Beranda / Romansa / Mata Elang / Berkedok Makan Malam

Share

Berkedok Makan Malam

Penulis: Vellyna Yari
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-17 20:16:58

“Berapa Mbak, biayanya?” tanya Sean ke petugas administrasi.

“Untuk pasien atas nama siapa, Mas?”

tanya balik petugas itu.

“Pasien IGD yang baru datang mbak, Anthony namanya,” jelas Sean.

“Baik, ditunggu sebentar ya, Mas,” Pegawai itu memainkan jari diatas keyboard komputer, dengan gesit dia  menghitung semua biayanya.

“Biayanya 1 juta Mas, ini baru penanganan awal dan termasuk obat yang akan digunakannya,” beber pegawai itu.

Tanpa pikir panjang Sean membayarnya, untungnya dia tidak lupa membawa dompet yang dia taruh diatas meja.

“Saya bayar dengan cara debit bisa ya, Mbak?” tanya Sean.

“Bisa Mas, mohon duduk dulu,” pinta pegawai.

Pegawai itu menunjuk tempat duduk yang tersedia untuk menunggu antrian. Sean tidak bisa tenang dengan duduk menunggu, dia hanya berdiri agak jauh dari meja pegawai tersebut.

Papa dan mamanya sudah sampai di ruang administrasi juga, mereka tampak kelelahan mengejar Sean. Kebetulan ruang administrasi lumayan jauh dari IGD.

“Gimana Sean? Berapa biayanya?” tanya mama Sean.

“Sudah Ma, jangan kuatir. Aku sudah mengurusnya,” jawab Sean.

Percakapan mereka teralihkan dengan suara panggilan pegawai disana.

“Keluarga pasien atas nama Anthony!!!”

Dengan segera Sean menuju counter administrasi, dan berkata, “Iya, Mbak.”

“Ini kwitansi nya, langsung saja serahkan ke perawat IGD agar pasien cepat ditangani,” terang pegawai itu.

Pegawai itu tidak lupa menyerahkan kartu debit milik Sean, lalu berlari kembali menuju IGD lagi.

Setelah kwitansi diserahkan ke perawat, segera saja Anthony ditangani dengan cepat. Sean disuruh menunggu di luar, dia sangat panik membuatnya jalan mondar-mandir seperti setrikaan.

Mama dan papa Sean menemuinya, papa berkata, “Sean, mama harus pulang karena saking panik mama baru ingat kalau rumah belum dikunci.”

“Sedangkan, Papa akan disini menunggu bersamamu,” imbuh papa.

“Tidak usah Pa. Mama dan Papa pulang dulu saja. Kalau ada apa-apa nanti Sean akan menghubungi Papa,” ungkap Sean.

Papa Sean diam menimbang perkataan putranya, selang beberapa menit papa Sean berkata,

“Baiklah Nak, kami pulang dulu. Papa juga tidak tega membiarkan mamamu pulang  sendirian sedangkan hari juga sudah malam.”

“Iya Pa, Sean mengerti. Papa hati-hati di jalan,” ucap Sean.

Orang tua Sean sudah berjalan keluar rumah sakit, sampai hilang dari pandangannya. Suara pintu terbuka berasal dari ruang IGD, dokter yang menangani Anthony keluar.

“Anda keluarga pasien?” tanya dokter.

“Iya, saya Dok. Bagaimana dengan keadaannya?” tanya Sean cemas.

“Pasien mengalami dehidrasi, jika terlambat sedikit saja akan membahayakan seluruh organ tubuhnya. Kami pindahkan pasien ke  kamar rawat inap, besok kita akan cek secara mendetail keseluruhan badannya,” terang dokter.

“Baik Dok, terimakasih,” ungkap Sean.

Setelah dokter memberi penjelasan kepada Sean, dia berlalu untuk menangani pasien lain yang butuh pertolongan. Anthony yang masih tidak sadarkan diri itu terbaring di ranjang pasien, selang kabel infus dan alat bantu pernapasan terpasang ditubuhnya.

Perawat mendorong ranjang itu untuk dipindahkan ke kamar ruang inap, Sean yang menunggu di depan itu segera mengikuti mereka. Ruang ekonomi dengan kamar yang luas itu harus dibagi untuk 5 pasien dengan setiap ranjangnya dibatasi oleh kelambu gorden sampai batas betis orang dewasa.

Perawat sudah meninggalkan ruangan, menyisakan Anthony yang tak sadarkan diri dan Sean sendiri. Sean duduk di kursi mendekati sahabatnya, dia melihat nanar ke arah Anthony merasakan betapa malang nasib yang dilaluinya.

Di sebuah kampung putri dari keluarga ningrat sedang duduk santai menikmati teh di sore hari. Pekarangan yang luas itu ditanami berbagai pohon, tanahnya berubah menjadi hijau ketika rumput sengaja ditanam untuk menambah asri bagi siapa yang memandang.

“Vanya!!! Kenapa kamu masih di luar??? Ayo cepat masuk!!! Hari sudah mulai gelap tu,” kata mami Vanya.

Gadis itu terpaksa menuruti dan mengikuti perintah mami masuk rumah keluarganya yang megah nan indah, gaya bangunan Eropa yang mempunyai balkon maupun teras luas dengan jendela kaca menghiasi di setiap sisinya.

Vanya bagaikan manusia peliharaan yang harus mematuhi perintah orang tuanya, terutama maminya. Gadis cantik dengan tinggi rata-rata, berkulit kuning langsat itu bagaikan boneka hidup.

Mami duduk di ruang tamu membawa daftar kegiatan yang akan dilakukan Vanya besok.

Vanya sudah duduk di dekat maminya untuk mendengarkan agendanya besok.

Mami Vanya sudah mulai membaca, salah satu kegiatan yang harus dia ikuti adalah menengok pekerja yang kemarin kecelakaan dalam bekerja. Keluarga Vanya sangat suka sekali dengan pencitraan sejak papinya ingin mencalonkan diri menjadi pejabat itu menjadi hal wajib yang harus dilakukan.

“Vanya, waktu di rumah sakit besok ingat!! Jangan lupa beri motivasi

pada pekerja itu, agar dia merasa dihargai dan yang paling penting biar menarik perhatian masa. Supaya papimu dianggap orang baik dan bisa maju dalam pemilu nanti. Paham!!!” terang maminya.

“Paham, Mi,” jawab Vanya cepat.

“Ya sudah. Habis ini langsung mandi, pakai baju yang sudah mami siapkan ya. Acara terakhir malam ini adalah ikut perjamuan makan malam dengan pak Purnomo,” beber mami.

“Baik, Mi,” sahut Vanya, dia tidak bisa menentang apa yang sudah ditetapkan untuknya.

Jika dia menolak akan mendapatkan siksaan dari maminya, seluruh pembantu di rumahnya mengetahui semua kelakuan busuk keluarganya. Mereka yang bekerja di dalam rumah akan mendapatkan gaji yang besar, mereka semua harus menandatangani sebuah perjanjian yang salah satu isinya tidak boleh menyebarkan apapun yang mereka lihat ataupun dengar ketika bekerja di rumah keluarganya.

Waktu berjalan terlalu cepat, jam pertemuan makan malam semakin dekat. Mami Vanya sudah siap, dia sedang menunggu Vanya turun dari kamarnya lantai 2.

“Non, cepat dipakai bajunya!! Nanti nyonya besar marah,” kata peringatan dari pembantu yang paling dekat dengan Vanya, namanya Bik Neni.

“Vanya tidak mau, Bik. Lihat saja baju jelek itu,” protes Vanya.

“Harus dipakai, Non. Ini pilihan Nyonya besar,” kata bik Neni.

Bik Neni pun sebenarnya juga setuju dengan Vanya, pakaian yang dipilihkan untuknya terlalu terbuka. Tapi mereka tidak ada pilihan lain, jika tidak kena murka nyonya besar. Bik Neni tahu betul perasaan nona kecilnya, karena dialah orang yang merawat dari umur belia. Dia sangat kasihan sekali dengan hidup yang dijalani Vanya.

“Vanya!!! Vanya, cepat turun!!!” teriak maminya.

“Apa yang Bibik bilang, Non. Ayo cepat dipakai, Non,” ucap bik Neni setengah takut.

Dengan cepat Vanya memakai baju itu dibantu oleh bik Neni, sebenarnya  Vanya sudah siap tinggal memakai baju saja yang membuatnya sangat lambat.

Vanya sudah turun dari kamarnya sesekali dia membetulkan baju yang dipakainya, baju berjenis dress selutut dengan bagian bahu dan punggungnya terbuka, bisa disebut ‘Off Shoulder Dress’.

Mereka sudah saja sampai di tempat pak Purnomo, perjamuan itu hanya dihadiri oleh papi, mami, Vanya dan pak Purnomo. Aneh, kenapa pak Purnomo tidak mengajak istrinya? Ini sebenarnya acara apa?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mata Elang   Sah!! Bahagia Semua

    “Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya

  • Mata Elang   Pertemuan Keluarga Kencana

    Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu

  • Mata Elang   Mobil Impian

    “Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud

  • Mata Elang   Pertikaian Antara Anthony dan Sean

    Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang

  • Mata Elang   Sean Menyatakan Perasaan

    “Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs

  • Mata Elang   Pertunjukan untuk Purnomo

    Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi

  • Mata Elang   Pesan Mawar

    Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana

  • Mata Elang   Cowok Modis.

    “Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu

  • Mata Elang   Foto Skandal

    Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status