Share

Kedatangan Kinan

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2025-09-05 14:33:03

Angga menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata,"Tolong jadi ayah untuk Juna, Mas, dan juga ... nikahin Mbak."

Setya terdiam.

"Nikahin secara agama aja nggak apa, Mas. Yang penting untuk saat ini, Juna bisa ngerasain punya ayah dan Mbak nggak sendirian lagi ngurus dia. Mas nggak usah khawatir soal nafkah untuk mereka berdua, insyaallah Angga dan Mas Bagas bisa bantu. Sejak dulu kami selalu ngasih Mbak masing-masing satu setengah juta setiap bulan untuk hidupnya."

Setya masih diam.

Tatapannya tak bisa ditebak, membuat Angga menahan napas. Pria itu akhirnya menghela napas panjang, mengusap wajahnya pelan, lalu bersuara, "Itu ... bukan keputusan yang bisa aku buat sendiri, Ang. Pernikahan bukan untuk main-main, atau apapun istilahnya itu. Dan juga ... harus dipikirkan secara masak-masak."

Angga menelan ludah. Sejenak, ruangan terasa lebih sunyi dari sebelumnya.

***

Selang satu jam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Nyonya Prasetya

    "Jika aku mencintai ibunya, maka aku pun harus bisa mencintai anaknya. Dan aku, aku udah jatuh cinta sama Juna sejak pertama kali nolongin dia," jelasnya. Riri mendongakkan kepalanya. Matanya berbinar bahagia. "Terimakasih, Mas ...." Setya hanya mengangguk. Mereka pun saling menatap setelah itu, saling tenggelam dalam sorot mata masing-masing. Lalu Setya mencium dahi Riri. Lama. Lembut. Penuh janji yang tak terucap. "Ah iya, Dek,.kalau misalnya kita nikah, yang jadi walimu siapa? Angga kah?" tanya Setya setelah beberapa saat. Riri menggeleng. "Besok Bagas pulang kok. Paling dia nyampe sini jam delapan." "Terus, untuk saksi dari pihakmu siapa, Mas? Apa cukup Pak RT dan satpam komplek aja?" tanya Riri kemudian. Setya mengusap dagunya sebentar. Memikirkan siapa kira-kira yang bisa membantunya. Ia tak mungkin meng

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Kesepakatan Bersama

    Di rumah, Riri duduk di sofa, kakinya terlipat dengan nyaman sambil menonton drama di televisi. Ia mengenakan kaos kebesaran dan celana pendek selutut, terlihat santai namun pikirannya sedikit berkecamuk, seolah tak sabar menunggu Setya untuk pulang. Ia menggigit bibirnya pelan, berusaha menetralkan degub jantungnya. Ada hal penting yang perlu mereka bicarakan, dan mungkin akan mengubah kehidupan mereka berdua kedepannya nanti. Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunannya seketika. Ia pun bergegas bangkit dan segera menyambut Setya yang baru pulang. "Assalamu'alaikum," salam Setya sambil menampilkan senyum khas miliknya. "Wa'alaikumsalam, Mas. Baru pulang?" tanya Riri, tangannya refleks segera menyalami lengan Setya saat itu juga. Setya terdiam sejenak, matanya menatap Riri dengan sedikit bingung. "Coba ulangin, tadi bilang apa

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Kedatangan Kinan

    Angga menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata,"Tolong jadi ayah untuk Juna, Mas, dan juga ... nikahin Mbak."Setya terdiam. "Nikahin secara agama aja nggak apa, Mas. Yang penting untuk saat ini, Juna bisa ngerasain punya ayah dan Mbak nggak sendirian lagi ngurus dia. Mas nggak usah khawatir soal nafkah untuk mereka berdua, insyaallah Angga dan Mas Bagas bisa bantu. Sejak dulu kami selalu ngasih Mbak masing-masing satu setengah juta setiap bulan untuk hidupnya."Setya masih diam.Tatapannya tak bisa ditebak, membuat Angga menahan napas. Pria itu akhirnya menghela napas panjang, mengusap wajahnya pelan, lalu bersuara, "Itu ... bukan keputusan yang bisa aku buat sendiri, Ang. Pernikahan bukan untuk main-main, atau apapun istilahnya itu. Dan juga ... harus dipikirkan secara masak-masak."Angga menelan ludah. Sejenak, ruangan terasa lebih sunyi dari sebelumnya.***Selang satu jam

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Permintaan Angga

    Riri meremas ponselnya erat saat membaca pesan dari Angga.Rasanya, ingin sekali dia marah dan memaki Setya saat itu juga. Kenapa, hal sepenting ini tidak segera ia beritahukan kepadanya? Padahal ia adalah ibunya Juna, dan dia pun khawatir dengan sang anak.Bude Siti, yang masih berada di sana membantu Riri membersihkan rumah, menatapnya dengan khawatir. Ia mendekat, lalu menepuk pelan pundak Riri."Kenapa, Mbak?" tanya Bude Siti lembut."Liat deh, Bu," jawabnya seraya menyerahkan ponselnya."Ngeselin banget sumpah nih orang. Juna udah sadar bukannya ngabarin aku malah diem-diem aja. Apa coba maksudnya begini?" gerutu Riri kesal.Bude Siti menerima ponselnya dan melihat apa yang ada di sana. Setelah beberapa saat, ia pun mengembuskan napas pelan seraya menyerahkan kembali ponselnya."Jangan marah-marah dulu, Mbak. Coba adeknya suruh tanya, kenapa dia nggak

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Peringatan

    Riri terdiam. Bude Siti benar, tak mungkin ia merepotkan Setya terus. Pastinya, Setya pun punya kehidupannya sendiri. Tak mungkin terus menerus membantunya."Wess, sini depannya, Nduk," perintah Bude Siti.Riri mengangguk, lalu segera membalikkan tubuhnya menjadi telentang. Bude Siti sedikit mengernyit saat melihat beberapa bercak merah di atas dada Riri.Riri yang sadar lirikan Bude Siti refleks langsung menutupi area itu dengan telapak tangannya."Hayoo, abis ngapain kamu, Nduk?" tanyanya tajam, seolah mengintrogasi.Riri langsung mati kutu karenanya. Ia tak mungkin bohong, Bude Siti sudah berumur, pasti ia paham soal beginian.Riri hanya menunduk penuh penyesalan. Sementara Bude Siti menggelengkan kepalanya pelan."Ah iya, Mbak, tadi pagi Pak RT sempet ke rumah nanyain soal ayahnya Juna," ucap Bude Siti.Riri mengernyit seolah tak

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Oom atau Kakak?

    "Bocil!"Lelaki itu adalah Angga, adik ke tiga Riri. Matanya membelalak melihat keponakannya terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Raut wajahnya langsung berubah panik. Ia mendekat dengan tergesa, menatap Juna dengan mata yang sudah memerah."Bocil, lu kenapa bisa begini?!" suara Angga bergetar, tangannya gemetar saat mengelus wajah kecil Juna.Juna menatap Oomnya, lalu kembali menangis. "Kak Angga ... Juna takut ...."Tanpa pikir panjang, Angga langsung menarik Juna ke dalam pelukannya."Kakak disini, Cil. Kamu udah mendingan? Maafin Kakak yang nggak dateng pas hari itu juga. Kaka masih ada urusan di kantor, makanya baru bisa dateng sekarang. Maafin Kakak ya ...."Setya hanya diam. Bukankah Angga adalah Oomnya, tapi kenapa malah memanggil Kakak?Juna sedikit berontak. Angga pun melerai pelukannya. Mata Juna melirik ke arah Setya yang terdiam di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status