Share

Dusta

Author: Penareceh
last update Last Updated: 2024-10-02 23:23:28

KARMA UNTUK MANTAN SUAMIKU 5

-----

Jasmin menatapku, mendengar suara benda pipih yang ku genggam berdering. Membuat kata-kataku akhirnya mengapung di udara.

"Jas, aku pulang dulu ya. Ibu sudah menelpon."

"Tapi...."

"Aku pergi." tanpa menunggu Jasmin menyahut aku pergi dengan sedikit berlari.

Degup jantungku seolah berdebar tak karuan, aku tidak sanggup rasanya harus bertemu dengan Mas Hendra.

Bayangan Mas Hendra memeluk dan mengatakan ingin menikahi Jessika terus berputar. Membuat dadaku bergemuruh.

Tapi aku harus menyembunyikan perasaanku, aku tidak ingin mereka tahu jika aku sudah tahu semuanya.

*

Sesampainya di halaman rumah, kulihat mobil Mas Hendra sudah ada di tempatnya. Suasana rumah juga sepertinya sedang ada tamu.

Aku masuk dengan mencoba menunjukkan wajah seperti biasanya, tidak ingin ibu melihatku yang pagi-pagi bersedih.

"Renjana, dari mana kamu?" suara halus yang selalu ku dengar itu menyambutku.

Tapi bukan kehangatan lagi yang aku rasa, hatiku malah semakin perih.

"Aku habis ketemu Jasmin, ada apa Mas?" sahutku.

"Kan, kata Ibu juga benar. Dia itu sukanya kelayapan, suami pulang malah tidak ada di rumah."

"Bu, sudah."

"Iya Tante, jangan terlalu mengekang Bu Renjana. Mungkin dia sedang ada keperluan."

Suara itu....

Jessika, dia ada di sini?

Keterlakuan kamu mas, aku fikir kamu tidak membawanya. Tapi ternyata?

"Sudah-sudah, kenapa sih kalian ini selalu bertengkar. Aku capek, tapi malah di buat pusing oleh kalian setiap ada di rumah!" Aku tersenyum miring, mendengar ocehan suamiku.

Apa dia bilang, aku membuat dia pusing dia nggak salah?

"Siapa yang bertengkar, Mas? Kamu tidak liat dari tadi aku diam, dan cuma Ibu yang bicara?" ujarku menatapnya.

"Ehh sudah berani kamu sama Ibu, Renjana?" ketus ibu.

Ibu-ibu, aku baru tahu sikapmu sekarang. Aku fikir kalian sungguh-sungguh menerima dan menyayangiku, rupanya setelah aku dinyatakan bangkrut dan tidak bisa memiliki keturunan kalian memperlakukan ku sangat buruk.

Aku hanya menatap wajah ibu, dulu wajah itu sangat tenang. Bahkan sangat sendu saat ku tatap, tapi kini berubah. Ibu tak lagi ku kenali, dia sangat angkuh.

"Sudahlah Mas, kamu ada perlu apa biar aku siapkan?" ucapku tanpa menghiraukan ibu.

Ku lihat wajah Mas Hendra yang memang selalu terlihat tenang, ia yang selalu memperlakukan ku bak ratu kini berubah.

Hanya sekejap, setelah aku nyatakan bangkrut mereka masih dapat bersikap baik. Tapi dua bulan lalu aku dinyatakan tidak bisa megandung, ibu dan Mas Hendra seketika berubah.

Selama ini ibu selalu memberi ku semangat, bahkan dia tak pernah membiarkan anaknya menyakitiku.

Tapi kini? Semua berubah dirinyalah yang menyakitiku.

"Tidak ada, aku... Ada yang ingin aku bicarakan. Kamu masuklah dulu dan gantilah pakaian." Aku mengangguk dan berlalu melangkah memasuki kamarku, tanpa ku banyak bertanya meski sesungguhnya aku tak mengerti apa yang akan di bicarakan suamiku.

***POV HENDRA***

*****

Pagi ini aku terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, semalaman aku tak bisa tidur memikirkan hubunganku dengan Renjana.

Renjana istriku lima tahun ini, tapi selama lima tahun itu aku yang berusaha membuka hati sama sekali tak bisa mencintainya.

Meski sikap Renjana dan aku seperti layaknya pasangan suami istri pada umumnya yang saling mencintai.

Satu tahun lalu, dia bersama keluarganya terkena musibah. Kantornya dinyatakan bangkrut, itu bagiku tak masalah karena aku adalah suami yang seharusnya menanggung semua kebutuhan dia.

Tapi dua bulan lalu, dia dinyatakan tak bisa memiliki anak atau pun melahirkan. Harapanku untuk mencintainya punah, bahkan ibu pun berubah.

"Sudahlah Hendra, selama ini Ibu selalu berpura-pura baik hanya demi kamu. Tapi Ibu juga menginginkan cucu, dan Renjana dinyatakan tidak bisa hamil. Apa lagi yang kamu harapkan darinya?" Ibu yang tahu vonis yang keluar dari dokter, langsung berubah kecewa karena harapan untuk memiliki seorang cucu tak bisa aku kabulkan.

"Benarkah Dok, benarkah Renjana tak bisa hamil?" lirihku pada Dokter saat itu.

Dokter hanya memberikan ku untuk tidak menyerah, ia bilang vonis dapat salah. Dan hanya keajaiban yang kita tunggu.

Tapi ibu, dia tak semudah itu.

Dan sejak saat itu ibu dan Renjana sering bertengkar, membuat kepala ku kian sakit setiap ada di rumah.

Dan hari ini, aku pun terbangun dari kamar yang berbeda dengan Renjana.

Aku pun terbangun karena mendengar teriakan ibu yang memanggil Renjana.

Dan aku tak bisa menghentikannya, rasa kecewa itu sama aku rasakan. Ditambah dengan perasaan ku kini seolah tak memiliki harapan.

Apa lagi ada Jessika yang kini kembali, setelah empat tahun dia meninggalkanku. Dia kembali menghiasi hariku dengan kehadirannya.

Setelah selesai bersiap aku pun keluar, ternyata ibu dan Renjana sudah ada dan seperti biasa. Ibu akan memarahi Renjana, setiap hari hanya itu yang ku dengar.

Namun kali ini aku pun berbeda, saat melihat Jessika pagi-pagi sudah berada di rumah ku. Sekilas bayangan saat kita bersama dulu seakan hadir di kepalaku.

Tanpa menghiraukan pertengkaran ibu dan Renjana, aku berpamitan pada mereka. Dan membawa Jessika setelah mengenalkannya pada Renjana.

Aku pergi bersama Jessika kekantor bersama, melakukan aktifitas bersama.

Sampai aku merasa tak kuat menahan perasaanku selama ini, dan ku bawa Jessika ke taman dimana kita dulu selalu menuangkan segalanya.

Ku nyatakan segalanya, betapa aku tersiksa selama ia tinggal. Dan kebersamaan ku dengan Renjana sama sekali tak bisa meluluhkan hatiku yang sudah dimiliki Jessika.

Aku memintanya agar mau menikah denganku, meski secara diam-diam. Jessika awalnya menolak namun aku tahu dia juga masih mencintaiku, dan akhirnya aku memutuskan untuk menikahinya segera.

Setelah selesai, aku pun membawa Jessika pulang dari Taman Melati. Dia tak ku antar ke rumahnya, melainkan kubawa ke rumahku.

Setelah di rumah ternyata hanya ada ibu, dan Renjana tak ada di sana.

Ku hubungi berkali-kali hingga beberapa saat menunggu, akhirnya Renjana pulang setelah ibu yang menelpon.

Seperti biasa, sikap ibu padanya sangat kasar padahal ada Jessika di rumah.

Namun ku lihat wajah istriku berbeda, ia tak selemah biasanya saat tiba dirumah. Dan saat itu aku memintanya segera berganti pakaian karena aku ingin bicara sesuatu padanya.

Saat ia kembali ku lihat ia sudah memakai Dres yang sangat cocok ditubuhnya, aku yang ingin bicara pun seketika merasa kelu.

"Kamu mau bicara apa, Mas?"

"Aku... Aku... Aku ada tugas ke Kota, jadi harus pergi selama sebulan!"

Sebulan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   TAMAT

    -----"Bayu sudah meninggal, ia kecelakaan setelah menikah kesekian kalinya. Ibu mendengar kabar ini dari Linda, Papa kamu sudah nggak ada," isak Safira menjelaskan tentang ayah kandung putranya.Hendra terdiam, tatapannya nanar mengingat sang ayah yang ia akui sebagai ayahnya ternyata hanya orang asing.Dan ia pun menginginkan pertemuan dengan Bayu, tapi kabar yang ia dengar sangat menyakitkan."Bu, kita harus minta maaf sama Renjana, Ibu sudah kelewatan menyakiti dia." tutur Hendra.Safira menatapnya, ada benarnya apa yang dikatakan Hendra. Ia menyesali perbuatannya, tadinya ia hanya niat menggertak, agar Renjana segera hamil dan berusaha lebih baik lagi. Tetapi, sikapnya malah membuat Renjana pergi.Yang semakin membuat Renjana sakit, ia memfitnahnya dengan menyatakan tes palsu hasil dokter padanya."Kamu benar, Dra. Ibu minta maaf karena sudah menyakiti Renjana, selama ini Ibu salah sudah menyianyiakan dia." lirihnya dengan berderaian air mata."Besok kita kesana, Bu. Aku juga ma

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Bab 34

    ***"A-aku sudah pergi dari rumah Mas Hendra. Dia bangkrut Mbak, dan Papa dia pergi dari rumah dan menceraikan Ibu. Maafin aku, Mbak. Selama ini aku buta karena mencintai pria beristri."Renjana menarik napasnya dan, "sudahlah Mbak, semua sudah berlalu. Saya dan keluarga sudah bahagia, apa lagi saya sudah memiliki seorang putri." ucapnya sambil menatap Reyana."Masih punya muka kamu, datang ke rumah saya setelah membuat hancur kehidupan putri saya?" celetuk Zia."Bu sudah, dia sudah mendapat balasan dan Mas Hendra... Dia sudah kehilangan segalanya, perusahaannya, semua sudah kita ambil alih. Mas Hendra sudah tidak punya apa-apa," Renjana menenangkan ibunya."Dan Ibu tahu, Mas Hendra ... Dia, di nyatakan mandul dan...." sambungnya gugup dengan mata melirik Ardiyan.Jessika yang mendengar cerita Renjana makin tak percaya, jika perusahaan suaminya benar-benar milik Renjana."Kenapa?""Papa sudah menikah lagi, dan apa Ibu tahu Mas Hendra bukan anak Papa?" mata Zia membulat.Jessika tertun

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 33

    ****"Apa ini," ucapku sambil mengambil benda tersebut.Ternyata sebuah cincin yang bermata biru, ini adalah cincin pemberian Mas Hendra dulu, saat aku akan pergi ke luar kota.Cih, ini malah makin membuatku muak. Membayangkannya saja rasanya malas, andai aku tahu dia miskin dan mandul mana mau aku menjadi istrinya. Merebut pula dari Renjana, dan akhirnya apa yang aku dapat sekarang.Hanya kesia-siaan, tiga tahun lamanya bertahan bersama pria cacat. Iya, bagiku dia cacat karena tak bisa membuatku hamil. Tetapi dengan angkuhnya dia mengatakan jika Renjana yang mandul.Malu sekali, aku membanggakan pria cacat pada semua orang, tapi kenyataannya aku sendiri yang malu."Bu, ini karena aku tak mendengar nasehat mu," aku berkata lirih.Orang tuaku melarang hubunganku dengan Mas Hendra, alasannya saat itu karena Hendra beristri. Namun, aku tetap memaksa karena aku mencintainya.Tetapi sekarang, mengingatnya saja aku menolak.Mataku sudah sangat berat, lelah sekali rasanya setelah membenahi r

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 32

    ****"Adriyan, apa ini?" tanya Zia sambil membuka lembaran kertas di tangannya."Buka, Bu."Zia membukanya, tapi matanya seketika membulat saat melihat sebuah foto yang menunjukkan wajah seorang pria sedang memeluk seorang wanita."Astagfirullah... Adriyan apa ini?" pekiknya dengan tangan gemetar."Kenapa, Bu?" Adriyan mengambil kertas di tangan mertuanya.Ia pun ikut terkejut, melihat wajahnya berada di sana. Yang semakin membuatnya terkejut, ia sedang memeluk Vega."Astaga... Apa ini, kenapa ada foto seperti ini?""Harusnya Ibu yang tanya, apa itu?"Ardiyan menggeleng, "tidak Bu, ini bukan aku. Percayalah,""Yaallah, Renjana ...,"Adriyan mengepalkan tangan, ia tidak tahu mengapa Vega melakukan ini. Padahal ia tahu jika mereka terakhir bertemu beberapa tahun lalu, dan Adriyan pun bukan tipe pria yang mudah dekat dengan wanita.Tanpa banyak bicara Adriyan pergi, ia menghubungi seseorang untuk mencari tahu semuanya. Meski tidak habis fikir dengan apa yang di lakukan Vega, tapi menurut

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   bab 31

    *****''Mas,'' suara merdu dengan senyum di bibirnya yang ranum itu memanggilnya.Ia menghampiri dengan wajah bahagia sambil mengusap wajahnya yang berlinangan air mata, Vega namanya. Wanita yang tengah mengamuk di depan kantor Adriyan.''Vega, ada apa kamu ke sini?" tanya Ardiyan.''Aku mau kamu tanggung jawab, Mas!" suara lantang dengan wajah sendu menatap nanar manik hitam miliknya.''Tanggung jawab? Apa maksudnya?"''Aku hamil... Aku hamil anak kamu, Mas!'' ucapnya dengan lantang.Wajah semua orang memandang Ardiyan dengan tatapan penuh tanya dan terkejut. Tatapan mereka semua memandang Ardiyan dengan penuh tanda tanya.''Cukup Vega... Jangan lagi berkata hal yang akan membuat saya murka. Pergi dan jangan membuat keributan dengan bicara hal yang tidak-tidak, aku tidak pernah melakukan apa yang kamu tuduhkan.'' hardik Ardiyan dengan wajah merah padam menahan amarah.''Kenapa Mas, kenapa kamu mau enaknya saja? Kenapa tidak mau bertanggung jawab, ini anak kamu, Mas.''''Aku sudah ber

  • Membalas Pengkhianatan Mantan Suami   Bab 30

    ****"Pah,""Kenapa Fira? Apa kamu bingung menjelaskan semuanya pada Hendra? Biar aku jelaskan, biar aku yang bicara!" Danendra berdiri diambang pintu dengan wajah datar dan dingin."Cukup Pah, aku mohon ja-jangan bilang apa pun sama Hendra. Kamu Ayahnya dia, Pah." ucap Safira terbata sambil mendekati Danendra.Danendra hanya tersenyum sambil menatap tajam wanita yang menatapnya iba."Bayu adalah Ayah kamu, Hendra. Ibu mu menikah denganku setelah ia hamil tiga bulan! Safira sama sekali tidak pernah aku sentuh, sekali pun!" Danendra berkata tegas kepada Hendra dan Safira.Hendra terperangah dengan wajah terkejut dengan bola mata yang membulat. Iya menatap Safira dengan rasa tak percaya.Pandangannya berputar kepada Safira dan Danendra, Iya tak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya."Ini tidak benar kan Bu, Ini semua tidak benar!" pekik Hendra."Maafkan Ibu, Dra. Maafkan Ibu,""Lalu di mana, Ayahku?" tanya Hendra.Safira menggelengkan kepalanya, Iya tidak tahu harus menjawab apa.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status