menyesal. Karina melihat ke luar jendela. Keduanya terdiam dalam keheningan dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.

***

            Di rumah Karina , Tn. Rama begitu cemas menunggu kabar dari anak buahnya yang sedang mencari Karina. Pintu ruang kerja Tn. Rama diketuk seseorang dari luar. Pandangannya  teralihkan ke pintu.

            “Masuk...” perintahnya pada orang yang mengetuk pintu ruangannya dari luar. Seseorang masuk ke dalam ruangan. Tn. Rama memandangnya dengan harap cemas karena sampai sekarang tidak mendapatkan kabar bagaimana keadaan putrinya itu.

             “Kalian sudah menemukan putriku?” tanya Tn.Rama pada anak buahnya.

“Iya tuan, dia ada di daerah selatan, tapi…” sahut salah satu anak buahnya, ia kemudian menggantungkan ucapannya dan tertunduk.

“Tapi apa?” Tn.Rama begitu penasaran.

“Nona Karina bersama dengan seorang pria dan pria itu adalah putra dari Tn.Anggara,” ujar anak buah Tn.Rama memberitahu.

“Apa? Kalian yakin?” Tn.Rama terkejut. “Anak Tn.Anggara, bagaimana bisa dia bersama anak dari musuh besarku,” teriaknya marah. Tn.Rama dan Tn.Anggara sudah bermusuhan sejak lama, mereka tidak pernah akur satu sama lain. Hanya ada dendam diantara keduanya. Dendam lama yang tidak akan pernah hilang.

“Kami tidak tahu Tuan, saat kami mengejar nona Karina. Tiba-tiba saja pria itu muncul dan membawa nona Karina pergi,” jelas anak buahnya memberitahu. Tn. Rama mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

“Apakah ini termasuk rencana orang itu untuk menghancurkanku? Itu tidak akan berhasil. Kalau dia menganggap aku akan kalah dengan rencana bodoh ini mengumpankan anaknya. Aku akan mengikuti permainanya,” mata Tn. Rama menyalak garang dengan dipenuhi rasa benci. Keluarga Sutomo dan Keluaga Handoko memang tidak pernah akur satu sama lain. Di dalam bisnispun mereka selalu bersaing terang-terangan. Tidak ada yang mau mengalah. Permusuhan ini memang sudah terjadi sejak lama, saat keduanya masih muda.

Tn. Rama kembali memandang anak buahnya yang masih berdiri didepannya, “Kamu harus terus mencarinya. Bawa secepatnya putriku kehadapanku, kalau pria itu masih mengganggu. Beri saja dia sedikit pelajaran,” perintah Tn. Rama pada anak buahnya itu yang langsung mengangguk patuh.

“Baik, Tuan...” sahutnya. Setelah ditinggalkan anak buahnya, Ny. Arta masuk ke dalam ruang kerja Tn. Rama.

“Sayang, kamu sudah menemukan Karina?” tanyanya menatap lekat ke arah suaminya itu.

“Anak itu, kenapa dia bisa bertemu dengan putra dari Anggara,” heran Tn. Rama, kini  tatapannya beralih pada istrinya yang menatapnya bingung.

“Apa yang kamu bicarakan, siapa yang bertemu dengan siapa?” tanya Ny. Arta.

“Tentu saja putrimu dengan putra Direktur GIO Crop, putra dari musuh besarku,” kata Tn. Rama dengan nada kesal. Ny. Arta terhenyak mendengarnya. 

“Bagaimana bisa itu terjadi?” tanya Ny.Arta, Tn.Rama hanya terdiam. Ia menghembuskan nafas kasar. “Apa jangan-jangan mereka saling mencintai dan merencanakan pelarian ini...” ujarnya mengira-ngira. Tn. Rama memandang istrinya itu dengan terkejut.

“Saling mencintai, itu menggelikan. Aku tidak akan pernah membiarkan putriku dekat-dekat dengan putra dari Anggara. Jangan harap itu terjadi, aku tidak akan membiarkannya,” Tn. Rama berjalan ke luar dari ruangannya dengan perasaan marah. Sedangkan Ny. Arta tampak termenung, perlahan ia menghela napas pelan. Tangannya ia remas dengan perasaan cemas. Kecemasan itu tampak jelas terukir diwajahnya. Ia benar-benar mengkhawatirkan Karina. Apa yang akan terjadi kalau ia berhasil ditemukan dan diseret pulang. Dengan pelan Ny. Arta memijat keningnya saat dirasakan kepalanya pusing.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Selina
hmmm... sepi ya....‍...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status