Share

Martabak Setan
Martabak Setan
Penulis: Naffa Aisha

Part 1 : Takjil Super Enak

Martabak Setan

 

Part 1 : Takjil Super Enak

 

"Martabak mini sepuluh biji ya, Mbak!" ucap Zilga dengan suara lemas, maklum lagi puasa.

 

"Maaf, Zil. Martabaknya sudah habis," jawab si mbak penjual.

 

"Loh, cepat amat habisnya? Baru juga pukul 15.00," protes Zilga dengan nada kesal karena lagi-lagi tidak kebagian martabak di hari ke-enam bulan Ramadhan ini.

 

"Barusan juga habis, Zil. Diborong Ibu-ibu mau acara bukber," jawabnya lagi.

 

"Ya sudah, besok saya pesan sepuluh biji. Ini uangnya saya bayar dimuka, ya!" Zilga meletakan uang selembar dua puluh ribu rupiah di atas meja kasir penitipan aneka takjil di kampung yang hanya berjarak dua rumah dari kediamannya.

 

"Hem, oke. Tapi kalau lewat jam 15.00 gak diambil, saya jual lagi martabaknya," jawab si mbak penjual sambil mengedipkan sebelah mata.

 

"Eh, kok gitu? Saya sudah bayar dimuka loh, jadi besok sore pas saya ke sini, tuh martabak harus masih ada!" Zilga makin sewot dengan mulut keriting sambil membalikan tubuh hendak pulang.

 

Si mbak penjual hanya cekikikan sambil menutupi mulutnya, takut aroma mulut khas orang puasa ini membius para pembeli lainnya. Zilga pun berlalu dan kembali ke rumah dengan tampang dongkol.

 

"Gila, emang seenak apa sih tuh martabak? Kok gue gak kebagian terus setiap hari," gerutu Zilga ketika menginjakan kaki di geretak panjang rumahnya.

 

"Kenapa, Zil?" tanya Saskia, kakaknya Zilga.

 

"Gak kebagian martabak mini warung takjil Ibu Nurhana lagi, Kak. Gila, ini hari ke-enam gue ke sana mau beli martabak dan jawaban si mbak penjualnya 'habis'. Nyebelin, kan?" jawab Zilga sambil merengut, bibir tipisnya terlihat mengerucut.

 

"Bulan puasa gak boleh marah-marah! Entar pahala puasanya berkurang. Beli takjil yang lain saja kenapa sih? Kan ada Bingka, Risoles, Bakwan, Samosa, Rerokok dan masih banyak lagi kue lainnya yang dijual di sana. Apa semuanya juga habis?"

 

"Gue cuma pengennya martabak, yang lain gak minat."

 

"Ehm, ya sudah beli di warung lain saja!"

 

"Maunya cuma di warung itu, soalnya kata teman-teman di sekolah. Martabaknya super enak, cuma gue doang yang di kelas belum pernah makan tuh martabak. Gue kan jadi penasaran, gitu ceritanya," jelas Zilga, gadis kelas XI SMA itu sambil ngeloyor menuju kamar.

 

Si Kakak hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang adik dan kemudian kembali ke dapur, melanjutkan acara masak-masak untuk buka puasa nanti.

 

******

 

Di sekolah, lagi-lagi Zilga hanya mendengarkan obrolan teman-temannya tentang kelezatan 'martabak mini' menu berbuka puasa kemarin sore.

 

"Sumpah, gue baru kali ini merasakan martabak seenak yang di jual di warung takjil Ibu Nurhana. Nagih guys rasanya, maknyos dah pokoknya," ujar Hilda teman sebangku Zilga.

 

"Lo udah merasakan belum, Zil? Kan, dekat tuh dari rumah elo?" tanya Ulan yang duduk di depan Zilga.

 

"Belum, sudah enam hari gue ke sana mau beli, eh ... habis melulu," jawab Zilga dengan tampang manyun.

 

"Haha, emang elo ke sana jam berapa, Zil? Gue aja jam 14.00, sudah tinggal dikit lagi aja martabaknya," ucap Hilda dengan bersemangat.

 

"Emang seenak apa sih tuh martabak hingga seisi sekolah ini selalu membicarakannya dan apa ada yang tahu rumah si pembuatnya?" Zilga menatap kedua temannya sambil bergantian.

 

"Masalah rasa, pokoknya mantap banget. Dagingnya itu, kerenyes-kerenyes gimana gitu, rasanya gurih dan bikin nagih. Kalau makan satu, pasti pengen nambah lagi dan nambah lagi. Alhasil sepuluh biji martabak cuma elo sendiri yang habiskan," ungkap Ulan dengan antusias, tubuh montoknya nampak bergetar kala mulutnya berbicara.

 

"Terus yang bikin tuh martabak siapa, apa kalian tahu?" Zilga menatap garang teman-temannya.

 

"Emang elo kenapa nanyain si tukang bikin? Mana garang lagi nanyanya," Hilda cekikikan.

 

"Gue mau minta resepnya, hehe .... " Zilga juga tertawa.

 

"Ehm, gila lo, Zil. Mana maulah dia ngasih resepnya."

 

"Eh, lagi ngomongin martabak mini di warung Nurhana ya? Yang bikinnya itu, nenek-nenek gitu soalnya kemarin gue pas ketemu waktu ke sana. Wajahnya serem, guys. Kayak nenek kembayan di film 'Upin Ipin'. Tapi martabaknya maknyos," sela Fitri yang tiba-tiba nimbrung dari kursi paling belakang.

 

"Masa sih?" Ulan menatap Fitri dengan mata menyipit.

 

"Iya, guys. Mau tahu gak, apa nama martabak mininya?" tanya Fitri antusias.

 

"Emang ada namanya?" Zilga mengerutkan dahi.

 

"Ada, dong. Namanya 'Martabak Setan' karena tuh martabak selalu mempengaruhi kita untuk selalu membelinya. Dan kalau sudah beli, dia selalu mempengaruhi untuk memakannya sampai tak tersisa. Sampai rebutan sama semua anggota keluarga juga, rela. Pokoknya nih martabak punya nilai mistis gitu. Horor deh pokoknya." Fitri berkata dengan serius sekali sambil melangkah mendekat pada tiga sekawan itu.

 

"Ih, masa sih, Fit?" Ulan jadi merinding.

 

"Iya, guys. Si Ucup saja yang kelas XII IPS berantem ama bapaknya sampai bacok-bacokan hanya karena rebutan tuh martabak. Dan akhirnya terkapar di rumah sakit, ucap Fitri lagi.

 

"Ah, yang benar, Fit? Kok sampai segitunya?" Zilga jadi ikut merinding juga.

 

"Maka dengan itu, gue gak mau beli martabak itu lagi." Fitri mengangkat bahunya. "Terus satu lagi, tetangga gue yang setiap hari suka beli martabak itu, tadi subuh mendadak meninggal. Karena apa, coba? Karena dijadikan tumbal 'martabak setan' agar selalu enak dan menjadi primadona diantara para hidangan takjil lainnya," bisik Fitri dengan suara menyeramkan.

 

"Ah, gue nggak percaya. Ngaco aja elo, Fit," cibir Ulan dengan memajukan bibir sexinya.

 

"Terserah kalian saja kalau tidak percaya. Yang jelas, kalian hati-hati saja! Jangan makan martabak itu jika ingin berumur panjang!" ancam Fitri kemudian ngeloyor keluar dari kelas.

 

"Ah, dasar tuh si Fitri super aneh. Palingan saja dianya mau borong tuh martabaknya ataupun, dia punya dendam kesumat sama si nenek penjual martabak itu." Hilda memutar bola mata sambil membetulkan jilbabnya.

 

"Udah deh, gak usah ngomongin martabak mulu! Lagi puasa nih, gue jadi lapar." Ulan nyengir.

 

"Huuu .... " Zilga mendorong pundak Ulan.

 

********

 

Jam pulang sekolah tiba, Zilga berjalan dengan tampang lesu menuju motor maticnya yang terparkir di parkiran sekolah.

 

"Zil, udah mau pulang?" sapa laki-laki yang juga mengenakan seragam seperti Zilga.

 

"Eh, kak Dimas. Iya, kak," jawab Zilga agak malu-malu, karena berhadapan dengan kakak kelas pujaannya.

 

"Ini, kak Dimas ada martabak mini buat kamu, untuk buka puasa." Dimas menyerahkan sekotak martabak ke tangan Zilga.

 

"Eh, kok repot-repot sih, Kak?" Zilga berbasa-basi dengan wajah berbinar-binar.

 

"Nggak repot kok."

 

"Emang kapan belinya, Kak?"

 

"Tadi, kak Dimas berpapasan sama nenek penjual martabak di depan pintu gerbang. Ya sudah, Kak Dimas beli deh buat Zilga."

 

"Hmmm, terima kasih ya, Kak." Pipi gadis berjilbab itu terasa memanas.

 

"Ya sudah, Zilga hati-hati ya pulangnya! Kak Dimas duluan." Dimas naik ke motor miliknya dan berlalu.

 

Dengan hati berbunga-bunga, Zilga pulang ke rumah dan meletakan sekotak martabak dari Dimas di atas meja belajar. Ia berganti pakaian, berwudhu dan menunaikan sholat Zuhur. Setelah itu, merebahkan diri di atas kasur hendak tidur siang. Tapi aroma wangi martabak seakan membius indra penciuman gadis berlesung pipi itu, mendadak rasa ingin segera mencicipi martabak itu begitu menggelora. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur dan menatap kotak martabak dengan sambil menelan ludah.

 

"Astagfirullahal'azim." Zilga cepat-cepat mengusap wajah dan memalingkan wajah. "Astaga, mungkin benar kata Fitri. Ini martabak setan namanya, aromanya saja sudah bisa mempengaruhi untuk segera disantap. Padahal jam berbuka puasa masih lama." Zilga keluar dari kamar sambil membawa bantal dan kemudian berbaring di depan tv.

 

*******

 

Sorenya, Zilga sedang bersantai di teras rumah sambil mendengarkan musik di ponselnya.

 

"Agggghhh ... Saskia, kamu kenapa, Nak? Zilga, cepatan ke sini!" teriak Mamaknya dari dalam.

 

Dengan cepat, Zilga langsung berlari masuk ke dalam rumah dan mendapati Saskia terbujur kaku di pangkuan sang Mamak.

 

"Kak Saskia kenapa, Mak?"

 

"Mamak gak tahu juga, tadi abis makan martabak kamu yang di kamar, dia langsung menjerit-jerit ketakutan dan kemudian pingsan," jelas sang Mamak dengan wajah pucat pasi.

 

"Emang Kak Saskia gak puasa?"

 

"Tadinya puasa, tapi pas ketemu martabak di kamar kamu, dia langsung membatalkan puasanya."

 

"Astaga, Kak Saskia ada-ada saja. Ayo, Mak ... Kita angkat dia ke tempat tidur!" Zilga dan Mamak mengangakat Saskia ke tempat tidur.

 

Beberapa saat kemudian, Saskia membuka perlahan matanya dan kemudian menjerit seperti orang kesurupan.

 

"Kamu kenapa, Sas?" suara Mamak terdengar parau sambil memegangi tubuh Saskia yang gemetar.

 

"Tidak! Pergi kamu Nenek setan! Jauhkan pisau itu dariku!" jerit Saskia lagi dengan wajah pucat dan gemetar ketakutan.

 

"Kak Saskia kenapa, Mak?" Zilga nampak prihatin melihat kondisi sang kakak.

 

"Kamu cepat panggil  Pak Amat, Zil! Sepertinya Kakakmu kesurupan."

 

Zilga langsung berlari ke rumah Pak Amat yang letaknya tepat berada disebelah rumah mereka.

 

Saskia menarik tangannya dari genggaman sang Mamak dan kemudian berlari ke pintu depan. Lalu berlari melewati geretak panjang menuju jalan raya dan menghantam sebuah truk besar yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi.

 

Gadis bertubuh tinggi itu bersimbah darah, Mamak menjerit histeris melihat anak sulungnya sudah terbujur kaku dengan darah mengalir di mana-mana.

 

Zilga menatap sang kakak yang sudah tertabrak truk itu sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, genangan air mata langsung membanjiri wajahnya.

 

"Apa Kak Saskia tertabrak truk gara-gara makan martabak itu? Ya Allah, lindungilah Kakak hamba, semoga nyawanya masih bisa terselamatkan!" Zilga membatin sambil melihat kerumunan para tetangga dan pengguna jalan lainnya yang sudah memasukan Saskia ke dalam sebuah mobil untuk segera di larikan ke rumah sakit terdekat.

 

Zilga berusaha menguatkan diri, walau kini tubuhnya gemetar karena kecelakaan yang dialami kakaknya terus terngiang di kepalanya. Air mata juga terus saja membanjiri wajahnya hingga tiba di rumah sakit.

 

Bersambung ....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ilyas Putra Nani
Critanya Sngt seruu...
goodnovel comment avatar
ivluv_ur
seru bgt kk ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status