Apakah Sarah akan tetap bertahan berada di dekat Wisnu?
🏵️🏵️🏵️ Kadang sikap seseorang tidak dapat ditebak, itu yang terjadi terhadap Wisnu. Setelah laki-laki itu mengetahui kehamilan Sarah, dia masih sanggup berbuat kasar kepada wanita itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Wisnu saat ini. Dia seolah-olah tidak memiliki perasaan sama sekali. Wisnu selalu menganggap Sarah sebagai penghalang bersatunya hubungannya dengan Sandra, padahal sangat jelas kalau Wisnu yang meminta Sarah untuk menikah dengannya empat bulan yang lalu. Jika memang laki-laki itu terpaksa mengikat hubungan sakral dengan Sarah, kenapa dirinya justru sangat ingin agar segera memiliki keturunan. Ya, walaupun harapan itu berawal dari permintaan kedua orang tuanya. Setelah melihat hasil pemeriksaan Sarah di rumah orang tuanya tadi, Wisnu merasa bahagia mengetahui ada benihnya di rahim sang istri. Namun, dia tetap sanggup menyakiti wanita yang akan melahirkan anaknya. Jalan pikiran Wisnu benar-benar susah untuk dimengerti. Akan tetapi, Wisnu tiba-tiba merasa kasihan mel
🏵️🏵️🏵️ [Suamimu hobby banget berduaan sama, nih, cewek. Kenapa kamu diam aja, Rah?] Isi pesan dari Tasya. [Itu namanya Mbak Sandra, Sya. Sahabat karib Mas Wisnu.] Sarah tetap menutupi perbuatan suaminya. [Sahabat apaan? Pegangan tangan mulu. Sampai cium tangan dan pelukan. Aku nggak percaya, Rah. Kamu jangan polos gitu.] Tasya tetap tidak percaya dengan alasan yang Sarah berikan. [Aku percaya pada suamiku, Sya.] Sarah kembali mengirimkan balasan yang membuat Tasya sangat kesal membaca pengakuan sahabatnya. Sarah baru sadar sekarang, kenapa tadi Wisnu buru-buru saat berangkat ke kantor bahkan tidak sempat menikmati sarapan seperti biasanya. Ternyata laki-laki itu telah merencanakan sarapan di luar bersama wanita yang dia cintai. “Kamu kenapa, Rah? Kok, diam?” Reno memegang pundak Sarah. “Maaf, Kak, saya ke dalam dulu, ya.” Sarah pun beranjak meninggalkan Reno menuju kamar. Sarah tidak tahu bahwa seseorang tengah mengambil fotonya saat tadi Reno memegang bahunya. Dia tidak mer
🏵️🏵️🏵️ “Ini nggak seperti yang Mas pikirkan.” Sarah pun memberikan jawaban. “Apa pantas seorang istri bersentuhan seperti ini dengan pria lain?” tanya Wisnu sambil menunjuk foto di ponselnya. Laki-laki itu tidak ingat dengan apa yang dia lakukan di luar sana bersama wanita yang bukan istrinya. “Ini salah paham, Mas.” “Saya membenci laki-laki ini. Di mana dia?” Wisnu pun menjauhkan tangannya dari dagu Sarah. Laki-laki itu akhirnya beranjak dari kamar lalu segera mencari keberadaan Reno. Wisnu bertemu dengan Bi Inah yang sedang membersihkan ruang keluarga. Dia pun menanyakan keberadaan Reno kepada wanita itu. Bi Inah tampak heran melihat kemarahan yang terpancar dari wajah Wisnu. Asisten rumah tangga itu akhirnya meminta anak majikannya tersebut menuju taman belakang. “Reno!” teriak Wisnu memanggil adik sepupunya setelah dirinya berada di taman belakang. Bu Siska dan Reno sangat terkejut melihat keberadaan Wisnu. “Bukannya kamu udah berangkat ngantor?” tanya Bu Siska kepada ana
🏵️🏵️🏵️ “Nggak apa-apa, Mas. Oh, ya … Mas nggak ngantor?” Wisnu dan Sarah akhirnya duduk di tempat tidur. “Hari ini saya lagi malas. Saya mau istirahat di rumah.” Wisnu pun mulai membuka kancing kemeja yang dia kenakan. “Mas mau sesuatu? Saya ambilkan.” “Nggak perlu. Kamu di sini aja.” Sarah merasa aneh melihat sikap sang suami. Walaupun akhir-akhir ini Wisnu sudah menunjukkan perubahan sikapnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda menurut Sarah. Tiba-tiba terdengar nada panggilan masuk dari ponsel Wisnu. Dia pun meraih benda pipih itu dari saku kemejanya. Setelah melihat layar, dia langsung menolak panggilan tersebut lalu mematikan ponsel, kemudian menyimpannya di laci nakas. 🏵️🏵️🏵️ Ketulusan cinta dan kelembutan hati Sarah secara perlahan akhirnya mampu mengubah sikap Wisnu yang kasar dan egois. Laki-laki itu kini makin menunjukkan perhatiannya kepada wanita yang dulu sangat dia benci. Dia bahkan sering mengabaikan telepon Sandra. Kebencian itu tumbuh karena menganggap S
🏵️🏵️🏵️ Sejak kehamilan Sarah memasuki empat bulan, selera makannya berkurang. Wanita itu tampak kurus sekarang. Sudah sebulan lamanya, Sarah mengomsumsi nasi hanya beberapa sendok setiap makan bersama keluarga. Bu Siska sangat khawatir melihat keadaan menantunya tersebut. Wanita paruh baya itu meminta Wisnu agar memberikan karbohidrat selain nasi untuk Sarah. Wisnu pun menyanggupi permintaan ibunya. Wisnu meminta Sarah mengonsumsi roti dan memperbanyak makan buah. Sarah pun berusaha menuruti permintaan suaminya walaupun kadang tetap muntah. Wisnu ingin anak dan istrinya tetap sehat-sehat saja. Dia juga merasa kasihan melihat wanita yang kini sedang mengandung anaknya tersebut terlihat lemas. “Badan kamu panas!” Wisnu terkejut merasakan tubuh Sarah panas setelah bangun tidur pagi ini. “Iya, Mas. Dari semalam bawaannya lemas banget.” Sarah pun memilih duduk dari rebahan. “Kenapa kamu nggak bilang? Kamu baring aja lagi.” Akhirnya Sarah kembali berbaring. Wisnu segera keluar dari
🏵️🏵️🏵️ Sarah kini merasa menjadi wanita paling beruntung. Setelah sekian lama, akhirnya Wisnu bersedia mengakui calon bayinya sebagai anaknya, padahal selama ini, Sarah selalu dimarah jika dia mengakui bayi yang belum lahir itu sebagai anaknya. Wanita itu sangat bersyukur melihat perubahan sikap suaminya. Dia tidak menemukan lagi sisi kasar Wisnu sekarang. Namun, satu hal yang belum dapat Sarah lakukan hingga saat ini, mengubah perasaan laki-laki itu agar melupakan Sandra. Cinta tulus dan kesetiaan yang Sarah berikan kepada Wisnu belum mampu menembus dinding hati laki-laki itu. Sarah tidak tahu sampai kapan dirinya akan tetap bersabar menerima kenyataan hubungan yang terjalin antara Wisnu dan Sandra. “Anak kita, Mas?” Sarah ingin memastikan apa yang dikatakan suaminya. “Iya. Kenapa?” Wisnu tampak heran melihat Sarah. Dia seolah-olah tidak mengerti apa maksud ucapan wanita itu. “Mas nggak marah lagi kalau saya mengatakan anak ini sebagai anak saya?” Sarah mengusap-usap perutnya
🏵️🏵️🏵️ Wisnu tidak mengerti dengan hatinya saat ini. Di satu sisi, dia tidak ingin menyakiti Sandra. Namun, di sisi lain, laki-laki itu merasa tidak tega setelah mengetahui apa yang Sarah rasakan selama ini. Baginya, ini merupakan dilema yang sangat besar. Pria tampan itu memandang wajah wanita yang kini mengandung anaknya. Wisnu sadar dengan apa yang telah dia lakukan selama ini terhadap Sarah. Dia selalu melampiaskan semua kekesalah dalam hatinya kepada sang istri. Kepergian Sandra tanpa kabar, telah menumbuhkan kebencian di hati Wisnu untuk kaum Hawa. Apalagi kedua orang tuanya meminta laki-laki itu agar segera memiliki keturunan hingga akhirnya harus menikahi Sarah, wanita yang tidak dia cintai kala itu. Akan tetapi, apa yang Wisnu rasakan kini terhadap Sarah sungguh jauh berbeda. Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati laki-laki itu sejak sang istri mengandung anaknya. Wisnu tidak mampu menepiskan pesona yang terpancar dari calon ibu anaknya. “Saya mau muntah, Mas.” Sarah t
🏵️🏵️🏵️ “Dia udah siuman, Mih. Tadi pingsan karena mengaku sesak aja.” Pak Wildan memberikan penjelasan kepada istrinya. Bu Siska pun langsung duduk di tepi tempat tidur, lalu memegang tangan Jessy. Wanita paruh baya itu melihat ada kesedihan terpancar dari wajah putrinya. Dia tidak mengerti kenapa gadis tersebut akhir-akhir ini bersikap aneh. “Kamu kenapa, Sayang? Kamu sakit?” Bu Siska memegang dahi Jessy. Anak bungsunya tersebut hanya menggeleng. “Biarkan dia istirahat, Mih.” Pak Wildan memberikan pengertian kepada istrinya. “Tapi Mami juga pengen tahu kenapa anak kita sampai pingsan, Pih.” Bu Siska masih menunjukkan kekhawatirannya. “Kita kasih waktu untuk dia, Mih. Sepertinya dia belum bersedia untuk cerita. Tadi Papi udah coba tanya, dia hanya bilang karena merasa sesak.” Pak Wildan menyampaikan apa yang Jessy ucapkan tadi kepadanya. Bu Siska akhirnya mengikuti saran Pak Wildan. Dia berusaha untuk tidak memaksa Jessy memberikan penjelasan saat ini. Namun, satu hal yang me