"Mas sudah bilang ke mamah, dan mamah tidak keberatan kalau mas titipin Keenan."
Tanpa diskusi, Sean memutuskan ingin menitipkan Keenan ke Lucia dan Adi selama tiga hari kedepan karena besok ia akan ikut Heera ke kampung halaman gadis itu. Tapi, Heera belum sepenuhnya setuju. Agak tidak rela bila harus berpisah secepat ini dengan Keenan, ia menerima Sean yang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang karena Heera pikir Keenan juga ikut dengan mereka, tapi ternyata tidak.
"Memangnya Keenan mau di tinggal? kenapa nggak ikut saja sama kita, pak?!" protes Heera.
Sean menghembuskan napas pendek, tangannya bergerak menggenggam punggung tangan Heera, mencoba membuat Heera menjadi sedikit lebih tenang dan berbicara tanpa nada membentak di akhir.
"Keenan sekolah, Ra, mas tidak mau Keenan bolos sekolah dan tertinggal pelajaran." jelas Sean dengan lembut dan tenang.
Usaha Sean untuk menenangkan Heera berhasil, raut tak terim
"Mas tidak akan melakukannya kalau kamu tidak kasih consent." suara Sean masih berbisik, membuat bulu kuduk Heera berdiri serentak.Deru napas hangat Sean menyapu kulit wajah Heera. Heera menghembuskan napas samar, di tatapannya bibit tipis Sean dengan wajah 'mau lanjut dosa, gak lanjut takut nyesel', pokoknya wajah Heera sudah kepengen bangetlah. Sialnya, Sean malah menguji harga dirinya, munurut Sean mungkin itu adalah suatu hal yang sopan, meminta consent atau persetujuan dari pihak satunya. Ya, Sean bertindak fair. tapi bagi Heera ia seperti sedang di uji harga dirinya sebagai wanita. Jika Heera memperbolehkan Sean untuk menciumnya, apa Sean akan berpikir bahwa ia wanita murahan?"Aku belum pernah ngelakuin hal itu sebelumnya," cicit Heera, setan di antara mereka akhirnya tertawa dengan puas."Tidak apa-apa, mas ajarin caranya." jawab Sean sambil tersenyum secerah cahaya bulan malam ini. Kedua tangan Sean merambat ke tekuk Heera, mendorongnya lembut gu
Jessi: lo punya hutang sma siapa sih sampe pulang kampung gak bilang - bilangHeera terkekeh pelan membaca pesan Jessi yang baru saja masuk, seperti cewek itu baru bangun dan mendapatkan kabar kepulangannya hari ini."Lagi chattingan sama siapa?" Sean menegur, wajah tanpa ekspresi nya terlihat was-was bercampur bete. Mungkin takut Heera tertawa karena sedang chatingan sama cowok lain.Heera menoleh ke Sean yang sedang fokus menyetir, "Jessi chat aku, katanya aku punya hutang sama siapa sampe pulang kampung nggak bilang-bilang." jeda, "Di kiranya aku kabur kali ya," lanjut Heera dengan tawa yang mendominasi.Ponsel Heera mendenting lagi, belum sempat membalas pesan sebelumnya, sudah masuk lagi pesan baru yang beruntun.Jessi: ANJIRJessi: Bu Riska bilang lo pergi sma pak Sean?Jessi: ANJIR ANJIRJessi: beneran bakal jadi bunda nih?Heera tertawa lagi, membayangkan wajah heboh Jessi ketika mengetik pesan ini. Dan yan
Heera menatap Sean yang duduk menegak di hadapan ibunya. Tidak ada gurat gugup atau pun cemas di wajah pria itu, malah Sean tampan rileks dan ramah. Hal itu pun membuat Ibunya Heera juga tidak begitu kaku. Sudah hampir setengah jam Sean membicarakan hal random dengan ibunya Heera. Meski awalnya sudah pasti Sean di interogasi lebih dulu.Prima, ibunya Heera- yang keadaanya kurang membaik seminggu terakhir ini tampak lebih sehat sejak kedatangan putrinya bersama pria. Tentu, tadinya Prima marah karena Heera membawa pria tanpa persetujuan lebih dulu darinya. Prima menarik Heera ke kamar dan berbicara empat mata, dengan intonasi yang tenang Heera menjelaskan secara perlahan kalau Sean adalah majikan yang akan berevolusi menjadi suaminya. Heera pun memberitahu Prima kalau Sean memiliki niat baik dan ingin menjalin hubungan serius dengannya."Ibu saja sampai kaget pas tahu Heera jadi babysitter, soalnya Heera gak punya pengalaman di bidang itu. Tapi Heera cukup bijak m
"Kenapa gak nginep di sini aja sih mas? kamu bisa tidur di kamar aku, walaupun kamarnya gak gede tapi sudah aku pastiin bersih dan wangi!" "Terus kamu tidur dimana?" "Di kamar Rahel, atau di kamar Ibu." jawab Heera. Gadis itu menolak keras usulan Sean yang ingat menginap di hotel saja, padahal Heera mengira Sean akan tidur di rumahnya. Bukan Heera mengharapkan hal yang macam-macam atau apa, tapi dengan adanya pria itu di rumah ini maka makan Sean dan keperluan pria itu akan terjamin. Heera juga agak khawatir jika Sean berada jauh darinya, apa lagi saat ini mereka jauh dari kota. Sean tersenyum simpul, lalu menggeleng, menolak dengan sopan tawaran dari Heera. Saat ini pria yang penampilannya tampak lebih muda dari umurnya itu memakai pakaian santai celana bahan sedengkul dan di lengkapi kemeja putih lengan pendek , yang belum mengenalnya pasti berpikir bahwa umur Sean masih di pertengahan 25. Sean beranjak dari tempatnya berdiri, berjalan menuju Prima la
"Sekali saja ya, mas?" Sebuah lampu hijau, dari awal Heera memang tidak menolak. Gadis itu hanya takut kebablasan.Sebelum memulai, Sean mengangguk dengan senyum cerah yang terlukis indah di wajah tampan pria matang itu. Tanpa aba-aba, tangan Sean bergerak ke tengkuk Heera dan menekannya pelan. Mengetahui permainan akan di mulai, Heera menutup kedua matanya."Sudah siap sekali kamu, Ra." celoteh Sean membuat Heera buka mata dan mendengus malu, ya, Heera malu karena Sean menertawakannya."Ya sudah tidak jadi-"Cup!Bibir Heera seketika bungkam, ucapannya terputus. Tidak sesuai dugaan, Sean menciumnya di rahang, dan itu spontan membuat Heera mengenjang, seluruh badan gadis itu merinding. Itu bukan hanya sebuah kecupan biasa, tapi Sean juga menghisap kuliat rahangnya pelan. Bagaimana Heera bisa diam saja kalau ribuan kupu-kupu seakan menggelitik perutnya saat ini. Gadis itu mendesah kecil, lalu terkejut sendiri dan membekap mul
"Masih mau di lanjutkan, Ra?" Suara berat dan serak-serak basah milik Sean menyadarkan Heera yang kini terdiam. Cewek itu baru saja selesai dari kesibukannya mencari kepuasan pada leher Sean. Heera membekap mulutnya, matanya masih tertuju pada jejak ciuman yang ia tinggalkan.Sial, Heera tidak sadar kalau ia memberi jejak sebanyak itu."Mas, maaf... kissmark nya kebanyakan. Mana kelihatan banget lagi." Heera meringis, menyesali kenikmatan yang sudah ia rasakan. Astaga, ini bahkan pertama kali Heera melakukannya, tapi sudah ahli sekali sepertinya, pemirsa!Mendengar suara Heera yang penuh sesal, Sean menggeleng, di elusnya kedua pipi kemerahan Heera, "Tidak apa-apa, mas menyukainya."Bergetar jiwa raga Heera. Dalam hati Heera bergumam, 'aku juga menyukainya, tapi kita dalam masalah!'Heera menyentuh kissmark miliknya, "Ini gimana cara hilangin nya ya, mas?" tanya Heera sambil terus mengusap jejak itu, berharap usapan jemarinya dapat menghilangkan wa
Pagi-pagi wangi maskulin Sean sudah menyengat hidung orang-orang yang ia lewati di lobi hotel. Ini masih jam 9 pagi, namun Sean sudah rapi dengan celana bahan dan kaus turtleneck berlengan panjang. Sebenarnya, seperti menyiksa diri memakai turtleneck berlengan panjang di musim panas begini, tapi apa boleh buat, kissmark buatan Heera masih menghiasi lehernya dengan jelas. Jadi, Sean cari aman saja.Sean memasuki mobilnya, kemudian memakai seatbelt seperti biasa. Sebelum menyalakan mesin mobil, sebuah notifikasi masuk mengambil atensinya. Melihat yang masuk adalah pesan dari Heera, jelas Sean tidak bisa mengambaikannya.Heera: Jangan sarapan di luar, mas. Ke rumah aja, ibu suruh sarapan barengYa, hidup Sean nyaris sempurna. Berapa kali harus mendikte ulang nikmat yang Tuhan titipkan kepada Sean secara berlebihan? wajah yang tampan, tubuh yang atletis, dan uang yang tak ada habisnya. Memiliki banyaknya kelebihan membuat Sean menjadi incaran para ibu-ibu yang memil
Sean: Saya titip Keenan Anjani: siap om, tenang aja, Keenan aman sama aku! Sean tersenyum tipis, lalu mematikan layar ponselnya. Beberapa menit lalu Lucia memberinya kabar kalau dia dan Adi harus pergi ke Surabaya karena ada urusan penting. Lucia bilang dia menitipkan Keenan ke Anjani karena besok Keenan harus sekolah, jadi tidak bisa membawa Keenan untuk ikut dengannya ke Surabaya. Sean tidak masalah, ia percaya Anjani dapat menjaga anaknya. "Om Sean gak panas pakai baju turtleneck begitu?" Rahel bertanya sambil memandang Sean bingung. Matahari sangat menyengat di luar, membuat suhu dalam ruangan juga ikut terasa pengap dan panas. Sean menatap ke Rahel yang sedang memakan kue bulu yang ia belikan, "Tidak, saya lebih nyaman pakai baju tertutup seperti ini." dusta Sean. Tidak mungkin ia berkata jujur alasan ia memakai baju tertutup hingga leher ini karena ingin menyembunyikan kissmark yang kakaknya Rahe