Tika, Ulfa dan Loli terus memperhatikan rumah Pras dari luar hingga dalam. Wika sampai menepuk jidatnya sendiri melihat kelakuan ketiga temannya yang tampak heboh meneliti rumah Pras. Pras dan Sofi hanya saling melempar pandangan mereka seraya tersenyum geli.
"Hei, kalian jangan mempermalukan aku seperti itu." bisik Wika pada ketiga temannya yang langsung tersadar dan nyengir.
Wika melayangkan tatapan kesalnya, dan kembali berbisik mengancam temannya apabila mempermalukan dirinya nanti. Dengan percaya dirinya ketiga orang itu berjanji bahwa mereka tidak akan mempermalukan Wika.
"Baiklah, bisa kita mulai belajarnya?" tanya Pras pada keempat mahasiswanya.
"Siap pak!" jawab mereka kompak.
Pras mengangguk, "baiklah, kita belajarnya di ruang tamu saja ya."
"Baik pak," lagi, mereka menjawab serempak.
"Kakak cantik!" teriak Vania yang berlarian kecil menuruni tangga.
"Ada sesi adegan yang ketinggalan deh tadi malam." ucap Tika membuka obrolan, saat ini mereka tengah di kantin kampus."Apaan?" tanya Loli."Adegan goda-menggoda pak Pras.""Uhuuk," Wika tersedak teh manis dingin yang di pesannya. Ulfa yang kali ini duduk di samping Wika pun langsung memberikan pertolongan pertama dengan menepuk kuat punggung Wika."Awwh!" ringis Wika merasakan sakit pada punggungnya, "sakit bego!" umpat Wika kesal pada Ulfa."Upss, sorry Wika, gue kekencangan mukul punggung lo hehe." Ulfa nyengir merasa tak enak pada Wika."Gila lo!" gantian Loli yang mengumpati Ulfa, "kalau ada apa-apa sama Wika gimana? Yang ada nanti kita malah kena marah sama pak Pras.""Kok gitu?" heran Tika."Sebab, Wika kan kekasih pak Pras—awwh!" Loli meringis di akhir kalimatnya, "sakit Wika, kok lu mukul gue sih?""Lo yan
"Bhahahaha," tawa Wika yang menggelegar ke seantero rumah Pras. Gadis itu bahkan tak bisa berhenti tertawa ngakak. Merasa geli mendengar ucapan Pras yang teriak nyaring takut ia perkosa.Gila!Bukannya terbalik? Dimana-mana pria lah yang biasanya seperti itu. Menurut Wika kata-kata yang Pras ucapkan itu sungguh sangat menggelikkan."Berhentilah tertawa dan cepat keluar dari rumahku!" bentak Pras yang bahkan melupakan sikap sopan santunnya.Baginya sekarang, menghadapi Wika itu tidak perlu kelembutan maupun kesopanan. Sebab wanita itu urak-urakkan dan tak tahu malu sekali."Cepat kancingkan kembali baju-bajumu itu!" titah Pras lagi saat tersadar Wika yang masih tertawa dan mengabaikan kondisinya saat ini. "Cepat lakukanlah Wika sebelum adikku datang kesini dan memergoki kita yang tidak-tidak. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman." sambung Pras tampak gusar melihat respons Wika yan
Sofi geleng-geleng kepala saat dirinya mendengar suara teriakan seorang wanita dan berlari keluar dari kamar Vania ke asal sumber suara. Tapi, begitu mengetahui suara siapa yang menjerit tadi dan melihat pemandangan menakjubkan yang sungguh mencengangkannya.Di bawah sana, ia bisa melihat jelas kakaknya dan Wika yang saat ini tengah dalam posisi begitu mesra. Saking syoknya Sofi bahkan membekap mulutnya kedua telapak tangan miliknya.Tak menyangka jika kakak dan mahasiswanya itu bisa mesra juga. Tanpa dipungkiri, Sofi sangat senang akan hal ini, bibirnya melengkungkan senyum bahagia. Jika Vania melihat ini tentulah anak itu pasti sangat senang, eh tidak, Vania masih kecil dan tak boleh melihat adegan orang dewasa. pikir Sofi terkikik geli.Mengingat Vania, Sofi buru-buru lari kecil ke kamar bocah itu. Sofi berniat akan tidur di dalam kamar Vania saja, selain itu ia tidak ingin mengganggu momen kemesraan sang kakak dengan Wika.
Wika bangun di pagi hari dengan sangat ceria dan senyuman yang tak pernah berhenti menghiasi wajah cantiknya. Kedua orang tua Wika pun terheran-heran melihat sikap putri mereka yang hari ini kelewat ceria dari biasanya.Bahkan Wika bersenandung dengan sangat bersemangat. Gadis itu juga bangun pagi sangat awal sekali, membantu mamanya menyiapkan sarapan di dapur. Sungguh benar-benar tampak bukan seperti Wika yang biasanya."Sayang," panggilan Bu Asti pada Wika."Ya, mama?" tanya Wika menyahut panggilan Bu Asti, dan kini menoleh penuh padanya."Kamu sakit?"Wika tertawa kecil, "tidak mama ku sayang, aku sangat sehat sekali. Lihat ini!" Wika menggerakkan tangannya membentuk seperti otot pria."Sepertinya kamu lagi senang, nak. Sampai ceria sekali seperti itu." tebak pak Dayu melihat ekspresi wajah putrinya.Wika tersenyum pada papanya, "bukannya aku se
"Lagi masak apa Bu?" tanya Sofi pada Bu Asti yang tengah berkutat di dapur sendirian."Eh, nak Sofi," sahut Bu Asti kaget dengan kehadiran Sofi yang tiba-tiba ke dapur. "Kenapa kesini, nanti bau loh bajunya kalau kelamaan di dapur."Sofi tersenyum, "ah, ibu ini bisa saja. Saya malah sudah biasa berlama-lama di dapur.""Bisa masak?" tanya Bu Asti kaget."Bisa dong," ucap Sofi bangga, "Sofi selalu lihatin mama masak sewaktu dari Sofi kecil. Saat itu Sofi ingin sekali membantu mama memasak, tetapi mama selalu melarang Sofi dengan alasan Sofi masih kecil. Padahal saat itu Sofi sudah duduk di bangku SMP. Momen melihat mama masak setiap hari weekend saja, saat libur sekolah." jelas Sofi menceritakan waktu kebersamaannya dengan sang mama."Tanpa terasa waktu terus berjalan, Sofi beranjak menjadi gadis remaja dan dewasa. Tekad untuk bisa memasak pun semakin besar, apalagi mama yang sudah mengizi
Tika, Loli dan Ulfa dibuat tercengang dengan perubahan sikap dan ekspresi Wika hari ini. Jika kemarin-kemarin gadis itu terlihat murung, tak fokus dan kerap kali melamun. Berbanding terbalik sekali dengan hari ini, dimana Wika tampak berbeda sekali, Gadis itu terlihat ceria yang terkadang di selingi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.Ketiga temannya itu saling menatap satu sama lain dengan bertanya-tanya keheranan. Ada gerangan apa sebenarnya yang memengaruhi Wika saat ini?Mulut Loli terbuka sudah siap ingin memanggil Wika, tapi sosok lelaki tampan yang saat ini sedang berjalan ke arah mereka pun membuat Loli mengurungkan niatnya."Hai, Alex Martin," sapa Ulfa ketika pria itu sudah sampai di meja mereka. Menarik kursi yang ada di samping Wika."Hai Ulfa," balas Alex menyapa setelah pria itu duduk di kursi samping Wika. "Oh iya, panggil aku cukup dengan Alex saja ya." sambung Alex memprotes Ulfa ya
"Ayo pak, masuk!" tawar Wika saat mereka sudah sampai di halaman rumahnya."Sepertinya mbak Sofi dan Vania masih di rumah saya." ucap Wika merasa yakin jika adik dan putri Pras masih di rumahnya.Dan, dugaan Wika benar, saat ia memencet bel rumah dah pintu pun terbuka menampilkan sosok Sofi yang membukakan pintu untuk mereka berdua."Baru pulang?" tanya Sofi menyapa, Wika dan Pras mengangguk."Bersama?" Wika dan Pras kembali menganggukkan kepala mereka menjawab pertanyaan dari Sofi lagi."Aiih, so sweetnya." goda Sofi tersenyum senang."Dia yang meminta untuk pulang bersama, dan dengan sukarela menungguku." jelas Pras yang tak ingin adiknya salah paham tentang ini."Aaaa, kalaupun selain itu juga tidak masalah kak.""Sofi...." geram Pras memperingati ucapan adiknya.Sofi nyengir, "ayo silakan masuk." titah Sofi mengajak
Sofi dan Vania tampak saling pandang, lalu mereka beralih melirik kompak ke arah Pras dengan wajah dingin dan seriusnya menikmati sarapan yang terhidang.Tadi pagi-pagi sekali Pras sudah bangun, olahraga pagi sebentar seperti push up dan sit up. Lalu setelahnya Pras berjibaku sendirian di dapur membuat sarapan. Ya, hari ini pria itu memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini.Vania sedari bangun tidur tadi sudah merengek meminta pada Pras dan Sofi untuk di antarkan ke rumah Wika. Tapi, Pras hari ini sangat bersikeras melarang Vania. Bocah kecil itu sempat menangis karena sang papa yang melarang dan terkesan seperti memarahinya.Susah payah Sofi mencoba menenangkan Vania yang menangis, dan berdebat dengan Pras yang begitu tega memarahi putrinya."Ingat, semua yang ku lakukan tadi semata-mata agar Vania tidak bersikap manja lagi." ucap Pras pada Sofi yang sepertinya masih kesal."Har