Share

Transaksi Sayang

Penulis: Ririichan13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-16 22:49:17

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 saat Riri tiba di parkiran rumahnya. Ia bergegas menuju rumah ibu kontrakan untuk menjemput Juna yang saat itu sudah tertidur.

"Makasih ya, Bu, maaf kalau Riri ngerepotin ibu terus," pamit Riri pada sang empunya kontrakan.

"Sama-sama. Ibu nggak ngerasa di repotin kok, malah seneng karena ada temennya," ucapnya. "Ini tasnya Juna, hp sama buku gambarnya udah di dalam ya."

Riri mengangguk setelah itu barulah ia masuk ke dalam kontrakannya di lantai dua.

Juna tak bereaksi apapun saat di gendong, sepertinya anak itu sudah terlalu lelah bermain. Riri pun bergegas menaruhnya di atas ranjang, setelah itu ia pun segera mandi dan membersihkan diri.

Setelah mandi, badannya pun terasa lebih segar dan fresh. Ia segera menghampiri Juna, mengamati setiap inci tubuh sang anak.

Fokusnya teralihkan pada jemarinya yang sedikit memerah dan membengkak.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Hadiah Dari Ibu

    Keesokkan harinya, saat Riri tengah membuat kimbab untuk bekal Juna, saat ia tengah menggulung nasi dan nori, tiba-tiba pikirannya pun teringat pada Setya. 'Bikinin Setya sekalian nggak ya?' batinnya dalam hati. Tak ingin menduga-duga, ia pun langsung beralih pada ponselnya dan segera menghubungi Setya. [Albino, gua lagi bikin sushi. Lu mau gua bawain kaga?] pesan Riri kepadanya. Tak berapa lama, pesannya pun terbalas oleh Setya. [Kagak! Sushi lu kaga enak] balasnya. Riri memanyunkan bibirnya. Rasanya kesal sekali mendengar ucapan lelaki itu. Ia pun melampiaskan emosinya pada timun yang saat itu hendak ia jadikan isian kimbab. Ia cacah dengan kasar sebagai bentuk pelampiasannya. Tak lama, ponselnya kembali bergetar, Setya kembali mengirimkan pesan kepadanya. [Kalau mau, bikinin kimbab

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Transaksi Sayang

    Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 saat Riri tiba di parkiran rumahnya. Ia bergegas menuju rumah ibu kontrakan untuk menjemput Juna yang saat itu sudah tertidur. "Makasih ya, Bu, maaf kalau Riri ngerepotin ibu terus," pamit Riri pada sang empunya kontrakan. "Sama-sama. Ibu nggak ngerasa di repotin kok, malah seneng karena ada temennya," ucapnya. "Ini tasnya Juna, hp sama buku gambarnya udah di dalam ya." Riri mengangguk setelah itu barulah ia masuk ke dalam kontrakannya di lantai dua. Juna tak bereaksi apapun saat di gendong, sepertinya anak itu sudah terlalu lelah bermain. Riri pun bergegas menaruhnya di atas ranjang, setelah itu ia pun segera mandi dan membersihkan diri. Setelah mandi, badannya pun terasa lebih segar dan fresh. Ia segera menghampiri Juna, mengamati setiap inci tubuh sang anak. Fokusnya teralihkan pada jemarinya yang sedikit memerah dan membengkak.

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Ayo Bersaing, Mas!

    Riri hanya mengangguk, dan langsung masuk ke farmasi. Begitu melihat jumlah yang di transfer, matanya sedikit membola. Ia pun buru-buru menchat Setya saat itu.[Albino, ini beneran buat gua? Lu nggak salah transfer kan?] pesan Riri kepadanya.Hanya berselang beberapa menit, balasan pun di terima Riri.[Nggak. Kenapa emangnya? Kurang? Di e-wallet gua cuma ada segitu. Kalau kurang, paling besok soalnya M-banking gua eror]Riri menggigit kukunya dan mengusap wajahnya kasar. Nominal yang diberikan Setya saat itu adalah satu juta rupiah, dan Riri rasa itu uang banyak. Kenapa Setya malah berpikir bahwa uang itu kurang? Astaga, gini amat punya temen orang kaya.***Malam mulai menyapa, Setya duduk di balkon sendirian menikmati semilir angin malam yang menerpa wajahnya.Di pangkuannya, iPad Pro 12.9 inci terbaru tergeletak, layar cerahnya memantulkan guratan sketsa yang sedang ia buat

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Mulai Bersemi

    Riri menutup telponnya, lalu menaruh ponselnya kembali ke atas meja."Ibu?" tanya Setya lirih, mengulang ucapan Riri tadi.Riri terkesiap, ia lupa jika di depannya adalah Setya dan langsung memijat pelipisnya pelan."Mm, anu ...," ucap Riri tergagap."Anu apa, Ri? Lu udah nikah?" tanya Setya, tatapannya begitu menusuk tajam.Riri menggeleng cepat. "Nggak! Gua belom nikah. Itu tadi anak tetangga gua, dia biasa manggil gua ibu, jadi keterusan," ucapnya berusaha terdengar menyakinkan.Setya menatapnya dengan lama, lalu bertanya kembali. "Beneran? Kalau beneran udah nikah nggak apa kok, ngaku aja."Tanpa ragu, Riri mengangguk mantap. "Beneran, Bino. Gua belum nikah."Setelah itu, ia pun segera membereskan barangnya."Bin, gua harus balik sekarang. Makasih ya, traktirannya," ucap Riri seraya bangkit dari duduknya.Setya mengangguk, lalu segera menuju kasir dan melakukan pembayaran. Setelah itu, keduanya pun segera keluar dari kedai bersama."Mau ambil sepeda dulu, Ri?" tanya Setya.Riri me

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Sebuah Firasat

    Setya menghela napas pelan. "Nara itu aslinya bukan anak Mas Yuzha dan Mbak Nadira. Yang anak mereka cuma Kinan doang, sementara Nara, anak Mbak Dira sama selingkuhannya," jelasnya. "Tunggu, gua nggak paham maksud lu. Jadi, Mas Yuzha diselingkuhin gitu?" tanya Riri, seraya menghentikan aktifitasnya. Matanya sedikit membola mendengar ucapan itu.Setya mengangguk. "Iya. Mbak Dira udah hampir 4 tahun selingkuh. Dan Nara adalah hasil anak selingkuhannya. Sebenernya ada satu lagi, tapi keguguran. Dari pas keguguran itu, barulah ketauan kalau misalnya Mbak selingkuh." "Tapi ya, gitu ... gegara baru ketauan bukan anaknya setelah Nara umur 2 tahun dan Mas udah terlanjur sayang sama tuh anak, jadi tetep diakuin anaknya sama dia." Riri tersentak tak percaya. Jika Yuzha diselingkuhi, berarti alasan mereka bercerai kemarin bukan karena dirinya kan? Lalu, kenapa Setya waktu itu bilang karena dirinya. "Tunggu. Jadi, Mas Yuzha diselingkuhin sama istrinya? Terus, kenapa waktu itu lu bilang kalau

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Dua Buah Coklat

    Nadira menggeleng, matanya memerah karena marah. "Ya, kamu memang papanya. Tapi justru karena itu, kamu seharusnya tahu apa yang lebih penting!" Yuzha mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku lelah, Dira! Dari semalam aku nggak tidur sama sekali. Sementara kamu? Kamu enak-enakan tidur! Baru juga jagain nggak sampai satu jam, kamu sudah marah-marah?! Dimana otakmu?!" seru Yuzha menaikkan nada bicaranya. Nadira tersentak mendengar seruan Yuzha itu. Ia menunduk, tak berani menatap ke arah Yuzha. "Maaf, Yuz. Aku ... aku hanya nggak ingin wanita ini ada di sini." Lalu, Nadira menatap Riri dengan tajam. Riri akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap balik Nadira, tapi ia tidak berkata apa-apa. Yuzha mengepalkan rahangnya. "Kenapa memangnya? Dia calon istriku, dan calon ibu sambungnya Kinan dan Nara!" Nadira menatapnya tak percaya. "Apa?! Semudah itu kamu melupakan aku, Yuz?" "Melupakan? Siapa yang lebih dulu melupakan?" tanya Yuzha dengan datar. "Tak perlu playing victim, Dir." Nadira t

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Perdebatan

    Saat jam makan siang tiba, Riri memberanikan diri ke lantai 3 tempat dimana Nara di rawat. Kondisi lorong lantai 3 memang sedikit sepi, karena memang khusus kelas VVIP, VIP dan juga kelas 1 saja. Lantai ini, berbeda dibanding dengan 2 lantai di atasnya yang sedikit lebih ramai.Jantungnya berdegup kencang saat melihat Yuzha keluar dari salah satu kamar VVIP, wajahnya sedikit letih, rambutnya nampak berantakan dan ada lingkar hitam di bawah matanya.Riri benar-benar merasa iba melihat penampilan sang Dokter yang biasa tampan itu. Tanpa membuang waktu, ia pun segera menghampiri Yuzha disana."Mas," panggilnya pelan.Yuzha menoleh dengan ekspresi datar."Kamu kemana aja, Mas? Kenapa nggak ngabarin kalau Nara dirawat?" tanya Riri, nada suaranya terdengar sedikit kecewa.Yuzha terdiam sejenak sebelum menghembuskan napas panjang. "Kenapa kamu baru datang sekarang?"Riri mengernyit. "Aku baru tahu tadi pagi kalau Nara di rawat, Mas. Kamu semalem menghilang begitu aja." Lelaki itu mendengus,

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Nara Sakit

    Riri terdiam, tapi hatinya gelisah. Ia tahu Yuzha harus segera pergi, tapi ia juga tidak bisa diam saja. Yuzha mengusap wajahnya kasar, lalu tanpa mengecup pucuk kepala Riri. "Maaf, aku refleks. Aku nggak berniat buat bentak kamu, Ri," ucapnya penuh penyesalan. Riri mengangguk, "Aku tahu, Mas. Pulanglah, Nara butuh kamu." Yuzha mengangguk, namun sebelum ia benar-benar berbalik, ia kembali mengecup bibir Riri, seolah mengisyaratkan ia sebenernya tak ingin pisah. Riri mendorong tubuh Yuzha sedikit menjauh, lalu mengantarkan lelaki itu hingga ke depan pagar rumahnya. Yuzha pun segera masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesinnya. Dan dalam hitungan detik, ia melaju pergi. Riri hanya bisa berdiri di pintu pagar, menatap kepergian Yuzha dengan perasaan yang campur aduk. Setelah beberapa saat, Riri pun kembali ke kamarnya. Ia kembali duduk di sofa, dimana ia tadi sempat bergumul dengan Yuzha sebelum akhirnya lelaki itu pergi. Riri memejamkan matanya sejenak, membiarkan n

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Hampir Saja!

    "Emm, Juna lagi nggak ada di rumah, Mas. Dia lagi ke Bandung sama ibu kontrakan. Jadi, aku dirumah sendiri, makanya aku bisa pergi sekarang," jelasnya. Yuzha mengangguk, setelah itu keduanya pun segera melangkah menuju parkiran untuk pulang. Di perjalanan menuju kontrakan, suasana dalam mobil terasa lebih tenang daripada sebelumnya. Yuzha sesekali melirik ke arah Riri yang duduk di sampingnya, sementara wanita itu hanya menatap ke luar jendela, menikmati pemandangan jalanan yang mulai gelap. "Ri, aku anter sampai rumah ya," ucap Yuzha memecah keheningan diantara mereka. Riri menoleh, lalu mengganguk, "Hmm, boleh, Mas." Sesampainya di depan kontrakan, Yuzha mematikan mesin mobil. Riri membuka sabuk pengaman, lalu menoleh ke arahnya. "Makasih ya, Mas. Aku masuk dulu." Yuzha mengangguk, tapi saat Riri hendak turun, ia tiba-tiba menarik pergelangan tangan wanita itu. "Ri." Riri membeku. Tatapan Yuzha berubah serius. "Kalau aku masuk, kamu keberatan?" tanyanya pelan. Ri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status