Share

4. Secangkir Kopi Susu

Suatu pagi pukul 7.05 di kantin pinggir kolam kampus.

Lili mengendarai sepeda MTB dengan santai. Ia berhenti di depan kantin dan memarkirkan sepedanya tidak jauh dari tempat duduk yang rencananya akan ia pilih untuk ia tempati.

Pagi ini rencananya kelompok KKN Pulau Pahawang akan melangsungkan pertemuan untuk membicarakan persiapan keberangkatan.

“Bibi Sari, kopi susu satu ya..”

ucap Lili sambil berjalan menuju tempat duduk.

Lili lalu membukan helm dan tas kecilnya kemudian menaruhnya di meja.

“Kopi susu siap,”

ucap petugas kantin yang meninggalkan segelas kopi susu di meja kasir.

Belum sempat Lili mengambilnya, segelas kopi susu itu lalu diambil oleh seseorang yang baru datang. Dia adalah Wandi. Wandi datang langsung membawa kopi itu dan duduk di tempat duduk tepi kolam.

Lili sudah berjalan menuju kasir, namun langkahnya tidak mampu menjemput kopi susu pesanannya itu.

“Ya ampun! Ada yang nyelonong ngambil pesanan orang lain!”

ucap Lili meninggikan suaranya sambil melirik Wandi.

Lili lalu mendatangi tempat duduk Wandi.

“Kalau mau minum pesan dulu sana!”

ucap Lili sambil mengambil minuman yang baru saja Wandi letakkan di atas mejanya itu.

Usai melepaskan tas punggungnya, Wandi lalu memandangi Lili yang baru saja mengambil minuman itu.

Lili melihat Wandi memedangi pergelangan tangan kanannya yang sedang gemetar. Lili merasa aneh dan sedikit bersimpati melihatnya.

“Pagi ini dingin sekali. Aku mohon, berikan kopi susu itu kepadaku! Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi,”

ucap Wandi dengan wajah memelas.

Seketika Wandi pun merebut minuman itu dari tangan Lili. Lili lalu merasa kesal.

“Bisa-bisanya memasang wajah seperti itu. Lalu mencurinya cepat sekali,”

ucap Lili kesal yang kemudian kembali merebut minumannya.

Wandi lalu merebut minuman itu kembali dengan tangan kirinya. Tangan kanannya mencoba menyusul menggenggam gelas minuman itu. Ia mencobanya perlahan, namun tangan kanannya itu masih gemetar. Kemudian ia lepaskan tangan kanannya itu.

Lili memandangi Wandi yang sedang memegang minuman itu dengan tangan kiri. Wandi membiarkan seberkas cahaya matahari pagi masuk ke atas minuman itu. Ia memiringkan wadah kopi agar cahaya itu memantul dari permukaan kopi ke matanya.

Asap yang mengepul membawa aroma minuman itu melayang ke udara. Wandi menghirupnya perlahan sambil memejamkan mata. Napas Wandi ia tarik dalam-dalam dan dihembuskannya pelan-pelan. Seiring waktu, gemetaran pada tangan Wandi pun mereda.

Lili mengenyitkan dahi. Ia merasa aneh dengan hal yang baru saja ia lihat. Perasaan kesal bercampur simpati terasa hingga ia tidak bisa memilih salah satu di antaranya. Sehingga, ia mencoba untuk menjauh, kembali meja kasir.

“Kopi susu satu lagi, roti isi sosis satu,”

ucap Lili kepada petugas kantin.

Lili menunggui pesanannya dengan berdiri di depan kasir. Ia tidak ingin melewatkan pesanannya lagi.”

“Ini dia pesananmu,”

ucap petugas kantin.

“Langsung bayar saja,”

ucap Lili.

“Oh, baik. Semua lima belas ribu rupiah,”

ucap Bibi Sari, petugas kantin.

“Apa itu sekalian dengan pesanan kopi susu yang pertama tadi?”

tanya Lili.

“Iya, Say. Atau mau dipisah pembayarannya?”

ucap Bibi Sari.

“Ga usah. Ga usah. Ga apa-apa, digabung saja,”

ucap Lili kemudian memberikan uang kepada Bibi Sari.

Lili lalu melahap roti lapisnya kemudian menyeruput kopi susunya. Ia tidak lagi ingin memperdulikan Wandi. Namun, lirikan matanya yang sesekali dilakukan membuat pertahanan dirinya luntur. Ia jadi ketahuan bahwa ia masih memperhatikan Wandi.

Wandi lalu tersenyum kepada Lili dari kejauhan dan mengangkat wadah minuman itu ke arah Lili dengan tangan kanannya. Seolah, ia mengisyaratkan sedang menawari Lili.

Lili lalu memonyongkan mulutnya sebentar kemudian mendekatkan kedua lingkaran hitam matanya ke arah hidungnya. Ia memperlihatkan itu seolah mengisyaratkan sedang meledek Wandi.

“Hah.. Dasar! Masih muda sudah menjadi maniak narkoba!”

gumam Lili yang sedang mengingat tangan Wandi gemetaran tadi.

Seakan tak betah menunggu, Lili sesekali melihat jam tangannya dan melongoh ke tempat yang jauh. Ia mencari-cari kehadiran anggota kelompok KKN lainnya yang tidak juga kunjung muncul.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status