Share

1. Pertemuan Menjengkelkan

Dona terus memainkan ponselnya, mengetikkan beberapa balasan dari pesan yang belum ia balas.

Gadis berusia dua puluh tahun itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, kedua telinganya disumbat dengan headset diikuti alunan musik dari sang idolanya, yang berjudul Spring Day.

Ia bahkan tidak peduli dengan seseorang yang berada di sampingnya, yang terus menatapnya seolah ingin saling berbincang namun tertahan.

Mobil yang mereka kendarai terus melaju menuju kampus Joy. Hari ini, Dona terpaksa menaiki mobil Fairel dengan tujuan agar kedua orang tuanya mau memaafkan kesalahannya.

Sebenarnya Dona enggan menaiki mobil Fairel, ia sudah memiliki pacar dan tidak ingin dicap selingkuh olehnya.

Dona bahkan terpaksa berbohong, dan mengatakan kalau dirinya akan diantar Dion, ayahnya ke kampus.

Padahal, seumur hidupnya, Dion hanya memedulikan bisnis dan uang, sampai Dona tua-pun, diantar oleh Dion hanyalah angan-angan saja.

Dia bahkan tidak peduli kepada Aliya, ibunya yang butuh kasih sayang dari seorang suami.

Dion hanya menafkahi luar dengan memanjakan barang brended dan uang jutaan rupiah.

Walau mereka bisa makan dan liburan ke mana saja, tidur di kasur yang mewah dan empuk, pasti ada saja rasa sedih dan sakit hati jika mereka tidak saling memberi kasih sayang dan terlihat seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah.

Dunia tidak hanya tentang uang, walau uang adalah mayoritas utama.

"Pak supir, tolong berhentiin mobilnya," teriak Dona sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, memberi kode kepada sang supir untuk segera menghentikan mobilnya.

Fairel menoleh dengan tatapan bingung, akan tetapi ia tetap diam seperti orang bisu.

Mobil yang dikendarainya berhenti, Dona langsung turun dari mobil tersebut seperti orang yang tidak sabaran.

Rasanya begitu sesak berada terlalu lama di dalam mobil dengan seorang pria yang ia sebal, bukan benci.

Kaca mobil itu terbuka, Dona memasukkan wajahnya ke sana seraya berbicara dengan Fairel,

"Gue tahu lo nggak berniat jahat sama gue. Karena itu, gue pamit jalan kaki ke kampus. Gue punya pacar, dan inget kita harus pura-pura tidak saling kenal. Lo harus bilang ke orang tua gue, kalau gue akur sama lo."

Tanpa menunggu persetujuan, Dona langsung pergi berjalan kaki menuju kampus. Kalimat itu terdengar seperti perintah yang harus Fairel setujui, dan Dona tidak butuh jawaban, melainkan sebuah tindakan.

Fairel hanya bisa diam sambil terus memandangi punggung kecil itu yang terlihat semakin jauh dari kaca depan mobilnya. Ia tidak bisa mencegah kepergian itu, karena Fairel bukanlah siapa-siapa bagi Dona, hanya laki-laki pembuat masalah.

Fairel adalah calon tunangan Dona yang berasal dari perjodohan kedua orang tuanya. Fairel anak tunggal dari keluarga kaya raya, ia terkenal pendiam dan sopan. Ia tidak dingin, justru Fairel begitu takut menyakiti perasaan seseorang dengan lisannya.

Oleh karena itu, kenapa hari ini ia terus terdiam, walau dalam hatinya, Fairel ingin sekali berbincang dan mengenal lebih dalam tentang Dona.

"Lanjutin ke kampus nggak Den? Atau mau jalan kaki nyusul Neng Dona?" Suara itu membuat lamunan Fairel buyar.

"Iya, lanjutin aja."

Sang supir mengangguk, tentu saja mobil itu kembali melaju dan mulai memasuki halaman kampus Joy yang terlihat luas dan megah.

Fairel keluar dari mobil, dan pertama kali yang ia lihat adalah Dona yang sedang bermesraan dengan seorang pria yang kemungkinan adalah pacar yang disebutkan tadi.

Fairel tidak merasa sakit hati, karena ia masih belum memiliki perasaan sama sekali kepada Dona. Mereka baru bertemu kemarin saat perayaan ulang tahun Dona yang ke dua puluh.

Sesuai dugaan Fairel, sepertinya pria itu tidak datang ke acara ulang tahun Dona kemarin. Karena memang, acara ulang tahunnya hanya diselenggarakan untuk sanak keluarga.

"Ngelamun lo? Tanding basket mau?" tanya Gero dengan memamerkan bola basket di tangannya yang baru saja dicuci.

"Gue ada kelas pagi."

Gero mencibir Fairel yang selalu menjadi mahasiswa teladan yang tidak pernah absen kelas.

"Kali-kali lah Rel, bolos."

"Siapa aja yang ikut reuni?" tanya Fairel mengalihkan pembicaraan, ia masih memiliki waktu setengah jam sebelum kuliah paginya.

Gero menepuk dahinya, ia benar-benar lupa akan hal itu, padahal tadi pagi, ia ada rencana memberi tahu Fairel list nama yang ikut reuni.

Untung saja, list nama itu sudah ia foto dan disimpan di ponselnya. Tentu saja, Gero selalu membawa ponsel itu ke manapun ia pergi, seperti sedang dimabuk cinta.

"Mau gue kirimin, atau mau lihat dari ponsel gue?"

"Ribet. Dari ponsel lo aja. Tugas gue kan cuman ngasih dana."

Memang benar, Fairel hanya menyumbang dana untuk kegiatan reuni SMAnya. Dia tidak ingin ribet, atau menjadi panitia yang harus bergerak ke sana kemari.

Cukup duduk diam, dan semuanya selesai.

Gero memperlihatkan gambar yang ia tangkap itu, di sana tertulis beberapa nama yang menurutnya familiar.

"Dona?" tanya Fairel heran. Ia ingin memastikan kalau bukan Dona yang itu, yang ikut reuninya.

"Iya, noh, Dona yang lagi mesra-mesraan sama Bara," tunjuk Gero tepat ke arah Dona yang berada jauh jaraknya.

Fairel langsung menelan salivanya dengan susah payah, ia mendadak merasa terbebani dengan keberadaan Dona nanti.

"Emang kita sekelas?"

Gero langsung menjitak kepala Fairel yang benar-benar pelupa itu,

"Lo sendiri yang ngusulin kalau reuni nanti buat seluruh SMA kelas tiga yang seangkatan. Dia nggak sekelas, tapi satu sekolah."

Mampus, Fairel bisa mati di sana. Ia tidak tahu harus berbincang seperti apa dengan Dona nanti jika mereka berpapasan.

Fairel tidak pandai berbicara, sifat pendiamnya itu membuat ucapannya tidak luas.

"Tenang, dia nggak sama Bara. Lo bisa deketin dia kalau lo emang suka," celetuk Gero.

Tatapan mematikan langsung terlihat dari wajah Fairel, Gero langsung berlari dengan alasan ingin bergabung dengan tim basket, walau dalam hatinya ia takut dibunuh oleh Fairel.

———

"Kamu ke mana aja sih!" ketus Dona kala ia sudah memeluk tubuh Bara dari samping.

Bara menurunkan pandangannya, ia tersenyum dengan menyodorkan kotak kecil yang diikat dengan pita merah muda.

"Happy Birthday Na. Maaf, semalam aku ketiduran. Kamu tahu kan, aku lagi tahap nyusun skripsi, aku kebanyakan bergadang, sampai aku nggak kuat untuk bergadang lagi."

Dona baru ingat kalau pacarnya itu sedang dalam tahap sibuk-sibuknya, ia seharusnya bersyukur karena Bara masih mengingat ulang tahunnya walau sedikit telat.

Dona terlalu mencintai Bara, sampai ia begitu percaya dengan alasan klise seperti itu.

"Iya gapapa Ba, yang penting kamu inget sekarang. Makasih yah hadiahnya." Dona mengambil hadiah itu, lalu meneliti setiap sudutnya seraya menebak apa isinya,

"Aku tebak, isinya pasti hal yang aku sukai."

"Iya dong, masa aku kasih kamu hadiah isinya yang nggak kamu sukai."

Dona terkekeh pelan, ia terlihat sangat cantik dengan senyuman ceria itu,

"Aku buka yah?"

"Buka aja."

Kemudian, suara ponsel milik Bara berbunyi, pria itu mengintip nama yang tertera di layar panggilan itu, lalu berpamitan kepada Dona dengan alasan ada kelas pagi.

"Aku ke kelas duluan yah Na, sebentar lagi dosen dateng soalnya."

"Iya hati-hati Ba."

Tanpa ada rasa curiga, Dona menyetujuinya dengan senang hati. Tentu saja, setiap pacar pasti tidak mengetahui kapan jadwal pacarnya belajar. Dan itu tidak membuat Dona berpikiran negatif, ia tahu bahwa Bara menerima telepon dengan sembunyi-sembunyi, dan mungkin saja panggilan telepon itu terlalu rahasia sampai Dona tidak boleh mengetahuinya.

Dona memang dewasa, ia selalu berpikiran positif. Menurutnya mencurigai orang lain, hanya akan mengundang penyakit.

Sebuah notifikasi pesan di ponselnya berbunyi, Dona langsung membaca isi pesan itu dan melupakan hadiah dari Bara.

Reuni Alumni

Gero :

Selamat datang. Ini Grup alumni yang mau ikut reunian. Di sini juga bakal ada info terkait hal itu, jadi jangan ada yang keluar grup, atau gue coret nama lo pakai pulpen merah.

Alfina :

Siapa aja yang ikut bang Ger?

Dea :

Cih Abang, mentang-mentang pacaran.

Gero sent photo

Dea :

Donaa... @dona Lo ikut? Ahhhh,, gue kangen sama lo.

Dona :

Dasar jomblo.

Dea :

Biarin, nanti kita curhat-curhatan yah. Mumpung gue liburan kuliah, kalau gue udah balik ke Australia, lo pasti kangen lagi sama gue.

Dona :

Emang rencana reuninya nginep?

Tanpa nama :

Iya, nginep satu hari, untuk melepas rindu.

Gero :

@tanpanama mau gue sebutin nama lo nggak?

Dea :

Emang siapa Ger?

Alfina :

2

Gero :

Dia si anak orang kaya, yang ngebiayain reuni kita.

Saat membaca kalimat itu, Dona teringat akan Fairel yang notabenenya orang kaya. Akan tetapi, ia tidak pernah bertemu dengan orang itu saat SMA. Ya, mungkin saja dia orang lain.

Dona juga pasti akan sulit bergerak jika Fairel ada di sana.

Dona tidak melihat gambar yang dikirim Gero, gadis itu tidak peduli dengan hal seperti itu. Yang ia lakukan hanyalah datang ke reuni pada waktunya, Dona juga tidak ikut berpartisipasi menjadi panitia dalam reuni nanti.

Saat memikirkannya, pria bernama Fairel itu tidak sengaja bertatapan dengan mata Dona.

Fairel tidak memalingkan pandangannya, ia terus menatap mata Dona sambil berjalan ke arahnya.

Dona terpaku dengan tatapan itu, ia seperti terhipnotis dan diam ditempat seperti patung.

Saat mereka berpapasan, Fairel mengangkat satu tangannya seraya melambai.

Dona tidak menyangka akan sikap Fairel barusan, ia sudah melarangnya untuk tidak sok kenal di kampus, tetapi lihat apa yang dilakukan Fairel, pria itu malah melambaikan tangan kepadanya seraya menyapa.

Dona hendak memalingkan wajah, namun genggaman tangan yang melingkar di tangan pria itu membuat mata Dona membelalak tak percaya.

"Anter gue yuk Rel, beli barang," ajak Meta sambil bergelayut mesra di tangan kekar milik Fairel.

Fairel hanya mengangguk, dan memalingkan tatapannya menjadi berporos pada Meta.

Dona hampir tertawa miris melihatnya, barusan apakah Dona yang terlalu percaya diri? Sampai ia berpikir kalau Fairel akan menyapanya setelah apa yang dilakukan Dona hari itu?

Harga diri Dona langsung terlempar ke dasar jurang yang sangat dalam. Ia malu sekaligus kesal atas sikap Fairel. Ia merutuki pria itu.

Aku ingin percaya sama kamu, percaya dengan semua yang kamu lakukan. Sehingga hatiku tidak akan mudah berpaling, karena dalam pikiranku kamulah satu-satunya orang yang dapat aku percayai.

DONA

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Bego lu dona, cowok yg lu puja2 itu brengsek
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status