Jojo berbaring di atas tempat tidur, mata bulatnya yang hitam pekat memenuhi sebagian besar rongga matanya. Di dalam ruangan yang remang-remang, matanya memantulkan kilau yang samar seperti pantulan bulan yang sendu di permukaan danau malam.Harvey hendak menjawab, tetapi rasanya seperti ada segumpal kertas yang menyumbat tenggorokannya.Suaranya tertahan begitu saja. Sementara itu, mata Jojo menatapnya penuh harap.Jojo menggenggam erat lengan baju Harvey."Ibumu sudah bercerai denganku," ujar Harvey.Bagaimana mungkin dia bisa kembali bersama Wanda?Harvey tidak mungkin akan menoleh ke belakang.Saat menandatangani surat cerai itu dulu, Harvey sudah menyatakan bahwa dia hanya akan rujuk jika Wanda memohon padanya.Saat mereka mengurus surat cerai, Harvey bahkan tidak pernah berpikir untuk menyesal.Bahkan jika Wanda berlutut pun, itu tidak akan mengubah keputusannya.Namun, demi Jojo, Harvey akhirnya memutuskan untuk membuat pengecualian terbesar dalam hidupnya."Kalau Ibumu meminta
"Seluruh Kota Jinggara sudah tahu! Kamu dan Nadya minum obat, lalu semena-mena melakukan hal yang memalukan di Perusahaan Jinata! Lihat ini! Di semua grup WhatsApp-ku, semua orang menyebarkan foto dan video kamu dengan Nadya!" ucap Mitha.Mitha menyodorkan ponselnya ke wajah Harvey.Di layar, Harvey melihat foto dan video Nadya tergeletak di lantai dengan wajah lebam. Foto-foto itu tersebar dari satu grup ke grup lainnya.Kemungkinan besar foto itu diambil diam-diam oleh para tamu undangan yang berkerumun di pintu.Para tamu itu bukan orang sembarangan, semuanya berasal dari kalangan elite. Jadi, ketika mereka ikut menyebarkannya, publik pun langsung mempercayainya.Sekarang, foto dan video itu sudah tersebar berkali-kali. Sulit untuk menelusuri siapa yang pertama menyebarkannya.Dalam foto dan video itu, Nadya adalah fokus utama. Sosok Harvey hanya terlihat di beberapa bagian video.Harvey mengembalikan ponsel itu ke Mitha, lalu berkata, "Aku akan klarifikasi. Nggak ada yang terjadi
"Bolehkah aku mengejarmu mulai besok? Aku ingin menjadi pasangan sahmu suatu hari nanti," tanya Andre.Cahaya gelap menyembunyikan ekspresi Wanda. Jaraknya dengan Andre begitu dekat hingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain.Wanda mendongak melihat mata Andre yang menyala terang dalam gelap gulita.Melihat Wanda tidak menjawab, napas Andre tertahan.Apakah Wanda menolak?Satu per satu jari Andre di tangannya yang bertumpu di sisi kepala Wanda mulai menggenggam kuat.Tepat pada saat itu, pintu lift terbuka. Cahaya dari dalam menyinari sisi wajah Wanda dan menerangi pandangan Andre.Andre melihat Wanda yang bersandar di dinding. Bibirnya membentuk senyum dengan mata yang berbinar.Wanda sudah menduga itu. Dengan sifat Andre yang selalu tampak tenang, mana mungkin dia akan dengan mudah menyerah dan minta putus dengannya? Ternyata benar, lelaki itu hanya ingin mengubah keadaan mereka.Hubungan kontrak memang membatasi mereka, tetapi Andre tidak ingin berhenti di situ saja.Saat And
Wanda pun buru-buru berkata, "Selamat malam."Di ujung telepon, Leonard menutup teleponnya.Wanda meletakkan ponselnya, menoleh ke arah Andre dan mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi pria itu.Tak disangka, kulit Andre begitu kencang. Wanda ingin mencubit daging di pipinya, tetapi tidak berhasil mencubit apa pun.Andre menengadah dan jari-jari Wanda mencubit dagu Andre.Sikap Wanda itu seperti sedang menggoda pria baik-baik."Dari mana aku menyiksa orang tua? Lagi pula, guru juga nggak jauh lebih tua darimu, 'kan? Kalau dia sudah disebut orang tua, lalu kamu itu apa?"Andre menggenggam pergelangan tangan Wanda yang ramping dan putih. Lalu, Andre dengan sengaja menyandarkan wajahnya ke telapak tangan Wanda dan menggosok-gosokkannya."Aku ini pemuda penuh semangat, sedang di puncak kejayaan dan penuh gairah. Sementara Leonard seharian duduk di kursi roda, lemah sekali."Begitu Andre selesai bicara, matanya yang cerah bagaikan dua buah anggur hitam yang menggiurkan."Apa aku menggang
Andre duduk di samping Wanda dan mengantar Wanda pulang.Mata Wanda tidak sejernih dan secerah biasanya, melainkan tertutup oleh lapisan tipis kabut.Tiba-tiba, Wanda teringat sesuatu. Kemudian, Wanda mengeluarkan ponselnya dan menelepon."Halo."Suara Leonard yang dingin dan tenang seperti air terdengar di telinga Wanda, bagaikan mata air jernih yang membasuh saraf-saraf Wanda yang terbakar oleh alkohol."Guru, aku sudah berhasil menguasai Jinata Teknova."Suara Wanda terdengar riang. Saat ini, Wanda seperti anak kecil yang sedang memamerkan prestasinya kepada Leonard.Mendengar Wanda menyebut kata "Guru", bulu mata Andre bergetar sedikit.Ternyata, Wanda sedang menelepon Leonard.Andre pun menoleh dan menatap Wanda.Di telepon, suara Leonard terdengar sedingin aliran sungai di pegunungan, "Aku tahu semua yang dilakukan Harvey di Jinata Teknova hari ini."Wanda tersenyum tipis. "Dia membantuku menyingkirkan Nadya, itu bisa dianggap sebagai jasanya. Tapi, aku tetap nggak akan memaafkan
Wanda justru merasa agak bingung. Apa Harvey sengaja mengajukan pertanyaan sebodoh itu?"Kamu adalah Presdir Perusahaan Ferdian. Kamu punya banyak cara untuk membebaskan dirimu dari tuduhan. Antara menyingkirkanmu atau menyingkirkan Nadya, mana yang lebih mudah, aku masih bisa membedakannya."Ketika Harvey melimpahkan semua tanggung jawab kepada Nadya, Wanda juga punya pemikiran sendiri.Jika saat itu dia muncul dan mengatakan bahwa Harvey dan Nadya adalah dalang utama, hal itu sama saja dengan memaksa keduanya untuk berada di pihak yang sama.Lantaran Harvey ingin menghancurkan reputasi Nadya, Wanda akan memanfaatkan tangan Harvey untuk terlebih dahulu menyingkirkan Nadya.Dipikir-pikir, jika ke depannya bisa membuat Nadya berhenti mencari masalah, hal itu juga bukanlah sesuatu yang buruk."Harvey, coba saja kalau berani pakai cara kotor lagi pada Andre."Harvey mengeluarkan tawa dingin yang penuh keputusasaan.Lengan baju Harvey sudah berlumuran darah. Wanda bukan hanya tidak peduli