Home / Urban / Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua / Bab 4: Bayangan yang Terus Menggoda

Share

Bab 4: Bayangan yang Terus Menggoda

Author: mrd_bb
last update Last Updated: 2025-08-19 11:22:55

Raymond pun duduk melamun di kamar, dia masih pakai handukan, tubuh kekarnya masih basah usai mandi tadi.

Bayangan foto dan video yang mirip Rahma silih berganti dengan bayangan Tante Melly dan Indri.

Tak sadar Raymond hela nafas, sejak pacaran dan menikah, dia tak pernah sekalipun khianati kepercayaan Rahma. 

Tapi kini…godaan bukan dari luar, tapi dari dalam!

Rahma, istrinya dulunya juga sama dengannya, awalnya hanyalah seorang sales perumahan biasa, meniti karir dari nol.

Keduanya memang menikah karena saling cinta dan pacaran sejak semester 3 sampai wisuda dan akhirnya menikah, keduanya di sebut pasangan couple saat di kampus, kemana-mana selalu bersama dan mesra.

“Kita melangkah dari nol sayang, aku yakin kita akan bisa kayak orang-orang,” kata Rahma kala itu, mereka juga sepakat menunda memiliki momongan, ingin hidup mapan dulu.

Namun satu setengah tahun terakhir ini, karir Rahma melonjak tajam.

Berkat istrinya juga, mereka yang semula nyewa rumah bidakan kecil, kini miliki sebuah rumah bagus bertipe 45 di kompleks perumahan kelas menengah.

Bahkan kini ada mobil SUV kompak yang hiasi garasi mereka dan jadi tunggangan Rahma ke kantor.

Seiring karirnya meningkat, penampilan Rahma juga berubah drastis, istrinya makin rajin ke salon dan Rahma yang memang mantan bintang kampus, makin jelita dan telah berubah jadi sosialita baru dan jadi idola kaum pria di kantornya.

Raymond…4 tahun jadi sales, karirnya segitu-gitu saja, mocin jualannya sulit laku dan kalah bersaing dengan produk yang sudah familiar di negeri ini, yang berasal negeri matahari terbit atau Eropa.

Akibatnya, alih-alih dapat bonus, ganti motor saja dia belum bisa!

Tapi Raymond punya harga diri tinggi, dia malu minta uang ke istrinya buat sekedar ganti motot atau mobil.

Namun semakin keras dia berusaha mengalihkan hatinya, semakin hebat pula godaan itu terus muncul di otaknya.

Bentuk tubuh Tante Melly dan Kak Indri yang begitu menggoda terus menempel pikirannya, makin membuat Raymond tak sadar, tubuhnya ikut merespons tanpa kendali.

“Sial… ini efek dari lama tak dapat jatah dari Rahma. Argghhh…tolol, kenapa aku malah membayangkan Tante Melly dan kak Indri,” batinnya.

Lalu Raymond mulai berpakaian, setelah pakai deodorant dan parfum kesenangannya yang dulu bikin Rahma tak tahan dan biasanya berakhir dengan desahan panjang.

**

Malam ini rumah Raymond dan Rahma beda dari biasanya, kedatangan ibu tirinya dan kakak iparnya dan saat ini sedang bercanda dengan Rahma di ruang keluarga membuat Raymond sesekali nguping, dia saat ini di ruang tamu sambil nonton TV.

Rahma tak terlalu malam pulangnya, rupanya dia tak enak ada ibu tiri dan kakak tirinya sehingga pukul 20.10 Rahma sudah sampai rumah.

Tak sengaja telinga Raymond mendengar candaan ketiganya yang sebut-sebut namanya.

“Miliknya itu loh… tapi hebat juga si Ray yaah, masih mau pakai pengaman dulu,” ceplos Indri tertawa berderai.

Ray yang dengar obrolan ini hanya bisa geleng-geleng kepala. “Segala diomongin, dasar si Rahma ini,” batinnya.

Namun Rahma sempat terdiam saat tante Melly mengingatkan anak tirinya ini agar jangan terlalu ‘merendahkan’ Raymond, mentang-mentang karirnya kini lagi naik tajam dan jadi kepercayaan si bos di kantornya.

“Kasihan Ray, kalau terlalu lama dibiarkan, laki-laki bisa saja mencari pelarian lain,” ujar Indri sambil terkekeh, membuat suasana semakin canggung.

Saat makan malam berempat, yang di pesan Rahma dari sebuah restoran, karena Rahma sejak ‘naik pangkat’ jarang masak.

Raymond terlihat kadang agak canggung menatap mertua dan iparnya.

Apalagi saat Rahma bilang besok mau ke Kalimantan menemani bosnya, untuk meninjau proyek pembangunan mal terbesar di Banjarmasin.

“Duehhh…kamu harus siapkan penutup kuping Indri, malam ini akan terjadi gempa lokal!” olok Tante Melly, hingga Indri dan Rahma kompak terbahak. Wajah Ray malah bak udang rebus.

Alasan untuk pergi dari meja makan ini tertolong saat ponselnya bunyi dan Rahma sempat melirik ponsel Raymond, yang menelpon suaminya ternyata adalah 'bos' di kantornya.

“Sayang, mami, ka Indri aku ke depan dulu mau angkat telpon dari pimpinan cabang di kantor,” lalu Raymond pun buru-buru permisi setelah Rahma mengangguk.

Raymond ke teras depan dan hanya bilang siap-siap saja, saat si Pincab ini bilang besok mereka metting penting jam 9 pagi. Terkait klien kakap mereka yang akan batalkan pembelian 100 buah mobil dengan alasan tak masuk akal.

“Kalau sampai gagal, benar-benar hancur kita ini nanti,” cetus si Pincab, lalu tutup telponnya, saat akan masuk ke rumahnya lagi, Raymond kaget ketika melihat seseorang yang seolah menatap rumahnya dari kejauhan, lalu bayangan itu hilang secara misterius.

Tapi Raymond tak begitu gubris itu, pikirannya sedang banyak masalah, bertubi-tubi masalah datang silih berganti.

Dan yang paling berat…godaan Tante Melly dan Indri!

Paginya…

Raymond terbangun di pagi hari, bersiap untuk ke kantor. Rahma sudah sejak pukul 4.00 subuh di jemput…lagi-lagi mobil mewah! Dan langsung ke Bandara Soetta tujuan ke Kalimantan.

Alih-alih tadi malam bercinta dan beri jatah ke Raymond, Rahma malah tidur cepat, dengan alasan besok pagi-pagi dia harus ke bandara, karena penerbangan pukul 6.30 pagi. 

Hasrat Raymond pun makin lama puasanya...!!!

**

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua    Bab 10: Mulai Kesal

    Kini Raymond duduk termangu di ruang kerja kecilnya, ucapan terakhir Clara membuatnya antara tak percaya dan bingung.Clara mengajaknya ke Jogjakarta, 2 mingguan lagi. Dengan alasan melihat langsung penyerahan mobil-mobil pesanannya ke perusahaannya yang ada di Jogja dan Semarang.Yang membuat Raymond termangu, tatapan ‘aneh’ Clara itulah yang membuatnya merasa ada sesuatu.“Ahh paling perasaanku saja,” batinnya, membantah tatapan ‘mesra’ Clara tadi. Sebagai pria yang tak pernah berselingkuh, Raymond tak pernah berpikir aneh-aneh.Apalagi Clara adalah klien kakap perusahaannya dan sebentar lagi dia akan dapat anuerah, yakni bonus besar dari perusahaanya.Kecantikan wanita pebisnis ini memang tak beda jauh dari Tante Melly dan Indri, tak selisih jauh pula dengan Rahma istrinya. Biarpun usia Clara sudah 30 tahun, tapi berkat perawatan mehong, Clara bak masih berusia 20 tahunan.Sebagai pria normal dan jarang dapat belaian dari istrinya, pikiran kotor Raymond pun mulai menari-nari di otak

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua    Bab 9: CEO yang Kesepian

    Pukul 11.30 Raymond izin dengan Bingo sang Pincab, untuk bertemu klien.Entah kenapa kali ini Raymond tak beri tahu siapa klienya itu, Bingo sampai penasaran, tapi gengsi bertanya, lagian yang namanya klien, saat ini cabang mereka meminta semua pemasaran jemput bola.Dan ini masih dalam koridor pekerjaan..!Raymond sudah terbiasa keluar dan melobi langsung klien-kliennya, baik dengan sales lain, ataupun sendiri, sehingga Bingo tak mau perlihatkan jiwa keponya.Raymond langsung menuju ke restoran yang di boking Clara, seorang pelayan tunjukan ruangannya.Ternyata ini sebuah ruangan private dan Raymond lega, di sini boleh nge-rokok, masih ada waktu kurang dari 1 jam, sehingga dia tak bete menunggu kelamaan.“Mending aku yang menunggu, kalau dia yang menunggu bisa amsiong aku, kalau Bu Clara batalin kontrak jumbo, hancur karirku!” batin Raymond dan nikmati kopi panasnya dan cicipi buah segar yang di sediakan sang pelayan ini.Raymond lepas jaketnya dan dengan him di tubuhnya, badan kokohn

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua    Bab 8: Lagi-lagi Hampir

    “Loh kok kok buru-buru ngantor, masih pagi lohh?” Tante Melly menegur Raymond yang pukul 6.30 sudah rapi dan harum.Tante Melly punya kebiasaan suka minum air putih kalau pagi dan dia ke dapur nyari air putih kesukaannya itu.Tak di sangka pagi ini bertemu Raymond yang sudah siap ke garasi samping untuk ambil motor matic bongsornya ke kantor.“Hindari macet saja Mi, maklumlah Jakarta,” sahut Raymond dan matanya sampai nyalang menatap gaun tidur Tante Melly yang transparan yang lagi-lagi menampilkan pemandangn aduhai.Matanya makin membulat, Tante Melly lagi-lagi tak kenakan beha dan CD di balik baju tidur warna krim-nya ini, gaun span-nya ini malah di atas lutut.Sehingga kaki jenjang si tante ini bikin kalamenjing Raymond naik turun, mana sore kemarin sudah sempat cicipi kacang kedelai Indri lagi, makin senewen dan konslet-lah otaknya di pagi ini.“Ehemm…matanya kemana,” tegur Tante Melly senyum nakal, nyadar sang ‘menantu’ tiri ini menjelajahi tubuh denok dan aduhainya ini.“Ahh…a-nu

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua    Bab 7: Godaan Makin Menjadi-jadi

    “Indri…!” Raymond yang masih pakai handukan bergegas ke dapur dan dia kaget melihat wanita denok ini terjatuh di dapur sambil memegang kakinya.“Ray tolong bantu aku, tadi aku ke asyikan terima telpon, nggak tahu ada turunan,” keluh Indri sambil memegang tangan kokoh Raymond yang sigap menarik badannya.Walaupun tubuh Indri semok dan dikit gemoy, tanpa kesulitan Raymond bisa mengangkatnya dan membawanya ke sofa di ruangan tengah.Raymond lalu periksa kaki Indri yang meringis menahan sakit.“Sebentar ya ka Indri, aku mau ambil es, ini agaknya memar,” tanpa menunggu jawaban Indri, Raymond bergegas ke kulkas dan ambil es, lalu dia cari handuk kecil dan membungkusnya.Raymond pun kini terus memegang es ini sambi jongkok, sial baginya atau ini malah keberuntungan, karena posisinya jongkok, wajahnya persis berada di hadapan kedua paha milik Indri.Bahkan garis halus di antara pahanya ikut terlihat, karena celana yang dia pakai sangat pendek. Apalagi kedua paha Indri yang warnanya putih keku

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua    Bab 6: Nasib Raymond Berubah

    Tiba-tiba Clara memanggil sekretarisnya yang tadi membawa Raymond dan dua staf pemasaran ke ruangan ini.“Agnes, panggil Anton dan Sony, bilang pada keduanya siapkan draf kontrak, kita akan beli 100 buah mobil dari dealer mobil ini dan kelak kita akan pesan 150 mobil lagi di tahap kedua,” ceplos Clara, hingga Raymond dan dua stafnya melongo dan saling pandang.Padahal Raymond sudah dapat info, Clara adalah klien yang terkenal sulit diajak kompromi dan orangnya saklak serta terkenal angkuh."Bu Clara seorang CEO perusahaan travel besar dan punya ego keras, kalian harus bujuk agar dia mau teken kontrak," itulah ucapan si Pincab ke Raymond, yang di ingat betul pria ini.Kini, betapa terkejutnya ia ketika menyadari klien ini adalah Clara dan wanita yang sama yang ia tolong beberapa jam sebelumnya.Bahkan belum juga Raymond mulai berbicara, tanpa basa-basi Clara langsung menerima tawaran sekaligus meng ACC dan memesan 100 buah mobil, ini di luar prediksinya.Sibuklah Raymond kini bersama d

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua    Bab 5: Tak Sadar Tolong Calon Klien Kakap

    Rumah terasa sepi, ruang makan kosong, dan pintu kamar ibu mertua serta iparnya tertutup rapat, tanda belum bangun pagi.Raymond hela nafas, ia bersyukur pikiran warasnya masih jalan, ia masih bisa menjaga attitudenya. Tidak nekad masuk ke kamar kakak ipar dan ibu mertuanya itu untuk tuntaskan godaan maha dahsyat yng terjadi kemarin, di tambah Rahma bikin hasratnya harus nambah daftar hari puasanya.“Berangkat kerja Ray? Kenapa nggak bawa mobil,” tiba-tiba terdenger suara Tante Melly, kagetkan Raymond, saat dirinya akan starter motornya.Sial atau malah keberuntungan…!Raymond melongo melihat penampilan mami mertua tirinya yang masih pakai baju tidur transparan dan sama sekali tak mengenakan pakaian dalam!Hal itu membuat bagian pribadinya tersingkap samar!“I-iya Mi, aku ngantor, bawa motor saja, takut kejebak macet Mi,” sahut Raymond bikin alasan dan buru-buru pasang helmnya, karena tak sanggup melihat pemandangan yang menyambutnya di pagi hari yang mendung ini.Lalu buru-buru ke ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status