LOGINBERSAMBUNG
Kembalinya Raymond ke Razak Corporation di sambut heboh anak buahnya, semuanya kaget, sang taipan yang sempat koma berbulan-bulan lalu bersikap aneh dan di katakan banyak konyol-nya saat sadar, kini sudah muncul lagi di kantor ini.Gayanya telah kembali seperti dulu, jarang senyum dan menyapa sekedarnya saja, berwajah serius dengan sorot mata tajam.Tiga tangan kanannya, Robert Ginting, Loli dan Ambar inilah yang paling berbahagia dan tergopoh menyambut ke hadirannya.Mereka langsung gelar rapat berempat di ruang kerja milik Raymond dahulu, yang tak pernah di tempati siapapun, tapi tetap di bersihkan 2X seminggu.Sampai-sampai ada yang bilang, ruang kerja Raymond itu angker dan ada hantunya, saking lamanya tak di kunjungi Raymond.Armani pun sama sekali tak pernah menjenguk ruangan kerja itu, apalagi berkantor di sana.“Hmm…jadi Armani tak pernah ke sini, hanya pantau dari kantornya selama ini?” tanya Raymond sambil menatap ke 3 nya yang kompak mengangguk, sekaligus bilang mereka tak
“Om…bolehkah Gojali tetap jadi keponakannya Om Ray?” pinta Gojali dengan wajah agak memelas.Raymond senyum kecil dan mendekati remaja ini dan plakk…kemplang pelan kepalanya yang masih pakai perban.Walaupun tak sakit, tak urung Gojali meringis juga, karena kepalanya lumayan keras kebentur ke aspal, untungnya tak ada geger otak, hanya benjol dan berdarah saja.“Jadilah keponakan yang baik mulai kini, jangan nakal-nakal lagi, atau pala loe aku kemplang lebih keras, paham!”Ucapan Raymond seolah penegasan, mulai kini Gojali adalah keponakan 'angkat' Raymond Razak.“Si-siaapp Om-koeee, eh ada ka Rahma,” setelah tadi taruh tangan di dahi, kini dia malah tarik tangan Rahma dan mencium tangan itu sekaligus minta maaf dengan kelakuan konyolnya dulu."Maaf ya ka, dulu Gojali becanda doang he-he-he!" dan kembali dia meringis, bahunya kena cubit di cantik ini."Kenapa aku kamu panggil kaka, sedangkan ke Raymond panggil Om, harusnya Tante-kan?""S-soalnya...ka Rahma masih cantik kayak bidadari tu
Saking bahagianya orang pertama yang dia kabari adalah…Rahma. Tak peduli ini masih tengah malam.Rahma yang juga tak bisa bobok setelah sebelumnya di antar pulang Raymond, dan sejak pagi tadi hingga malam ini tidak ada kabar dari Raymond kaget bukan main.Raymond secara ajaib sudah kembali ke raga aslinya.Tapi setelahnya ia bersyukur dan janji besok agak siangan akan ke rumah sakit membezuknya, setelah antar Mamon sekolah.Senyum bahagia tersungging di bibir Rahma, dia sampai bangkit dari ranjangnya dan dengan melipat tangannya ke dada dia menuju ke jendala dan membuka gordennya.Sebuah kebiasan yang tak sadar sudah jadi ciri khasnya, dia pun bicara sendiri.“Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri…!” gumamnya dengan bibir tersenyum kecil. Paginya…Raymond langsung kontak Mike Sikumbang dan Barlan sang notarisnya. “Kalian berdua segera ke rumah sakit dan ke kamar perawatanku,” perintah Raymond dan keduanya langsung bilang siap datang saat ini juga.Raymond yang sedang sarapan send
Raymond duduk termangu di balkon apartemen mewahnya, peringatan Rahma agar dia segera ambil alih lagi perusahaan miliknya jadi penyebabnya.Pikirannya sesaat mumets juga, ada apa dengan adik se ayahnya itu, apa yang membuat Rahma sampai minta dia jangan terlambat..?“Ada apa dengan si Armani? Kalau sampai Rahma berucap berucap begitu, artinya ada yang sangat serius? Rahma jarang bercanda kalau sudah bicara serius!!?” gumam Raymond.Gara-gara itulah Raymond jadi sulit tidur nyenyak dan paginya matanya memerah kayak orang mabuk saja, kepalanya berasa pusing, karena dia hanya terlelap kurang dari 2 jam.Raymond pun ingin ngopi saja, tapi bukan di apartemen, ia ingin ngopi di...warteg.Di tambah lagi pagi minggu ini perutnya lapar dan ingin makan di luar sajas ekalian, malas pesan ke ojek daring langgananya, sehingga konsentrasinya tak begitu fokus ketika turun dari apartemen.Raymond menuju ke halaman dan keluar dari kompleks apartemennya ini, ketika akan menyeberang jalan bermaksud ke se
“Kamu bakalan punya PR besar kelak, si Veloxia agaknya klepek-klepek denganmu Raymond?” kata Rahma perlahan, saat menatap Gojali, Veloxia dan Bonar yang justru asyik berjoget di depan panggung kecil ini dan si Gojali malah asyik nyawer Veloxia yang lagi nyanyi.Raymond yang nggak pernah se humble yang di lakukan Gojali tak bisa melarang kelakuan remaja ini, yang malah sangat menikmati tubuhnya tertukar. “Aku justru membayangkan gimana perasaan Massayu melihat sepupunya malah naksir raga aku yang di pakai si Gojali!” sela Raymond spontan.“Whattts…jadi si Veloxia itu?” Rahma sampai membulat matanya, kaget baru tahu Veloxia dan Massayu sepupuan.“Benar Rahma, ibunya Massayu dan ibunya Veloxia bersaudara!” sahut Raymond.“Hmm…bakalan tambah rumit hubungan kalian Raymond, Veloxia anggap Gojali dirimu dan Gojali sejak lama naksir Veloxia, sementara kamu dan Massayu malah masih suami istri bukan...??!” sela Rahma kalem, kembali ke setelan pabrik.“Rumit, gara – gara kelakuan si Gojali!” sun
“Pergilah cepat dari hadapanku, atau kaki kalian aku patahkan lagi. Itu hukuman bagi kalian yang secara kurang ajar menganggu berani Rahma,” dengus Raymond, keluar sifat aslinya, dingin dan agak kejam.Matsani dan Farid dengan airmata bercucuran menahan sakit yang terasa nyiut-nyiut hingga ke kepala langsung pergi, diikuti dua orang centeng mereka tadi, tak menyangka si ‘remaja’ bertubuh kokoh itu begitu hebat, belum lagi munculnya ‘Raymond’ ke tempat ini.Sesaat suasana kafe ini hening sesaat.Tiba-tiba semua kaget, saat Gojali bertepuk tangan dua kali. “Hayoo semua kembali nikmatin musik, semua kerusakan aku Raymond Razak yang ganti, kalian semua juga aku traktir,” ceplos Gojali, hingga Raymond tak nyadar sampai menepuk jidatnya, melihat kelakuan Gojali ini.Ini sifat aslinya kalau lagi habis akal dan hanya Rahma yang tahu kebiasaan mantan suaminya ini.“Kamu hebat sekali keponakanku,” Gojali dengan cueknya, tepuk - tepuk bahu Raymond, sampai sakit perut Rahma menahan tawa melihat k







