Home / Romansa / Membalas Perselingkuhan Suamiku / BAB 6: Pria Tak Tahu Malu

Share

BAB 6: Pria Tak Tahu Malu

Author: LeeNaGie
last update Last Updated: 2021-11-09 15:51:22

West menoleh ke arah pandangan Leona. Dia melihat seorang pria berambut model Ivy League berjalan memasuki area café bersama dengan seorang pria lainnya. Kening berukuran ideal tersebut berkerut bingung.

“Itu Mark?” gumam West kembali beralih kepada Leona.

Wanita itu mengangguk singkat. Dia masih mengawasi pergerakan Mark dengan sudut mata.

“Dia ke sini,” balas Leona mulai cemas.

Ternyata pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu melihat keberadaan dirinya di sana. Tubuh Leona mulai bergetar merespons perasaan yang bercampur aduk saat ini.

Mengetahui hal itu, West langsung pindah ke samping Leona. Dia menggenggam erat jemari wanita tersebut, agar menguatkannya.

“Kau tidak perlu takut, Leona. Kita lihat bagaimana reaksinya setelah ini,” ujar West pelan.

Mark semakin dekat dengan mereka sekarang. Mata elang kecokelatan itu tidak beranjak seperti ingin melahap Leona hidup-hidup.

Thanks God, akhirnya aku menemukanmu, Honey.” Mark berjalan cepat menuju Leona.

West dan Leona saling berbagi pandang melihat reaksi tak terduga dari Mark.

“Sepertinya dia bersandiwara, karena tidak sendirian. Kau harus bisa mengendalikan diri,” saran West pelan sekali agar tidak terdengar oleh pria itu.

Sebagai penipu ulung, dia tahu persis apa yang akan dilakukan oleh Mark setelah ini.

“Siapa dia?” Mark melirik ke tempat West duduk.

Leona masih menutup mulut rapat, lantas membuang muka. Meski rindu dengan pria itu, bukan berarti harus bersikap manis kepadanya. Apalagi ketika ingat bagaimana rayuan yang dilontarkan Mark kepada selingkuhannya waktu itu.

Tilikan netra kecil Mark berpindah kepada tautan tangan West dan Leona yang berada di bawah meja. Suara tawa keras keluar dari bibir tipisnya.

“Oh, jadi kau meninggalkanku karena pria itu? Kau mengkhianatiku, Perempuan Jalang!!” tuding Mark dengan wajah kesal. Ah, tidak sepenuhnya juga seperti itu karena sudah jelas pria itu hanya berpura-pura.

“Apa katamu? Perempuan jalang?” Leona berdiri seraya mendorong keras kursi ke belakang. Dia mengacungkan jari telunjuk tepat ke wajah Mark saat mata berkaca-kaca. Sirna sudah kerinduan yang terasa, kini hanya tersisa kebencian yang terpupuk di hatinya.

“Kau menuduhku berselingkuh, padahal kau sendiri yang mengkhianatiku. Kau mengusirku dari rumah, Mark. Apa kau lupa? Hah?!” sergah wanita itu memberanikan diri. Dia tak lagi peduli dengan banyak pasang mata yang melihat kepada mereka.

Mark malah tertawa keras. Dia melihat kepada pria yang ikut dengannya tadi, kemudian beralih kepada Leona.

“Aku? Kapan? Bukankah kau yang pergi begitu saja tiga hari yang lalu saat aku tidur?”

Tubuh Leona semakin terbakar karena pria itu memutar balikkan fakta. Dia muak dan jijik dengannya. Lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini, bukan lagi Mark yang ia kenal dulu.

“Buktinya sudah jelas, Leona. Kau sedang bersama dengan seorang pria sekarang,” sambung Mark menyeringai.

Ketika ingin membalas perkataan Mark, ia melihat seorang perempuan berambut ginger memasuki area café. Perempuan tersebut mengedipkan sebelah mata kepada Leona sambil mengibaskan rambut kemerahannya.

“Kau di sini, Sayang?” sapa perempuan berambut merah itu tiba-tiba bergelayut manja di lengan Mark. Sontak pria itu menarik tangannya dengan tatapan protes.

“Siapa kau?” tanya Mark mundur satu langkah ke belakang.

Wanita itu tertawa pelan dengan tangan menutup mulutnya. “Jangan pura-pura lupa, Mark,” katanya mengusap lengan kekar pria tersebut, “jangan bilang kau lupa dengan malam panas yang pernah kita lewati waktu itu.”

Lelaki bertubuh atletis itu berusaha melepaskan tangan perempuan yang bergelayut lagi di lengannya.

“Aku tidak kenal denganmu,” sanggah Mark mulai kesal.

“Kau yakin tidak mengenaliku?” Perempuan itu mengerling kepada Leona dengan bibir membulat. “Oh, aku tahu. Kau menyangkalku karena ada istrimu di sini, bukan?”

Mark semakin meradang. Dengan murka ia menyeret perempuan tersebut keluar dari café. Pria yang bersama dengannya barusan juga ikut keluar dari sana.

“Bagaimana ini?” Leona tampak panik, khawatir jika Mark berbuat buruk kepada Cassie.

Ya, perempuan berambut jahe tersebut adalah Cassie yang sedang melakukan perannya sebagai penipu ulung, rekan kerja West.

“Kau tenang saja. Ada Shaun di luar. Suamimu tidak akan bisa menyakiti Cassie,” balas West santai.

Wanita bertubuh gempal itu menarik napas panjang sebelum berkacak pinggang. “Bisa kau jelaskan kenapa mereka ada di sini, West?” pinta Leona dengan gigi beradu.

West mengangkat bahu singkat, lantas duduk lagi di kursi. “Untuk jaga-jaga jika hal itu terjadi.”

“Maksudmu?” Leona memutar kursi menghadap pria tersebut.

“Tindakan suamimu itu terlalu mudah untuk diprediksi, Leona.” West menoleh ke samping sehingga bisa melihat raut penasaran di paras chubby-nya.

“Begini. Ada berapa banyak pengusaha di negeri ini yang membangun image positif di depan publik?”

“Banyak, tapi aku tidak pernah menghitungnya.”

West memantik jari sebelum merespons. “Mereka tidak ingin skandal apapun yang merusak image mereka terungkap. Aku sudah banyak bertemu dengan bajingan seperti itu.”

“Jangan bilang kau memanfaatkan skandal mereka untuk mendapatkan uang.”

Pria itu menaikkan pandangan sedikit ke atas sebelum mengangguk. “Salah satunya. Oleh karena itu aku bisa tahu dengan mudah bagaimana reaksi suamimu jika melihatmu bersamaku.”

Playing victim,” gumam Leona.

“Tepat sekali. Dia akan melempar semua kesalahannya kepadamu, sehingga bersih dari skandal.” West menyandarkan punggung di kursi, lalu menyilangkan tangan. “Kau benar-benar cerdas.”

Leona menggeleng lesu. “Aku bodoh, West,” akunya dengan kepala tertunduk.

“Kau tahu apa yang kurasakan waktu melihatnya sebelum tuduhan tadi?”

West mengangguk singkat. “Kau ingin berlari dan memeluknya, bukan?”

Wanita itu menundukkan kepala dengan dalam. Perlahan tubuh gempal itu bergetar ketika isak tangis keluar dari sela bibirnya.

“Awalnya begitu, tapi setelah mendengar tuduhannya tadi rasa benciku jauh lebih besar.”

Wajah chubby Leona kemudian terangkat. Netra basahnya memandang pria yang duduk di samping. Tangan besar tersebut meraih jemari West dan menggenggamnya erat.

“Bantu aku menurunkan berat badan secepatnya, West. Aku ingin membalas semua perbuatan Mark, hingga membuatnya habis sampai ke akar-akarnya.” Sorot mata Leona perlahan berubah. Tidak ada lagi gurat kerinduan di sana, yang ada hanyalah kebencian yang sudah mencapai puncak.

“Bagaimana dengan rasa cintamu?” selidik lelaki itu.

“Hanya tinggal 40% setelah kejadian tadi.”

West mengangguk singkat. “Baiklah. Aku akan membuat persentase cintamu kepada pria itu menjadi 0%,” desisnya.

Tiba-tiba bunyi ponsel menyela percakapan serius di antara mereka. Sebuah panggilan masuk dari Shaun.

“Bagaimana?” sahut West setelah menggeser tombol hijau.

“Beres, Bos. Pria itu sudah pergi.” Terdengar tawa perempuan sebelum Shaun meneruskan perkataannya. Itu sudah pasti suara Cassie.

“Dia malu sekali, Bos. Kalau kau tahu bagaimana ekspresi temannya tadi, aku jamin kau tidak akan melupakannya.” Kali ini Cassie yang berbicara. “Andai bisa merekam kejadian tadi, pasti sudah kuperlihatkan padamu.”

West tersenyum lebar mendengar penjelasan kedua orang kepercayaannya. Dia mengalihkan pandangan kepada Leona yang keheranan. “Good job, Cassie. Kau memang selalu bisa diandalkan,” puji lelaki itu.

Thanks, Boss,” pungkas Cassie ketika panggilan berakhir.

Pria itu kembali mengantongi ponsel, kemudian melihat lagi Leona yang masih menunggu penjelasan darinya.

“Itu dari Shaun dan Cassie?” tanya Leona tanpa bisa menutupi lagi rasa penasaran.

West mengangguk singkat. “Rencana berjalan lancar. Mereka puas melihat raut wajah Mark tadi.”

“Bagaimana?”

“Dia malu sekali dan sepertinya pria yang bersama dengannya tadi mulai paham lelaki seperti apa suamimu,” jelas West bersiap untuk berdiri.

Leona menarik napas berat. Dia belum bisa bernapas lega sekarang. Bisa jadi Mark akan menyebar rumor tentang dirinya dan West kepada seluruh orang yang kenal dengan mereka.

West berdiri seraya mengulurkan tangan kepada Leona. “Ayo ikut denganku!”

Leona menatap bingung. “Ke mana?”

“Pergi ke tempat yang tidak bisa dijangkau oleh Mark.”

Mata abu-abu Leona mengecil seketika. “Maksudmu?”

“Aku akan membawamu ke tempat di mana hanya ada kau dan aku. Kita berdua.” West mengedipkan sebelah mata. “Akan kubuat perasaan cintamu lenyap dalam waktu singkat, Leona.”

Bersambung....

LeeNaGie

Haaai.... jumpa lagi dengan Leona setelah tiga minggu lebih. Star dari sekarang, novel ini akan update rutin setiap hari. Happy reading ^^ Jangan lupa tinggalkan review bintang 5 yaaa. :*

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan Suamiku   EXTRA PART: LOVING YOU FOR EVER

    Tujuh bulan kemudianLeona sedang duduk di sofa ruang tamu rumah yang telah ditempatinya satu tahun belakangan. Dia sedang menonton televisi yang menayangkan berita kriminal. Di sampingnya ada West yang juga ikut menyaksikan siaran udara tersebut.Hari ini sidang vonis atas kepemilikan narkotika yang dituduhkan kepada Mark digelar, sehingga mereka berdua menantikan bagaimana hasil dari sidang tersebut. Setelah itu, Mark akan melakukan sidang lainnya atas tuduhan penipuan yang pernah dilakukan kepada West. Ternyata begitu banyak skandal yang telah dilakukannya, sehingga tuntutan menjadi berlipat.“Apa kau yakin ingin menjual rumah itu, Sayang?” tanya West memecah keheningan seraya memainkan rambut hitam istrinya.Oya, sekarang mereka telah resmi menjadi suami istri yang sah di mata hukum. West langsung mengurus berkas pernikahan, setelah sidang putusan akhir perceraian Leona dan Mark. Kini ia telah memiliki wanita itu secara ut

  • Membalas Perselingkuhan Suamiku   BAB 50: Sidang Kedua

    Leona bangun di pagi hari dengan senyum merekah. Dia masih belum percaya bisa berhasil mengelabui Mark. Wanita itu berpikir orang yang akan menjadi mantan suaminya adalah pria yang pintar. Ternyata tidak, pria itu bisa ditipu oleh perempuan bernama Tatiana.“Sepertinya kau bahagia sekali,” gumam West dengan mata separuh terbuka.Leona menoleh ke kiri, melihat suaminya berusaha membuka mata. Kepala yang dihiasi rambut burgundy itu mengangguk cepat.“Kita berhasil, West!!” seru Leona mengulang lagi antusiasme yang sempat diperlihatkan tadi malam.“You did it, Honey,” puji West memberi kecupan di bibir istrinya.Kening yang berukuran ideal itu langsung mengernyit. Bau mulut West yang terendus barusan membuatnya kembali mual. Tangan Leona langsung menutup bibir sendiri. Wanita itu menyingkirkan selimut, tak peduli dengan tubuh yang tidak mengenakan sehelai benang pun.“Kau kenapa, Sayang?”

  • Membalas Perselingkuhan Suamiku   BAB 49: Menghabisi Mark Sinclair

    Malam hari menjelang sidang keduaLeona sedang duduk di dalam mobil mendengar pengarahan yang diberikan West kepadanya. Malam ini adalah misi terakhir yang harus dijalankan menjelang persidangan. Target yang ditetapkan harus tercapai sebelum sidang kedua.“Karena ini misi terakhir kita, pastikan kau tidak melakukan kesalahan seperti sebelumnya,” terang West ketika mereka berempat berembuk di dalam mobil van, tak jauh dari kediaman Mark.Leona mengangguk paham. Berhasil atau tidaknya dari rentetan penipuan yang telah dilakoni West beberapa tahun belakangan ini, ada pada misi terakhir.“Pastikan kau memasukkan obat ini ke dalam minumannya, Leona,” ujar Cassie menyerahkan satu butir pil kepada wanita itu.“Apa ini?” tanya Leona dengan kening berkerut.“Itu pil yang bisa membuatnya melayang ke langit ketujuh,” jelas wanita berambut pirang itu.“Maksudmu sejenis narkoti

  • Membalas Perselingkuhan Suamiku   BAB 48: Membalas Perselingkuhan Suamiku

    Beberapa hari kemudianLeona memutar tubuh ke kiri dan kanan, memastikan penampilan sebagai Tatiana Clark sudah sempurna. Cassie baru saja selesai mengaplikasikan make-up khas Tatiana. Eyeliner bersayap di bagian sudut kelopak mata dan lipstik berwarna merah menyala.Kali ini ia mengenakan gaun berwarna maroon yang pernah dibelikan West untuknya. Leona sengaja datang menjelang pulang jam kerja, karena Mark akan mengajaknya langsung ke rumah. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.“Kau terlihat cantik sekali, Sayang,” puji West tiba-tiba memeluk Leona dari belakang.Wanita itu tersenyum melihat pantulan diri mereka di cermin. Beberapa hari belakangan ini suasana hatinya benar-benar membaik. Bayangkan dia telah melakukan dua aksi penipuan dengan target politisi kelas kakap.“Semua karena kerja kerasmu, Suamiku,” balas Leona masih tersenyum ringan.West menggelengkan kepala. “Se

  • Membalas Perselingkuhan Suamiku   BAB 47: Mencintaimu Segenap Jiwa dan Raga

    Manik abu-abu milik Leona perlahan mengerjap, berusaha untuk terbuka. Samar tampak sosok pria sedang berbaring di samping seraya menatap dirinya.“Aku pasti rindu denganmu, West. Sehingga bermimpi kau ada di sini,” gumamnya dengan suara serak.Kelopak mata lebar itu kembali tertutup dengan senyum lebar. Mustahil jika West ada di sini, karena baru tiga jam yang lalu ayahnya menghubungi pria itu dan mengatakan Leona ada di Outville. Perjalanan dari Earth Ville menuju Outville memakan waktu setidaknya lima jam.“Sayangnya kau benar, Leona,” ucap suara bariton membuat senyum Leona semakin lebar.“Tidak mungkin. Rasanya tiga jam yang lalu Daddy menghubungi—” Kedua mata Leona langsung terbuka nyalang sebelum kalimat yang diucapkan selesai.“Astaga! Apa itu benar-benar dirimu, Sayang? Aku tidak bermimpi?” cicit Leona mengusap kedua mata, kemudian meraba pipi kiri West.Pria yang tidur d

  • Membalas Perselingkuhan Suamiku   BAB 46: Fakta Lainnya

    Leona mengamati perubahan raut wajah ibunya. Seperti ada yang disimpan oleh wanita paruh baya itu. Dia memiringkan kepala mengejar mata Emilia.“Mom?” panggil Leona ketika belum mendapatkan jawaban darinya.Pandangan mata yang sudah tua itu meredup. “Jangan menyalahkan West atas apa yang terjadi, Le.”Meski tidak diutarakan, Emilia sudah tahu apa yang membuat putrinya pergi ke Outville seorang diri di malam hari. Apalagi jika bukan berpikiran West ingin membalas perbuatan Mark dengan memperalat Leona.Wanita berambut burgundy itu mengembuskan napas frustasi seraya mengusap keras kening sendiri. “Jangan menyalahkannya bagaimana, Mom? Sudah jelas dia menjadikanku sebagai alat untuk mendapatkan lagi harta yang telah ditipu. Dia yang menyarankanku untuk membalas perbuatan Mark.”“Dia datang ketika aku berada di jembatan, pura-pura menawarkan bantuan. Dan aku masuk ke dalam perangkapnya,”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status