Hiruk pikuk terdengar di bawah ruang bawah tanah. Dua kubu pendukung meneriakkan kata-kata kasar menghujani semangat pada dua pria berbadan besar yang tengah bergelut di atas arena pertarungan.
“Bunuh… bunuh… bunuh…”Tanpa menggunakan pelindung tangan maupun kepala dua petarung saling memukul keras satu sama lain dengan menggebu-gebu. Kepalan tangan menghantam wajah petarung lain tanpa ampun. Setiap petarung akan mengincar bagian kepala maupun ulu hati untuk menjatuhkan bahkan mematikan musuhnya dengan mudah.Mereka menyebut arena ini Arena Bayangan Kematian karena menyuguhkan pertarungan antara hidup dan mati. Bonyok, lebam bahkan hidung bengkok berdarah yang menghiasi wajah petarung seolah pemandangan yang lumrah.Arena petarung mempunyai aturan khusus dimana para petarung harus saling membunuh untuk mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang fantastis dan tumpukan batangan emas berkilauan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa melayanMentari terbit dari balik cela-cela jendela, Maverick meneguk ludah kasar melihat Louise terlelap disampingnya. Ia duduk seraya memperhatikan kamar yang luas itu. Perhatiannya tertuju pada beragam foto yang terpampang di dinding dan meja. Salah satu foto memperlihatkan sosok Ecclesie yang tampak sangat cantik dengan senyum sumringah, sangat kontras dengan kondisi Louise yang terlihat saat ini, sungguh sangat berantakan. Ia pun tak berselera melihatnya.Tanpa berpikir panjang, dengan langkah cepat, ia meraih handuk di atas nakas. Maverick melangkah tanpa suara menuju kamar mandi.Seraya membersihkan diri Maverick memikirkan ulang mengenai ucapan seorang wanita yang baru dikenalnya namun cukup menarik perhatiannya. Ajakan untuk bergabung dalam kelompok persaudaraan? Akankah aku menuruti ucapannya? Sepertinya akan menjadi warna baru dalam hidupku jika aku mengikuti perkataan wanita itu, pikirnya.Di bawah kucuran air, pikirannya beralih ke diri Loui
Maverick berjalan cepat ke arah paviliun di belakang mansion diiringi Kendrick yang membuntutinya dari arah belakang. Masuk ke dalam paviliun, selaput matanya berpendar ke segala penjuru ruangan yang terdapat disana. Dihembuskan napasnya panjang setelah menyadari paviliun miliknya kurang terurus dengan baik.“Ck, bersihkan paviliun ini, Rick, mulai besok wanita itu akan tinggal disini. Siapkan pelayan yang khusus untuk membersihkan paviliun ini setiap harinya. Aku tidak ingin wanita itu berada di kamarku lagi.”“Apa Anda yakin Tuan? Bagaimana kalau Mr. Boylee mengetahuinya? Kuyakin ia akan marah besar pada Tuan.”“Itu akan menjadi urusanku dengan Papaku, Rick.”“Baiklah, Tuan. Apakah Tuan sudah mendengar berita terbaru mengenai Nona Obelia yang sedang ramai di media?”“Berita apa memangnya? Apa ia membuat ulah lagi?”“Lebih dari itu, Tuan. Ia membuat kehebohan dengan kebohongan publiknya selama ini.”“Apa maksu
Kendrick bersama dengan beberapa pelayan kembali melangkahkan kaki menuju kamar Tuannya yang telah dibentengi oleh dua anggota penjaga. Masuk ke dalam kamar netranya menatap nanar kondisi istri Tuannya yang tengah dalam keadaan cukup memprihatinkan, meringkuk di atas ranjang dengan kondisi terikat di kedua tangan dan kakinya. Rambutnya terlihat kusut dan berantakan. Pakaian yang melekat di tubuhnya juga sebanding lurus dengan keadaan tubuhnya saat ini, terlihat kumal dan terdapat robekan di beberapa sisi akibat perlakuan paksa Maverick pada dirinya saat berusaha menyentuhnya. Luka memar dan lebam di beberapa bagian tubuh Louise pun tak luput dari sorotan mata Kendrick.Dengan perlahan asisten pribadi Maverick itu melepaskan ikatan tali yang dengan kuat membelit paksa kedua tangan dan kaki Louise. Ikatan tali yang membelit dengan kencang itu tak pelak meninggalkan bekas luka di pergelangan tangan dan kakinya. “Mari kubantu untuk bangun, Nona.”De
Merasa harga dirinya sebagai pria runtuh akibat perkataan Louise, emosi kembali bergelayut dalam relung hati Maverick. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah vas bunga kaca. Dalam jarak jangkauan tangannya seketika diraihnya vas bunga kaca yang menghiasi meja sudut samping sofa. Tanpa aba-aba ia menjatuhkan vas bunga kaca itu ke lantai.Kembali terdengar bunyi pecahan benda jatuh. Serpihan vas bunga kaca itu mengenai jari kaki Louise. Darah menetes pelan dari sana hingga membuat Louise merintih kesakitan. Maverick menunduk dan menatapnya dengan tatapan datar, seolah pemandangan tersebut bukan sesuatu yang mengerikan. Dirinya menganggap hal itu sesuatu yang biasa saja.Maverick melihat luka pada jari Louise dengan santai, baginya luka itu bukanlah luka besar yang harus membuatnya turun tangan untuk melakukan pertolongan pertama.Tangan Maverick menjangkau kotak tisu dari atas meja dan melemparkannya ke tubuh Louise. Dengan sabar Louise menyeka lu
Brakkk…Suara bantingan pintu dan derap langkah sepatu memekakkan telinga Louise."Apa yang sudah kau adukan pada orang tuaku, nona Louise?!" teriak seorang pria tiba-tiba.Sontak, Louise seketika meletakkan kertas-kertas ujian yang digenggamnya kemudian mengangkat dagunya ke atas untuk menemukan sumber suara. Didapati mahasiswanya yang terkenal dengan julukan 'mahasiswa abadi' itu merengsek masuk ke dalam ruang kerjanya."Tenang dulu, duduklah Prince, kita bisa bicarakan ini secara baik-baik." ujar Louise sambil bangkit dari kursi.Bukannya menuruti perintah dosennya, malah menendang kursi yang ada di depan."Hey, bersikaplah sopan, Prince! Ingatlah berada dimana kau dan berhadapan dengan siapa kau saat ini?" bentaknya dengan jantung yang berdetak lebih cepat tiap kali berhadapan dengan mahasiswa "spesialnya" itu."Kau ini dosen yang sangat menjengkelkan. Kau senang melihat mahasiswamu selalu bertengkar dengan wali muridmu ya rupanya?""Aku melakukannya juga demi kebaikanmu, Prince."
"Tidak juga, hanya saja gerak-geriknya menarik perhatianku.""Sepertinya usianya lebih muda dari kita.""Ya, kurasa juga begitu."Tanpa disadari, iris mata mereka bergerak mengikuti seiring derap langkah kaki perempuan asing itu. Berdiri tepat di samping peti mati yang belum tertutup, air matanya mulai berlinangan. Sepucuk sapu tangan putih diusapkan ke pipinya yang telah basah.Setelah kacamata hitamnya dilepas, dipandanginya sesosok tubuh yang sudah terbujur kaku di dalam peti mati. Seakan tak mampu menahan perasaan sedihnya, tangisnya kembali pecah sehingga mengalihkan perhatian pelayan lain padanya.Lucas yang bertuxedo hitam tiba-tiba muncul dan berjalan mendekat. Lengannya menjangkau bahu perempuan itu. Diusapkannya telapak tangannya ke bahu wanita itu beberapa kali untuk menenangkannya.Tak dapat dipungkiri, terselip rasa cemburu yang berkecamuk dalam dada Charity saat melihat sikap Lucas pada perempuan itu.Perempuan itu masih terdengar menangis sesenggukan saat rombongan pela
Seorang gadis merogoh selembar kertas yang sudah tampak lusuh dari dalam tas. Dibacanya sekali lagi surat pemberitahuan yang telah didapatnya dari pihak kampus. Diamatinya dengan cermat jadwal untuk menghadap petugas administrasi kampus untuk memastikan agar tak keliru. Dengan tergesa-gesa ia mengetuk pintu. Di dalam ruangan tata usaha, netranya menatap lurus petugas administrasi yang sibuk berkutat dengan dokumen-dokumen.Petugas itu menutup map dokumennya saat gadis itu duduk menghadapnya, untuk sesaat ada rasa canggung yang bergelayut dalam dirinya."Kalian tak bisa mendrop-out mahasiswa begitu saja!" teriak gadis itu kesal di tengah percakapan."Kalau begitu segera selesaikan pembayaran uang kuliahmu. Kampus telah melonggarkan kebijakannya demi mahasiswa-mahasiswa seperti kalian, mahasiswa yang tidak taat pada peraturan. Namun, kalian masih saja tetap membandel, menunda-nunda pembayaran uang kuliah dengan berbagai alasan tak masuk akal. Mungkin saja kalian telah menghabiskan jatah
Di luar tidak sedang turun hujan tapi tubuh Obelia seakan tersambar petir yang tenang tapi menggelegar. Disadarinya sumber petir itu berasal dari suara Dokter yang mengaduk-aduk perasaannya dan membuatnya seketika bergemuruh. Dokter telah memvonisnya dengan penyakit paralysis of the left cord. Obelia menepuk keningnya seakan tak percaya, "Ta-Tapi bisa sembuh 'kan, Dok?"Dokter mengangguk sambil menjelaskan kemungkinan untuk kesembuhannya."Lakukan operasi terbaik, Dok, aku tidak akan mempermasalahkan berapapun biayanya."Dokter mengatakan tidak masalah dengan hal itu karena operasi terbaik dapat diusahakannya. Namun, masalahnya ia akan benar-benar beristirahat total dalam bernyanyi untuk kurun waktu yang lama. Kemungkinan terburuknya ia akan pensiun dini menjadi penyanyi. Bahkan, jika tetap ingin dipaksakan, ia harus memulai semuanya dari dasar alias dari nol lagi.Mata Obelia membola.Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan dengan singka