Share

Bab 18. Awal persahabatan Rumi dan Dego

Perbukitan hijau menjulang menghadap langsung ke lautan di sepanjang jalan. Laut biru lepas bergelut gulungan ombak tampak indah di sepanjang tepian. Di tambah angin yang dengan senang hati menjadi pengusir sengatan matahari dan menciptakan harmonisasi yang indah untuk dinikmati. Belum lagi aroma laut yang menjadikan alam begitu sangat berarti untuk menghibur diri.

“Halah, mulut lo. Perempuan cantik juga pasti lo bilang maha karya Tuhan, Go,” celetuk Rumi seusai meneguk kaleng bir.

Dego tertawa. “Perempuan cantik kan emang maha karya Tuhan, Rum.”

“Dasar mulut penggombal,” gumam Rumi.

Beberapa saat mereka terdiam memanjakan mata dengan keindahan yang membentang di hadapan. Kelelahan perlahan memudar dari bena

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status