Share

Part 2 : Gara-gara Martabak

Martabak Setan

 

Part 2 : Gara-Gara Martabak

 

"Semoga ini cuma mimpi, hiks ...." Zilga mengusap wajahnya yang basah karena air mata dengan kedua tangan. "Awww, sakit. Ternyata ini bukan mimpi." Ia meringis kala mencubit pipinya.

 

Zilga dan Mamak menatap sedih Saskia yang terbaring 'koma' di ruangan rumah sakit. Kata dokter kakaknya mengalami cedera di otak. Dokter sudah memberikan tindakan medis, tinggal menunggu Kuasa Allah lagi.

 

"Ini gara-gara martabak setan! Awas saja kalau kakak gue sampai meninggal, akan kuberikan perhitungan pada nenek pembuat martabak itu!" Zilga mengepalkan tangan dengan geram.

 

"Apa sih, Zil? Martabak apa? Kakakmu sedang sakit begini kamu masih pengen makan martabak?"

 

"Nggak, Mak," jawab Zilga sambil menuju keluar dari ruangan. Ponselnya berbunyi, nomor tak dikenal terpampang di layarnya.

 

"Halo," ucap Zilga dengan suara parau.

 

"Zil, sudah jam 17.00 nih. Warung sudah mau tutup, kok martabaknya gak diambil-ambil juga sih?" terdengar suara cempreng milik Mbak Minah, si Mbak penjaga warung Takjil Nurhana.

 

"Ah, buat Mbak Minah saja martabak setannya. Zilga sudah tidak kepengen," ia langsung menekan tombol merah mengakhiri telepon.

 

Setelah pamit dengan Mamak, Zilga pulang ke rumah. Mengambil pakaian untuk mereka serta makanan.

 

Suasana rumah sepi, karena mereka memang hanya tinggal bertiga saja setelah Mamak dan Abah berpisah. Abah sudah menikah lagi dan tinggal di kampung sebelah. Zilga menyalakan semua lampu di rumah, dan kemudian masuk ke kamar. Sekotak martabak dari Kak Dimas masih terletak di atas meja belajar, ia mendekat dan membukanya. Masih ada tiga biji lagi, ia meraih martabak itu.

 

"Aggghhh .... " Zilga menjerit histeris kala melihat martabak di tangannya berlumur darah. "Astaghfirullahal'azim, ya Allah." Ia memegangi dada dengan jantung berdebar kencang, bulu kuduk mendadak merinding.

 

Zilga berlari menuju dapur dengan membawa sekotak martabak itu, kemudian membuangnya keluar rumah.

 

"Dasar martabak setan, kembalilah ke nenek pembuatmu! Jangan ganggu keluargaku!" ucap Zilga dengan suara bergetar manahan takut.

 

Dengan cepat, ia segera mengemasi pakaian untuk dibawa ke rumah sakit. Setelah itu mengemasi makanan yang sudah di masak sang Mamak tadi, mengunci pintu rumah dan langsung tancap gas dengan motor maticnya.

 

Ketika melewati warung takjil Nurhana, seorang nenek-nenek melambaikan tangan kepadanya dengan senyum menyeramkan. Percis penampilan Nenek kembayan. Dengan cepat, Zilga langsung mempalingkan wajah.

 

"Astaga, itu pasti Nenek setan si pembuat martabak," ucapnya lirih.

 

Suara adzan magrib sudah berkumandang, waktu berbuka puasa telah tiba. Zilga memacu kencang motornya agar cepat sampai di rumah sakit.

 

*******

 

Malam itu, Zilga bersama Mamak tidur di rumah sakit menunggui Saskia yang masih terbaring koma di atas tempat tidur rumah sakit. Selain mengalami cedera otak, Saskia juga mengalami luka di sekujur tubuhnya akibat goresan aspal jalan raya.

 

Setelah mendoakan kesembuhan untuk sang Kakak, Zilga dan Mamak tertidur.

 

*******

 

"Ini, Cu, ayo di makan martabaknya! Enak lhoh, di jamin nagih rasanya," ucap seorang Nenek sambil menyodorkan sebuah martabak mini dihadapan Zilga.

 

Zilga meraih martabak itu dan ketika hendak memasukannya ke dalam mulut, seorang wanita berteriak kepadanya.

 

"Jangan di makan, Zil!" ucap wanita itu yang ternyata adalah Saskia, kakaknya Zilga.

 

"Kakak," Zilga menatap senang sang kakak hingga martabak di tangannya terjatuh ke tanah.

 

"Jangan pernah memakan martabak itu, Zil! Cukup Kakak saja ... " ucapan Saskia terhenti kala si Nenek sudah berada didepannya sambil mencekik leher jenjang wanita bertubuh tinggi itu.

 

"Heh, Nenek setan, lepaskan Kakak gue!" Zilga berusaha menolong sang Kakak tapi mendadak kakinya tidak bisa di gerakan.

 

"Hihihihiiii ... Tunggu giliran kamu, ya!" si Nenek berwajah seram menarik Saskia pergi.

 

"Kakak! Lepaskan Kak Saskia," Zilga menjerit keras dan tak dapat lagi menahan air matanya melihat sang Kakak yang di seret oleh Nenek setan.

 

"Zil, kamu kenapa, Nak? Ayo, bangun!" suara Mamak membuat Zilga langsung terbangun dari mimpi buruknya.

 

"Astaghfirullahal'azim, syukurlah ternyata cuma mimpi. Kakak gak kenapa-kenapa kan, Mak?" Zilga bangkit dan menghampiri Saskia yang masih terbaring tak sadarkan diri.

 

"Emang kamu mimpi apa, Zil?" tanya Mamak.

 

"Sepertinya Kak Saskia seperti ini gara-gara memakan martabak setan itu, Mak."

 

"Maksud kamu gimana, Zil? Jangan percaya sama hal begituan. Ini sudah kehendak Allah, kita pasrahkan semua pada-Nya."

 

Zilga menarik napas panjang, "Percuma saja menjelaskan pada Mamak, kejadian ini memang diluar logika." Zilga membatin.

 

"Nanti Abahmu di telpon, Zil. Bilang ke dia kalau Kakakmu kecelakaan," ucap Mamak sambil menyiapkan makanan untuk kami sahur.

 

"Iya, Mak. Nanti di sekolah saja Zilga nelponnya."

 

*******

 

Di sekolah, Zilga berjalan dengan lesu menuju kelas. Kalau bukan karena hari ini sedang berlangsung Ulangan Umum, dia ogah ke sekolah. Ia akan memilih menunggui sang kakak di rumah sakit atau juga mencari rumah si Nenek pembuat martabak untuk membuktikan desas-desus yang sedang marak ini.

 

"Zil, Zilga .... " Dengan napas tersengal-sengal, Hilda teman sebangkunya menghampiri gadis berjilbab dengan dua lesung pipi menghiasi wajahnya.

 

"Ada apa sih, Hil?"

 

"Aku turut sedih atas musibah yang menimpa kakakmu. Tapi tadi malam, ada kejadian heboh lagi. Si Nandu, anaknya mbak Minah penjaga warung takjil Nurhana menghilang."

 

"Emang ke mana tuh bocah?"

 

"Awalnya dia pamit mau pergi taraweh, tapi sampai tengah malam. Dia gak pulang-pulang juga," ucap Hilda lagi.

 

"Ehm, dia pasti di culik Nenek pembuat martabak! Mau diambil dagingnya buat campuran martabak." Fitri si cewek aneh tiba-tiba muncul di samping Zilga dan Hilda yang sedang mengobrol di depan kelas.

 

"Apa? Jangan aneh-aneh gitulah, Fit! Gak boleh asal tuduh, ini lagi bulan puasa sebaiknya jaga ucapan elo!" Hilda melototi Fitri, gadis kurus kering dengan rambut kriting sebahu.

 

"Kok elo bisa tahu, Fit? Jangan-jangan elo ini cucunya si Nenek Setan?" Zilga menatap tajam mata Fitri.

 

"Eh, enak aja lo, asal tuduh gitu! Gue kan indigo, maka dengan itu gue tahu semuanya." Fitri berlalu meninggalkan Zilga dan Hilda yang saling tatap dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

 

Bersambung ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ivluv_ur
Seru sih gk sadar udh pt 3🥲
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status