Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku

Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-13
Oleh:  Eriin 1208On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
73Bab
772Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Wilona, seorang wanita cantik pewaris tunggal dari keluarga kaya raya, yang rela menikahi lelaki dengan status sosial biasa saja, bahkan cenderung menengah ke bawah. Wilona juga dengan senang hati menyerahkan seluruh urusan perusahaan pada suaminya, dia lebih memilih fokus untuk menjadi ibu rumah tangga, yang tentunya selalu melayani suaminya dengan sangat baik. Rosa, dia adalah sekretaris Bramasta, suami Wilona. Wilona dengan senang hati menyetujui agar Rosa yang hanya tamatan SMA, bisa sekolah lebih lanjut dengan dana perusahaan 100%, hingga Rosa benar-benar bisa menjadi sekretaris perusahaan yang sangat bisa diandalkan. Namun, air susu dibalas dengan air tuba, setelah semua yang diberikan oleh Wilona, Rosa malah ingin merebut Bramasta, bahkan dia tidak segan untuk menjadi istri kedua. Apakah Wilona akan menyetujui Rosa menjadi madunya? Atau … Wilona akan tetap mempertahankan rumah tangganya dengan Bramasta?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Sayup-sayup Wilona mulai membuka mata. “Ssst … aw,” desis Wilona sembari memegang kepalanya yang terasa sangat berat, pemandangannya juga berkunang-kunang.

Ceklek.

“Kak Ona sudah sadar?” Terdengar suara seorang wanita yang sangat tidak asing ditelinga Wilona, baru saja membuka pintu.

Wanita itu pun segera berjalan ke arah Wilona dengan antusias, juga dengan senyum yang merekah. Meskipun pandangan Wilona masih sedikit kabur, tapi dia tahu betul siapa gerangan wanita yang menghampirinya saat ini.

“Kak Wilona sudah sadar?” tanya wanita itu lagi sembari memegang telapak tangan Wilona.

Plak! 

Bruk!

Dengan kepala yang masih terasa sangat berat dan pandangan tidak jelas, Wilona bangun dari tidurnya serta menampar wanita tersebut dengan kekuatan penuh, hingga dia tersungkur di bawah ranjang. “Aw, apa yang Kakak lakukan?” jerit wanita itu.

“Pergi kamu! Pergi … ! Wilona berteriak sekencang-kencangnya.

“Kak Ona, ini aku Rosa.” Wanita itu mencoba menenangkan Wilona sembari berusaha berdiri.

“Pergi!”

“Pergi!”

“Dasar wanita licik!”

Bugh.

Wilona terus berteriak sembari melemparkan bantal dan benda lain yang ada di dekatnya ke arah wanita tersebut.

“Pergi!”

“Pergi!”

Krak!

Hingga akhirnya, jarum infus yang tengah menancap di punggung tangan Wilona pun terlepas, tentu saja hal itu menyebabkan tangan Wilona berdarah.

“Kak, hentikan kak, ini aku.” Rosa terus berusaha menyadarkan Wilona yang nampak seperti orang kesurupan tersebut.

“Pergi kamu!”

“Jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku lagi!”

“PERGI …. !

BRAAAK.

“Ada apa ini?” Seorang wanita paruh baya masuk ke ruangan Wilona dengan tergopoh.

“Pergi!”

“Pergi!” Sementara Wilona masih terus menjadi-jadi. Wanita paruh baya tersebut pun segera memegang pundak Rosa dan membawanya melangkah mundur.

“Ibu, tenang bu, ada apa ini?” 

“Raka.” Seorang anak laki-laki juga masuk ke ruangan tersebut tanpa diketahui.

“Raka, kenapa kamu nampak berbeda?” Wilona mulai memelankan suaranya sembari terus menatap Raka, dia mencoba mengusap matanya beberapa kali, agar penglihatannya bisa lebih jelas. Sedangkan Raka tidak memperdulikan pandangan Wilona yang nampak keheranan, dia segera menyambar tisu yang ada di atas nakas, kemudian menekan luka di punggung tangan Wilona yang terus mengeluarkan darah.

“Ibu, Ibu sudah sadar?”

“Kenapa Ibu terus berteriak?” tanya Raka dengan terus fokus pada luka Wilona.

“Itu Dok, Ibu sudah sadar, tolong diperiksa.” Seketika Wilona mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

“Rani?” gumam Wilona. Dokter dan Rani pun segera menghampiri Wilona.

“Rani, kenapa kamu nampak seperti beberapa tahun yang lalu?” gumam Wilona yang suaranya masih bisa didengar oleh beberapa orang yang ada di dekatnya.

“Ibu, apa yang ibu katakan? Kenapa Ibu terus berteriak?” tanya Rani.

“Apa aku sedang mimpi?” gumam Wilona lagi, tanpa menjawab pertanyaan semua orang yang terus penasaran dengan teriakan Wilona.

“Tidak bu, Ibu tidak bermimpi, hanya saja Ibu baru sadar setelah pingsan beberapa hari,” terang dokter sembari membalut luka di punggung tangan Wilona.

“Pingsan?” tanya Wilona yang semakin keheranan.

“Iya bu, kami berdua menemukan ibu tergeletak di bawah wastafel kamar mandi,” ucap Raka sembari menatap Rani sejenak.

“Sepertinya Ibu sedang kelelahan hingga pingsan di sana, karena dokter tidak menemukan adanya bekas kekerasan ataupun luka,” sahut Rani.

“Benarkah seperti itu?” tanya Wilona sembari menatap Dokter.

“Iya bu, Ibu hanya kelelahan dan juga anemia,” jelas Dokter.

“Anemia? Ya, aku memang kerap punya penyakit darah rendah, dan itu akan semakin memburuk jika aku tidak makan dengan baik serta kelelahan,” gumam Wilona dalam hati.

“Beruntung dua anak ini segera membawa ibu ke rumah sakit,” ucap dokter sembari tersenyum setelah membalut luka dan memasang infus kembali dengan jarum yang baru, di tangan sebelah kanan.

“Eh, tunggu dulu Dok, apa paru-paru ku baik-baik saja? Mungkin saja paru-paruku kemasukan banyak air,” ucap Wilona.

“Tidak ada bu, anda hanya kelelahan saja, kami sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh,” terang Dokter.

“Sekarang apa ada yang ibu keluhkan?” tanya dokter tersebut.

“Hanya kepala saya sangat berat dok,” jawab Wilona.

“Itu wajar, karena Ibu telah pingsan beberapa hari dan memaksa untuk duduk, sebaiknya Ibu berbaring dulu untuk memulihkan tenaga,” ucap dokter tersebut yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.

“Dasar wanita gila!” 

“Sudah sakit-sakitan, gak bisa kasih keturunan, bisanya nyusahin saja!” 

“Beruntung Rosa masih mau rawat kamu!” umpat wanita paruh baya yang tadi masuk ke ruangan dengan tergopoh. Wanita paruh baya itu merupakan Ibu mertua Wilona.

“Merawat? Wanita gila itu mau merawatku? Bukankah aku berada di sini karena ulahnya?” monolog Wilona dalam hati.

“Lebih baik Bram menikah dengan Rosa saja, dari pada dengan kamu yang selalu membawa sial buat keluarga!” 

“Ayo Rosa, kita keluar saja, biarkan dia, tidak usah kamu rawat lagi!” ucap Mama Arina, beliau merangkul pundak Rosa dan berjalan keluar ruangan.

“Hah, bukankah Mas Bram dan Rosa memang sudah menikah?” monolog Wilona dalam hati yang semakin kebingungan.

“Sabar ya Bu,” ucap Rani sembari mengelus pundak Wilona, yang juga seketika menyadarkan Wilona dari lamunannya.

“Raka, Rani, anak-anak yang selalu aku sia-siakan dan tidak pernah aku perhatikan, tapi mereka berdua terus merawatku dengan baik, juga sangat perhatian padaku,” monolog Wilona dalam hati lagi sembari memandang Raka dan Rani secara bergantian.

Tes.

Hingga tidak terasa, butiran air matanya tiba-tiba saja terjatuh. “Ibu, apa Ibu sedang kesakitan?” tanya Raka sembari memegang tangan Wilona yang tadi terluka. Wilona pun hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan.

“Ah, benar!”

“Apa aku bisa meminjam handphone?” tanya Wilona yang lagi-lagi memaksa duduk meskipun kepalanya masih terasa berat.

“Handphone?” tanya Raka.

“Iya, pinjam handphone kalian,” ucap Wilona lagi.

“Kami mana punya handphone bu,” sahut Rani.

“Bukankah aku sudah membelikan kalian handphone tempo hari,” ucap Wilona.

“Kapan Ibu membelikan handphone untuk kami?” tanya Raka sembari mengerutkan keningnya.

“Ibu lebih baik istirahat dulu,” ucap Rani.

Ceklek.

“Sayang, apa kamu baik-baik saja?” 

“Mas Bram,” ucap Wilona sembari berhambur ke pelukan Bramasta, yang secepat kilat sudah berada di pinggir ranjang.

“Maaf, karena aku sudah mengganggu Bapak saat bekerja,” ucap Rani lirih sembari menundukkan kepalanya.

“Tidak apa, kamu melakukan hal yang benar,” ucap Bramasta.

“Kamu tadi menelepon Mas Bram?” tanya Wilona sembari menatap ke arah Rani, tanpa melepas pelukannya.

“Iya bu, maaf,” ucap Rani dengan terus tertunduk, seakan merasa takut dan juga bersalah.

“Katanya tadi kamu gak punya handphone?” tanya Wilona dengan tatapan penuh menyelidik.

“Aku tadi menggunakan telepon rumah sakit,” jawab Rani.

“Mereka berdua kan memang tidak punya handphone sayang, tapi mereka hafal dengan nomor telepon kita,” jelas Bramasta yang seketika membuat Wilona melepaskan pelukannya.

“Iyakah? Bukankah aku sudah membelikan handphone pada mereka berdua?” tanya Wilona dengan sangat penasaran.

“Membelikan mereka berdua handphone? Sejak kapan kamu perhatian dengan mereka berdua, hmm?” tanya Bramasta yang semakin membuat Wilona sangat kebingungan.

“Kenapa? Apa ada yang salah dari ucapanku?” tanya Bramasta setelah melihat ekspresi istrinya yang sangat kebingungan.

“Kenapa semua kejadian hari ini sangat aneh?” monolog Wilona dalam hati.

“Kalau begitu, aku pinjam handphone kamu,” ucap Wilona yang langsung dituruti oleh Bramasta, karena memang tidak ada hal apapun yang disembunyikan oleh Bramasta, maka dari itu dia tidak keberatan untuk meminjamkan handphonenya.

“Sayang … Apa kamu salah set tanggal?” 

“Kenapa tahun 2021?” tanya Wilona dengan terus melihat layar ponsel Bramasta.

“Ya memang sekarang tahun 2021 sayang,” jawab Bramasta sembari duduk di sebelah ranjang, sedangkan Rani mengambil botol air mineral untuk diberikan pada Bramasta.

“2021? Bukakah sekarang tahun 2025?” tanya Wilona. Tujuan Wilona meminjam handphone memang untuk melihat tanggal hari itu.

“Sayang, apa kamu pikir kamu berasal dari masa depan?” tanya Bramasta yang membuat Raka dan Rani tersenyum tipis.

Wilona segera membuka aplikasi kalender, dan hasilnya masih sama, yaitu menunjukkan tahun 2021.

“Ibu, apa Ibu masih belum sadar sepenuhnya? Sekarang memang tahun 2021 bu,” ucap Raka sembari menunjukkan kalender yang ada di atas nakas.

Dengan segera, Wilona menyambar kalender tersebut dan membalik setiap lembar, tapi yang dia dapat hanya angka 2021, tidak ada angka 2025 di sana.

“Ssst …” Wilona mendesis sembari memegang kepalanya yang semakin berat. Lambat laun pandangannya kabur dan semakin lama semakin gelap.

Tap.

Bugh.

“Ibu … ”

“Sayang … ” 

Wilona sudah tidak bisa melihat apapun lagi, hanya suara Bramasta, Raka dan Rani yang masih terdengar, mereka terdengar kebingungan dan juga panik memanggil dokter, tapi suara-suara itu pun semakin lama juga tidak terdengar lagi oleh Wilona.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
73 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status