Compartilhar

Pelakor?

Autor: Ririichan13
last update Última atualização: 2025-04-28 18:30:27

"Ri, bisa tolong ambilin stok obat di gudang farmasi? Stoknya udah mau habis nih," ucap Bu Devi seraya menyerahkan selembar kertas kepada Riri.

Riri mengangguk. "Siap, Bu. Ini, aku tinggal kasih ke orang gudangnya aja kan ya?" tanya Riri memastikan dan mendapat anggukan dari Bu Devi.

Riri pun bergegas menuju gudang farmasi di lantai 5. Perjalanan ke sana sedikit sunyi, mungkin karena di sana adalah lantai khusus, selain untuk ruang direktur, juga sebagai gudang alat-alat nakes dan farmasi.

Begitu Riri tiba di gudang farmasi, ia pun segera menyerahkan daftar obat-obatan itu kepada petugas gudang.

Sekitar sepuluh menit lamanya menunggu, obat-obatan yang ia butuhkan pun telah tersusun rapih di dalam sebuah kardus besar.

"Makasih ya, Kak," ucap Riri seraya tersenyum ramah.

Petugas itu hanya mengangguk lalu mengacungkan jempolnya tanda iya.

Riri keluar
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Kenangan Terakhir

    Yuzha terbangun saat malam telah menyapa. Tubuhnya terasa lebih segar dan pikirannya pun menjadi lebih rileks saat ini.Ia melirik ke arah Putri yang masih terlelap di sana. Cahaya lampu tidur menyinari sebagian wajah gadis itu, memperjelas garis lembut yang selalu membuat Yuzha jatuh cinta berkali-kali. Ia mengangkat tangannya, membelai wajah wanita yang hari ini telah membuat harinya terasa begitu panas.Ingin rasanya ia melakukan ini setiap hari. Bahkan, ia ingin setiap membuka mata, wajah wanitanya lah yang pertama kali ia lihat. Namun sayangnya, takdir mereka tidak semulus itu.Dengan gerakan perlahan, Yuzha bangkit dari tidurnya dan bergegas untuk mandi, membersihkan sisa kenikmatan tadi siang. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, ia harus segera pulang, karena pasti bidadari kecilnya akan bawel setelah ini.Dan benar saja, begitu ia keluar dari kamar mandi, Putri sudah terbangun dari tidurnya. Ia terdudu

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2- Menyerah

    Pagi mulai menyapa. Semenjak subuh tadi, Yuzha sudah terbangun dari tidurnya. Namun, ia masih sedikit bermalas-malasan bersama Adam di kamarKeduanya masih mengobrol banyak hal, terutama soal hobi mereka yang ternyata sama-sama suka naik gunung. Namun sayangnya, itu hanya hobi Yuzha saat masih jaman kuliah dulu. Kalau untuk saat ini, sudah dipastikan ia tak akan mau ikut kembali, karena tubuhnya sudah tak sekuat dulu.Ketukan di pintu kamar membuyarkan obrolan santai mereka."Mas, sarapannya udah siap," ucap Putri dari luar kamar."Iya, Put, bentar lagi keluar," timpal Yuzha dari dalam kamar.Tak lama, Yuzha dan Adam pun keluar dari kamar itu. Mereka bergegas ke ruang tamu untuk sarapan bersama keluarga Putri."Teteh beneran langsung balik ke Jakarta sekarang?" tanya Hawa penasaran.Putri mengangguk mantap. "Iya, Wa. Teteh udah lima hari nggak kerja, karena

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Perjalanan Pulang

    Perjalanan menuju Leuwiliang terasa begitu sepi dan juga sunyi. Hanya alunan suara musik dari dashboard yang menemani. Langit gelap menggantung di luar jendela, hanya disorot lampu jalan dan sesekali bayangan pepohonan yang berkelebat cepat.Putri menatap lurus ke depan, menatap jalanan di depannya yang mungkin lebih menarik daripada sekedar ngobrol dengan Yuzha atau kedua orang tuanya.Di keheningan itu, ponsel Yuzha bergetar. Yuzha melirik sekilas siapa yang menelponnya. Nama 'Bidadari Kecil' muncul di sana. Senyum tipis terbit di wajahnya. Dengan cepat, ia menyambungkan earphone dan menjawab panggilan itu."Hay kesayangan, Papa," ucap Yuzha sambil tersenyum.["Papa dimana? Belum pulang, kah?"] tanya Kinan diseberang sana dengan suara manja khas anak kecil yang khawatir."Papa lagi anter Tante Uti pulang dulu. Kemungkinan, besok pagi baru nyampe rumah. Kenapa, cantik?" tanya Yuzha kembali.

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Air Susu Dibalas Air Tuba

    Yuzha terdiam di sisi bangsal Pak Basuki, menemani Dr. Fahmi yang sibuk melakukan observasi pra-pemasangan ring. Meskipun Yuzha berada di sana, namun pikirannya tak benar-benar ada di sana. Rasa lelah, lapar dan cemas menjadi satu menciptakan kekosongan yang kian menusuk.Ia mungkin masih bisa menahan semua itu, karena pekerjaannya adalah seorang dokter. Tapi, bagaimana dengan dua orang wanita yang berada di ruang tunggu. Apa mereka juga sama sepertinya? Mampu bertahan dalam gempuran waktu dan harapan?Pikirannya pun terpecah, antara bersama Dr. Fahmi, atau keluar menemui Putri."Sepertinya Pak Basuki ini istimewa ya, Mas," ucap Dr. Fahmi disela-sela aktifitasnya."Hmm ... Istimewa untuk orang yang istimewa," jawab Yuzha sambil tersenyum kecil."Jadi penasaran, seistimewa apa orang itu sampe-sampe kakak ipar gua pergi saat resepsi pernikahan adeknya," sindir seseorang yang baru saja datang ke d

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Pertolongan Lanjutan

    Perlahan, ambulans mulai memasuki halaman IGD dengan cepat. Para perawat sudah bersiap menyambut, tempat tidur darurat telah tersedia, dan Dr. Fahmi turun tangan langsung menyambut pasien.Yuzha turun dari mobil dan langsung menghampiri Putri yang baru saja keluar dari belakang ambulans."Tenang, Put. Bapakmu udah ada di sini. Dan akan aman dibawah pantauan keluarga Abimanyu," ucap Yuzha lirih.Putri mengangguk, matanya basah, lalu segera memeluk tubuh lelaki itu. "Terima kasih, Mas. Aku nggak pernah tau harus apa, kalau bukan sama kamu."Yuzha melerai pelukannya, menghapus air matanya yang mulai turun di pipi Putri. "Jangan dipikirin. Aku ke dalam dulu, ya. Kamu tenang di sini sama ibu."Putri kembali mengangguk cepat.Pak Basuki segera dipindahkan dari brankar ambulans ke ranjang dorong oleh tim medis. Monitor tetap melekat, dan tabung oksigen masih menempel di hidungnya. D

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   S2 - Perjalanan Kembali

    Setelah mengatakan itu, Yuzha pun melangkah sedikit menjauh dari Putri. Ia bergegas menghubungi Setya saat itu juga.Namun, dua kali panggilan tak kunjung diangkat, membuat Yuzha sedikit kesal karenanya.'Setya, angkat dong,' lirih Yuzha pelan sambil melangkah mondar mandir di lorong rumah sakit. Sesekali pandangannya melirik ke arah IGD tempat Putri berada.Setelah panggilan ketiga, barulah telponnya tersambung.["Mas, gangguin aja ih,"] suara Setya dari sebrang sana dengan sedikit terengah."Ya ... maaf, namanya juga urgent, mau gimana lagi," ucap Yuzha pelan, merasa bersalah.["Okey, gimana? Udah Mas cek?'] tanyanya lagi, kali ini suaranya pun terdengar lebih tenang."Udah. Ada gejala jantung ringan dan perlu pasang ring. Mas rujuk ke Permana, semua udah siap tinggal kabarin pihak sana aja," ucap Yuzha cepat.["Oke. Kirim rekam medisny

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status