Dengan rasa emosi yang mendominasi Sean menyetir mobilnya menuju alamat yang Heera berikan. Pedal gasnya Sean injak dengan kuat, membuat kuda besinya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, kebetulan saat ini kondisi lalu lintas lumayan renggang dan tidak macet.
Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk Sean sampai di depan perkarangan kosan Arta, tatapan Sean semakin menajam saat melihat Heera dan Arta yang sedang duduk di kursi teras. Dengan gerakan tak sabaran Sean melepas seatbelt yang melilit tubuhnya kemudian beranjak keluar dari mobil.
Kedatangan Sean dengan Ferrari merahnya yang mencolok itu tentu tidak luput dari perhatian Arta dan Heera yang semula fokus pada laptop kini menatap ke arah Sean yang sedang berjalan menuju mereka. Heera menghembuskan napas beratnya, menatap Sean dengan tatapan jengah. Heera bahkan sudah malas duluan sebelum debat bersama Sean di mulai.
Sean berdiri di depan teras kosan Arta, tangannya melipat di depan dada, menambah
Demi Tuhan, dari banyaknya wanita di dunia ini, kenapa Sean harus jatuh cinta kepada gadis remaja lagi?Sean menghembuskan napas panjang, jatuh cinta kepada gadis remaja yang masih labil itu sungguh merepotkan. Terus terang saja, Sean sebenarnya juga lelah menghadapi sikap Heera yang sampai saat ini belum jelas kepastiannya.Sikap Heera terkadang menunjukan bahwa ia memiliki perasaan yang sama dengan Sean, tapi melihat sikap gadis itu ke Arta yang tidak kalah manisnya juga membuat Sean berpikir ulang. Ini Sean yang kegeeran atau Heera yang memang mudah memberi perhatian ke semua orang?"Sedang memikirkan apa, An?"Sean yang sedang melamun seketika tertegun, terkejut dengan pertanyaan yang baru saja Yuna lontarkan. Wanita dewasa yang tubuhnya terbalut piyama itu mendudukan dirinya di samping Sean.Sean menggeser duduknya spontan, memberi ruang untuk Yuna."Tidak
Gadis yang terbalut kemeja merah muda itu tengah merenung. Heera jelas tau kesalahan yang sudah ia lakukan hingga membuat Sean bersikap arogan terhadapnya hari ini.Ya, itu sudah pasti karena kejadian kemarin malam. Heera mengakui bahwa dirinya salah sudah mengabaikan perintah Sean, jangankan Sean, ibunya sendiri bahkan selalu mewanti-wanti untuk jaga diri dan tidak boleh pulang ke kost di atas jam sembilan malam.Tapi apalah daya, jika berhubungan dengan skripsi rasanya ingin cepat-cepat selesai meski harus begadang sampai pagi. Apalagi semalam ada Arta yang dengan senang hati membantunya, bagaimana Heera tidak memperdulikan waktu.Bola mata Heera melirik ke arah jarum jam, lalu ia menarik napas panjang. Tidak terasa, melamun sebentar saja tiba-tiba sudah memasuki jam makan siang. Heera bangkit dari duduknya, kemudian ia berjalan ke arah dapur rumah Sean.Sebagai permintaan maafnya kepada Sean, Heera akan
Heera mengacak rambutnya frustasi, sudah lebih dari satu jam ia membuka laptopnya, tapi tangannya tidak dapat menekan keyboard laptop. Bukan karena keyboardnya rusak, tapi karena otaknya tidak bisa di ajak berkonsentrasi. Pikirannya benar-benar blank, bahkan untuk sekedar mengetik satu baris kata pun ia tidak bisa. Siapa lagi yang berani berkeliaran di kepalanya dan mengganggu konsentrasinya selain Sean? Heera tidak tau kalau Sean dan Celita ternyata menjadi sangat dekat ketika di kantor, mereka bahkan makan siang bersama. Cih, Heera berdecih, di depannya saja Sean sok dingin dengan wanita lain, tapi kalau di luar ternyata pria itu sama saja! "Kenapa sih cowok ganteng gampang banget deket sama banyak cewek?" Heera mendumel sendiri, merasa kesal karena selama ini mengira Sean dingin dan cuek di wanita lain, kecuali dirinya. Tapi ternyata, yang Heera kira tidak benar adanya. "Eh, Arta ganteng
Karena kejadian kemarin, pagi ini Heera terbangun dengan suasana hati yang kurang baik. Bahkan semalam Heera tidak bisa tidur sebab gundah dengan perasaannya yang Sean buat berantakan. Lucunya, Heera tidak sadar kalau ia sendiri yang membuat perasaannya menjadi kusut. Karena ketidakpekaannya Heera menjadi terombang-ambing antara merasa tidak pantas dan takut salah memilah antara cinta dan rasa sekedar suka. Heera terlalu merendahkan dirinya sendiri. Sejujurnya, sampai saat ini ia meragukan ucapan Sean yang mengatakan bahwa pria itu mencintainya, karena Heera merasa tidak ada yang menarik dari dirinya, ia hanya gadis desa biasa yang bahkan tidak pernah pergi ke salon untuk sekedar facial wajah. Menurut Heera, ia terlalu biasa saja untuk Sean yang istimewa. Selain dari itu, Heera juga masih menyakinkan dirinya kalau ia hanya Arta yang dapat membuatnya jatuh hati. Karena Arta adalah pria sempurna, dia tampan, pintar dan selalu bertutur kata lembut. Tidak
Heera mendaratkan bokongnya di kursi kantin kampus dengan raut wajah lesuhnya. Dan tentu saja hal itu menarik perhatian ketiga temannya. Mereka sudah pasti hafal dengan sikap Heera, ini bukan pertama kalinya gadis itu menunjukan kelelahannya di hadapan teman-teman cowoknya. "Capek, Ra? Mau nikah aja? Gue udah siap kok jadi ayah muda." celetuk Vino yang langsung Arta pelototi. "Kenapa mas Arta? Mau marah? Selama Heera belum jadi istri lo, sah dong kalau gue perjuangin." lanjut Vino antara menantang dan meledek Arta yang tidak pernah mencoba melangkah lebih dekat dengan Heera, memperjuangkan status dengan Heera misalnya, minimal jadi kekasih lah. "Heera mau jadi sarjana dulu, gak mau nikah muda!" timpal Arta sewot. "Lho, kok mas nya yang ngegas?" Adelio ikut nimbrung, ia tidak akan absen dalam hal mengejek Arta yang lamban sekali perjuangannya. "Berisik deh, gue lagi pusing nih!" sentak Heera jengkel. Perutnya sedang lapar, belum lagi suasana hatinya ya
Sean: kamu dimana? Ini sudah jam berapa, cepat pulang! Sean: Heera, angkat telepon saya Sean: Heera, saya khawatir. Kamu dimana??? Heera mendengus melihat beberapa pesan dan puluhan panggilan tak terjawab dari Sean. Bukannya membalas pesan Sean yang katanya sedang mengkhawatirkan dirinya, Heera malah melempar ponselnya begitu saja ke atas meja. Saat ini gadis itu sedang berada di kontrakan Adelio, bersama Arta dan beberapa teman Adelio yang dari Jurusan lain di kampusnya. Adelio memang sering mengundang teman-temannya ke kontrakan, tapi baru kali ini Heera ikut menimbrung, katanya ingin mencari suasana lain karena bosan di kosan. "Kalau ngantuk bilang ya, Ra. Biar langsung gue antar pulang, jangan ketiduran di sini, banyak cowok." pesan Arta saat mendapati mata Heera yang sayup-sayup menahan kantuk. Heera mengangguk layaknya anak kecil yang patuh dengan ucapan mamanya, "Iya, Ar." Arta menghela napas berat, ia lantas bangkit dar
Heera melempar tubuhnya ke atas ranjang, ia tersenyum lebar sambil memandang langit-langit kamarnya. Mengingat perkataan Arta yang masih merekat di kepalanya membuat Heera tidak dapat berhenti tersenyum sedari tadi. Heera menepuk-nepuk pipinya beberapa kali, bermaksud menyadarkan dirinya dari mimpi, tapi ternyata rasa sakitnya terasa, ini bukan mimpi! Heera membekap mulutnya, menahan jeritnya yang hampir saja lolos tak tertahankan. Kedua kakinya menghentak-hentak ke udara, belum lagi wajahnya yang memanas. Apa ini yang orang-orang maksud dengan jatuh cinta? Tangan Heera bergerak merogoh saku celana yang ia pakai, mengambil ponselnya dari dalam sana. Dengan lincah jemarinya mengetik sebuah pesan yang akan ia kirimkan untuk Jessi. Heera: Jes, lo di kamar? Jessi: yup, kenapa? Usai membaca balasan pesan dari Jessi, Heera segera berdiri dan berlari keluar dari dalam kamarnya. "JESSS!!!" panggil Heera setengah berteriak, lantas membuat
Sebagai seorang pria yang sudah dua kali gagal membangun rumah tangga, sebenarnya perasaan takut masih menghantui Sean setiap kali ia berencana memulai hubungan baru. Takut akan kegagalan yang kembali datang dan takut kembali melukai hati wanita yang ia sayangi. Tapi di sisi lain, Sean harus cepat menemukan wanita terbaik menurut pilihannya untuk menjadi ibu sambung Keenan, karena kini hidupnya bukan tentang dirinya saja. Sean ingin Keenan mendapatkan kasih sayang dari seorang Ibu. Sean tau, mau berusaha sekeras apapun ia berperan menjadi Ayah serta Ibu untuk Keenan, tetap saja kasih sayang Ibu itu berbeda.Mungkin orang-orang berpikir sosok seperti Sean mementingkan penampilan dan latar belakang wanita yang akan ia dekati. Memang penampilan nomor satu, namun untuk latar belakang, ia tidak peduli dengan itu. Tapi memiliki mantan istri seorang dokter dan artis membuat wanita berpikir dua kali untuk mendekati Sean, mereka sudah insecure duluan sebelum jatuh cinta lebih dalam. S