Erwin sadar bahwa setelah ia menampar wajah Anna, hubungan mereka tak akan lagi sama. Dan ia sangat menyesal telah tak bisa menahan emosi dan menyakiti gadis yang sejatinya masih sangat dicintainya itu. "Andai waktu bisa diulang, aku tak akan melakukan itu." Pikir Erwin. Erwin masih ingat bahwa leher Anna terluka. Ia pun meminta obat ke pada tabib. Ia berniat mengobati Anna sendiri. Ketika Anna melihat Erwin masuk ke kamarnya, ia segera membungkuk hormat. Dan ia pura-pura tersenyum. Erwin yang telah terbiasa membaca ekspresi wajah orang segera sadar bahwa senyuman Anna adalah senyuman paksaan karena takut. "Ia tersenyum bukan karena senang aku datang, ia tersenyum karena takut padaku." Pikir Erwin. Namun pada akhirnya ia berkata pada Anna : "Aku tahu, ada rasa takut di wajahmu, nonaku. Jangan takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu lagi. Kemarilah, biar aku obati lukamu." Anna dan Erwin kemudian duduk di tempat tidur dengan Erwin mengolesi obat ke leher Anna. Diolesinya dengan be
"Sudah sangat lama aku menunggumu, nona. Kau membuatku lelah dalam penantian." Kata Cresta. "Berapa lama kau menunggu?" "Sekitar 200 tahun." "200 tahun. Aku sungguh sangat terlambat datang. Maafkan aku, nona." "Aku memaafkanmu." "Jadi? Tempat apa ini?" Tanya Anna. Saat itu, Anna bisa melihat bagaimana wajah Nona Cresta itu. Ia amat cantik, tetapi lebih mungil dari dirinya. Dan wajah mereka berdua sebenarnya cukup mirip. Cresta menggandengnya tangan Anna dan mengajaknya berkeliling. "Jiwaku terjebak di alam ini. Di sini, jiwaku disiksa. Jiwaku tak bisa menuju alam kematian." "Tunggu? Kau sudah mati? Lalu untuk apa aku kemari? Aku tak bisa menyelamatkanmu karena kau sudah mati." "Kau kemari untuk membebaskan ku dari kutukan, nona. Jika aku bebas dari kutukan yang selama 200 tahun menyakitimu ini, jiwaku dapat menuju alam kematian. Itulah misimu yang sebenarnya.""Kutukan macam apa itu? Dan bagaimana cara membebaskanmu?""Saat a
Ingatan Cresta berpindah lagi. Alam perbatasan antara alam kehidupan dan kematian itu kini menunjukkan sebuah kamar di sebuah gubuk yang usang. Saat itu sudah malam hari, Cresta muda dan Adrianne tampak sedang berbaring telanjang di sebuah ranjang, tubuh mereka tertutup selimut. "Apa kau tidak malu menunjukkan malam pernikahanmu padaku?" Tanya Anna sembari memalingkan wajahnya. "Tidak, nona. Jangan palingkan wajahmu. Ini bagian terpentingnya." Tiba-tiba, pintu gubuk yang mereka tinggali diketuk seseorang. Dengan perasaan malas, Adrianne memakai pakaiannya dan membuka pintu kayu itu. "Nona Cresta di mana? Apakah nona Cresta di sini? Di mana kau menyembunyikannya? Aku tahu ia ada di sini." Kata lelaki yang mengetuk pintu itu. "Siapa kau lelaki gila? Beraninya kau mengganggu malam-malam begini. Enyahlah." kata Adrianne.Lelaki itu berambut merah dan bermata ungu, persis seperti Cresta sendiri. Tanpa menghiraukan Adrianne, si lelaki
"Cresta dari Klan Kingsley, aku mengutukmu. Setelah kau mati, jiwamu tak akan bisa sanggup meraih alam kematian. Jiwamu akan terperangkap dalam tubuh naga raksasa yang abadi. Dan sebagaimana kau yang menuruti seluruh keinginan Adrianne Harlow, sampai-sampai kau mengkhianati titisan darahmu sendiri, naga itu juga akan menuruti segala keinginan Adrianne Harlow dan keturunannya. Kau akan hidup selamanya dalam wujud naga itu untuk melayani Adrianne Harlow dan keturunannya, nona. Mereka akan memperbudakmu selamanya." Mendengar kutukan dari Dewi Eirene, Cresta sangat ketakutan. Ia menjatuhkan keranjang bunga mawar yang ia pegang dan bersujud di kaki sang dewi. "Maafkan aku, dewiku. Ampunilah aku. Jangan kau layangkan kutukan yang aku sendiri tak sanggup menghadapinya. Dan jika aku harus menerima kutukan, tolong setidaknya jangan selamanya, akhirilah kutukan itu suatu hari nanti." "Semuanya tergantung Adrianne, nona.""Maksudnya?" "Beritahu Adrianne semua yang aku katakan padamu ini. Den
"Semua ini pada dasarnya hanyalah pembalasan dendam. Sebagaimana hutang, dendam harus terbayarkan, nona. Untuk melepaskanku dari kutukan, kau harus membalas dendam pada Adrianne dan keturunannya." Kata Cresta. "Iya-iya, aku mengerti. Ayolah, jangan bertele-tele. Beritahu saja aku apa yang harus lakukan." Cresta meletakkan kedua tangannya di pundak Anna, lalu ia menatap gadis itu dengan ekspresi wajah yang sangat serius."Pertama, sebagaimana aku yang diperbudak oleh keluarga Harlow selama 200 tahun lebih, kau harus memperbudak salah satu anggota keluarga Harlow. Yang ini sudah terpenuhi, sebab di hadapan mataku sendiri Erwin Harlow mengatakan : 'aku adalah budak bagi hati dan jiwamu, nona.' Saat upacara eksekusi dahulu." "Iya, aku ingat. Setelah itu, kau mengamuk dan membakar banyak orang. Raja Darril dan beberapa putrinya mati terbakar beberapa hari setelahnya. Kau sengaja membakar mereka?""Yah, aku sengaja, sebab itu adalah hasrat terpendamku. Aku sudah setengah lepas dari kutuka
"Erwin adalah suamiku juga. Bahkan lebih dari itu, aku istri pertamanya. Dan sekarang aku mendapat hakku sebagai seorang istri. Lihatlah, Anna, aku meniduri lelakimu. Dan aku akan mendurinya di malam-malam lain. Aku akan menghabiskan 1001 malam bersamanya. Dan kau tidak akan mendapat jatah satu malam pun." Kata Nona Arista di dalam hatinya saat ia melihat wajah tampan Erwin yang terbaring di bawahnya. Sementara Arista yang mengambil alih hubungan mereka di ranjang itu, Erwin hanya memejamkan mata. Erwin tak merasakan kebahagiaan apapun, semua yang ia pikirkan hanyalah si gadis budak bernama Anna itu. Cinta pertamanya, dan cintanya satu-satunya. Malam itu, Erwin menyadari bahwa ia sudah terlampau sangat mencintai budak perempuannya itu. Bahkan, saat seorang perempuan lain sedang duduk di selangkangannya, yang ia pikirkan hanyalah Anna, Anna, dan Anna. Erwin membuka matanya. "Hentikan, nona. Menyingkirlah dari tubuhku." Kata Erwin. "Eh, kenapa? Kau tidak suka ya? Atau kau mau mengga
Sejak kejadian itu, Anna tak pernah mau bertatap muka dengan Erwin lagi. Ia selalu mengurung diri di kamar, sebagian besar waktunya ia habiskan untuk memikirkan bagaimana menggulingkan tahta keluarga Harlow yang telah berkuasa selama 200 tahun lebih itu. Terlebih lagi, ia juga masih bimbang apakah ia harus "mengkhianati" Erwin atau tidak. Anna merasa bahwa ia masih mencintai lelaki itu, bahkan ketika ia telah melihat Erwin meniduri wanita lain. 15 hari sejak kejadian itu, Anna dan Erwin belum bertemu juga. Walaupun Erwin selalu mengetuk pintu kamar Anna dan meminta maaf padanya. Erwin tak pernah takluk pada sifat keras kepala Anna. Ia bahkan pernah berada di balik pintu kamar Anna hingga semalam penuh. "Jangan berhenti mencintaiku, nona." katanya.Hingga, hari itu, ketika Erwin hendak pergi keluar ibu kota untuk suatu urusan kerajaan, ia kembali mengetuk pintu kamar Anna. "Nona... Aku akan pergi selama 2 minggu. Jika kau tak mau memaafkanku, setidaknya biarkan aku melihat wajahmu s
"Oderint dum metuant." Kata Anna pada Nona Arista. Ia tak peduli bahwa Nona Arista tampak kebingungan pada kata-kata latinnya itu. Tanpa menjelaskan apa maksudnya, Anna berjalan terus menuju kamar Erwin. Dan begitu sepasang kekasih itu berjumpa, mereka tampak sangat bahagia."Nona... Aku amat rindu padamu." Kata Erwin sembari memeluk Anna. "Aku kira kau pulang lebih lama." "Tidakkah kau senang aku pulang lebih cepat?""Tentu saja aku senang, terlebih lagi kau pulang dengan selamat, Erwin.""Nona, apa kau mau main catur denganku? Aku rindu dikalahkan olehmu." Anna tak menjawab pertanyaan Erwin, sebaliknya ia malah bertanya :"Dengar, Erwin, jika kau terpaksa harus memilih antara aku dan bayi itu, siapa yang kau pilih?" Erwin berpikir sejenak sebelum ia berkata :"Tentu saja aku akan memilihmu, nona.""Sungguh?" "Yah, sebab kau yang paling aku cintai di muka bumi ini. Anak bayi itu bisa diperoleh lagi, tetapi perempuan seperti dirimu tak ada duanya. Kau adalah kemenangan terbesar