Share

Membawa Kabur Benih Sang Majikan
Membawa Kabur Benih Sang Majikan
Auteur: Nhaya_97

Bab 1: Bedebah Gila

Auteur: Nhaya_97
last update Dernière mise à jour: 2024-07-01 10:32:35

Klek!

Pintu kamar itu terkuak, membiarkan bayangan sang empunya memasuki ruangan. Dara, yang sedang asyik dengan pekerjaannya, membalikkan tubuhnya dan terkejut, sepasang matanya membulat. 

Di ambang pintu, seorang pria berdiri dengan senyum menyeringai, seperti seekor serigala yang baru saja menemukan mangsa barunya. 

Mata Daiva berbinar penuh nafsu ketika melihat Dara yang cantik berada di dalam kamar pribadinya.

Dengan langkah gontai, akibat mabuk yang masih mengguncang tubuhnya, Daiva menghampiri Dara yang berdiri mematung di samping ranjang king size. Udara di sekitarnya terasa semakin mencekam.

"Ma-maaf Tuan. Sa-saya hanya membersihkan kamar Tuan," ucap Dara terbata-bata, suaranya bergetar menahan rasa takut yang menjalari setiap inci tubuhnya.

Pria itu semakin mendekat, menghidu aroma tubuh Dara dengan napas yang memburu. Senyumannya kian melebar, bak iblis yang puas melihat mangsanya tak berdaya.

"Wangi tubuhmu begitu memikat. What’s your name?" tanya Daiva dengan suara berat, penuh keangkuhan.

Perempuan itu rasanya ingin lari dari tempat terkutuk itu. Namun, bagaimana caranya? Pria bertubuh tegap dan tinggi itu tampak seperti raksasa yang siap mendekapnya.

"Siapa namamu, gadis cantik? Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam kamarku?" tanya Daiva sekali lagi, suaranya seperti bisikan maut yang menari di telinga Dara.

"Na-nama saya Dara, Tuan. Saya pembantu baru di sini. Tadi, Ibu Mela menyuruh saya membersihkan kamar Tuan dan kamar satunya lagi," jawab Dara dengan suara yang hampir tak terdengar, matanya menatap lantai seakan berharap bumi menelannya saat itu juga.

"Daffa?" tanyanya, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Dara mengangguk cepat. Entahlah. Siapa pun itu, dia tak peduli. Berarti, jika kamar sebelah milik Daffa, orang ini pastilah Daiva. Hanya itu yang dapat diingatnya.

"Permisi, Tuan," Dara berusaha mengundurkan diri, tapi baru saja kakinya melangkah, Daiva meraih tangan gadis cantik itu lalu menghuyungnya ke atas ranjang.

Mata Dara membola sempurna saat pria itu merayap ke atas tubuhnya. Seringaian menakutkan dari Daiva kembali terbit, membuat Dara semakin takut akan hal-hal yang tidak diinginkan.

"Tu-tuan mau apain saya? Tolong lepaskan saya, Tuan!" Dara memohon, suaranya patah-patah, meminta agar Daiva membebaskan dirinya.

Dara terjebak di dalam kamar milik Daiva, tak bisa keluar lantaran Daiva mencengkeramnya dengan kuat. Ruangan itu kini berubah menjadi penjara, dan Dara adalah tahanan yang tak berdaya.

"Lepasin saya, Tuan. Saya mohon. Jangan lakukan itu, Tuan!" pekik Dara setelah Daiva berhasil menanggalkan pakaiannya.

Daiva menikmati pemandangan luar biasa yang ada di depan matanya, wajahnya penuh kepuasan yang mencekam.

"Kau akan jadi milikku malam ini, Dara. Enjoy and... rasakan hujaman yang akan kuberikan padamu sampai menjelang pagi."

Waktu sudah menunjuk angka tiga pagi. Dan Daiva masih saja menghujam Dara tanpa ampun. Jeritan dan lenguhan yang dilontarkan secara bersamaan tak bisa membuat Daiva iba.

"Tuan, berhenti! Saya sudah lelah. Tolong hentikan!" suara Dara terdengar serak, hampir habis, namun tetap tak ada belas kasihan di mata Daiva.

Pria itu terus menghujamnya tanpa ampun, menenggelamkan Dara dalam lautan siksaan yang tak berujung. Malam itu, Dara benar-benar terperangkap dalam neraka yang diciptakan oleh pria yang seharusnya hanya menjadi majikannya.

"Arrrggghhhh! Tuan... hentikan! Sakit!!!" pekik Dara, suaranya menggema di seantero kamar. Tangannya yang gemetar meremas sprei putih itu erat-erat, seolah berharap kain itu bisa membawanya keluar dari neraka yang sedang ia alami.

Suara gelak tawa Daiva terdengar nyaring di telinga Dara, seperti tawa iblis yang merayakan penderitaan korbannya. 

"Menikmati tubuh yang belum disentuh pria manapun ternyata lebih nikmat. Kamu akan menjadi pemuas hasratku mulai detik ini, gadis manis!" bisiknya lirih namun penuh keserakahan, tak membuatnya menjeda permainan gila itu.

Tak lama setelahnya, Daiva akhirnya menghentikan aksi gilanya, menyemburkan peluh gila itu di dalam rahim Dara untuk yang kesekian kalinya. 

Sudah tak terhitung berapa kali pria itu menghujam tubuh mungil Dara. Kini, perempuan itu terkapar di atas tempat tidur, menangisi keadaannya yang tak lagi suci. 

Meratapi nasibnya yang harus menerima pil pahit jika kesuciannya direnggut oleh pria yang bahkan baru ia tahu namanya.

"Bedebah gila! Kenapa aku harus terjebak di dalam kamar terkutuk ini? Aku harus segera pergi dari rumah ini. Aku tidak mau kerja di sini lagi. Ini bukan istana, tapi neraka," gumam Dara dengan sangat pelan, agar Daiva yang kini berada di dalam kamar mandi itu tidak mendengarnya.

Dengan sisa tenaganya, Dara memunguti pakaiannya yang berserakan lalu segera memakainya. "Aaahh...." Dara merintih sakit di bagian pangkal pahanya. Darah kesuciannya bahkan masih menempel di sana.

"Pria terkutuk!" pekik Dara kemudian, berlari keluar dari kamar itu. Berusaha keluar walaupun rasanya kakinya sudah lemas, tak mampu lagi menginjak lantai. 

Ia merintih kesakitan lalu... perempuan itu tak sadarkan diri. Beruntung, ada Daffa yang keluar kamar lalu melihat Dara terbaring tak sadarkan diri tepat di bawah anak tangga.

"Hei... bangun! Kamu kenapa?" Daffa mencoba membangunkan perempuan itu, namun hasilnya nihil. Ia pun membawanya ke dalam kamarnya.

Tiba di dalam kamar, Daffa membaringkan tubuh Dara dengan sangat hati-hati. Keningnya mengerut saat melihat tanda merah di lehernya, banyak, tak terhitung oleh Daffa. 

"Suara pekikan dari kamarnya Daiva... apakah gadis malang ini? Tapi, siapa dia? Bahkan, jika memang perempuan ini wanita sewaan Daiva, mana mungkin sepolos ini. Tidak terlihat jika gadis ini wanita seperti itu."

Daffa menyimpan banyak pertanyaan dengan hadirnya gadis malang itu, lalu menghela napasnya dengan pelan. Ia menarik selimut, menutupi tubuh lemah tak berdaya Dara. 

Wajahnya tampak pucat, lebam di leher dan mungkin juga di bagian dada. Daffa menggeleng-geleng, tak habis pikir dengan prilaku kakaknya yang gila akan hasrat yang ia miliki.

"Siapa pun kamu, jangan kembali lagi pada Daiva. Dia itu mafia perempuan. Padahal sudah punya calon istri, tetap saja selalu menginginkan wanita lain," Daffa seolah sedang berbicara pada Dara, padahal perempuan itu bahkan tak bisa mendengarnya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Tamat

    Tujuh bulan kemudian.Julies tengah berjuang melahirkan seorang bayi yang masih berusaha mencari jalan keluar di bawah sana. Kini, mereka sudah berada di rumah sakit. Pun dengan Dara dan Daffa.Ingin melihat proses lahiran anak pertama Julies dan Fahri yang sudah menginjak usia sembilan itu. Dan mereka semua belum ada yang tahu, jika Julies sudah mengandung tiga bulan saat menikah dulu.Mereka hanya mengira jika Julies melahirkan secara prematur. Padahal, memang sudah memasuki bulan sembilan. Baik Julies maupun Fahri tak ada yang peduli. Mereka juga tidak memberi tahu jika Julies hamil sebelum menikah."Prematur, tapi bisa melahirkan secara normal, yaa." Daffa menggaruk belakang kepalanya. la bingung, karena Julies bisa melahirkan secara normal."Ngapain dibuat bingung sih, Mas. Syukur-syukur bayi dan ibunya sehat. Nggak usah aneh-aneh deh!" Dara kesal pada suaminya itu karena terus mengomentari Julies yang sedang berjuang melahirkan anak pertamanya di ruangan sana.Kemudian, pria itu

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Jangan Suudzon Dulu

    Prissa lantas menoleh cepat ke arah Daffa. "Maksud kamu apa, Daffa? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Aku hamil lho, Daff." Suara perempuan itu nyaris tenggelam karena menahan tangisnya.Julies menoleh padanya. "Sabar, yaa. Daffa emang gitu orangnya. Kita sama-sama korban ular jahat Daffa. Aku juga pernah hamil anaknya dia. Tapi, gak tanggung jawab tuh. Orangnya malah hamilin anak orang."Julies menepuk-nepuk bahu Prissa."Yaa gak bisa gitu dong, Juls. Masa gue harus rawat anak gue sendiri?" Prissa mulai kelabakan. Harinya tak tenang kala mendengar penolakan dari Daffa."Gue gak mau nikah sama elo, Prissa. Sampai itu anak brojol pun gue gak akan mau nikah sama elo!" pekik Daffa. Pria itu sudah mulai emosi.Hatinyä dikabut kemarahan yang tak bisa ia tahan lagi. Daffa yang super emosian itu lantas menggertak Prissa. Sehingga membuat perempuan itu menatap tajam ke arahnya."Berani berbuat, gak berani tanggung jawab!" sengal Prissa dengan suara menekan."Terserah elo! Terserah, mau ngomong

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Wajahnya Mirip Daiva

    Julies tertawa melihat adegan luar biasa itu. Saling memaki dan saling berteriak. Membuatnya tak bisa untuk berhenti tertawa."Fahri, Fahri. Lucu banget sih, kamu." Julies geleng-geleng kepala. sembari mengikuti langkah Fahri menuju ruangan USG.Tak lama setelahnya, Daffa dan Dara pun tiba di sana. Menghampiri Fahri dan Julies yang sedang melihat Prissa. Perempuan itu tidak bisa ke mana-mana karena diserbu oleh empat orang.Ditambah Dokter Ami yang mulai memeriksa kandungannya. Semakin tak bisa ke mana-mana. Hanya bisa pasrah kala Dokter Ami sudah mengolesi gel di atas perutnya."Hasil USG itu akurat "kan, Dok?" tanya Fahri pada Dokter Ami."Hampir seratus persen akurat. Kita lihat dulu ya, janinnya." Dokter Ami mulai memeriksa kandungan Prissa.Ditatapnya layar monitor tersebut. Yang hanya Dokter Ami yang tahu, maksud dari gambar yang ada di sana. Mereka hanya tahu jika janin itu memang benar-benar ada di sana."Berarti bener ya, Dok. Di perutnya ada bayinya," kata Julies sambil mena

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Ambil saja Anaknya

    Prissa yang memang sedang ingin meminta pertanggungjawaban kepada Daffa pun telah menyiapkan segalanya.Memberikan alat tes kehamilan itu kepada Dara. Agar perempuan itu tahu, jika Prissa benar-benar hamil anaknya Daffa."Ada USG-nya?" tanya Dara kembali.Daffa menoleh dengan cepat ke arah Dara. Pun dengan Prissa. la terlihat gelagapan kala Dara meminta hasil USG-nya."Waktu saya periksa kehamilan dulu, sekalian USG. Karena pengen lihat perkembangan anak saya di dalam sini." Dara menunjuk perutnya yang buncit itu.Daffa tersenyum miring mendengar ucapan Dara. "Tumben, pinter. Dapat ngajarin siapa sih?" Daffa malah mencubit hidung Dara."Dari Mbak Julies. Waktu dia hamil juga katanya di-USG. Kenapa Mbak Prissa nggak USG? Emangnya, Mbak gak mau lihat calon bayi Mbak?" tanya Dara kepada perempuan yang ingin merebut suaminya itu.Tak lama kemudian, Fahri dan Julies tiba dir rumah tersebut. Kemudian Julies menghampiri Dara. Lalu, mengulas senyumnya."Gimana-gimana? Prissa beneran hamil? An

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Panggilan dari Calon Istri Daffa

    Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Dara pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. la melihat Daffa tengah meringkuk di atas tempat tidur. Namun, Dara hiraukan. Tetap melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.Ting!Notifikasi pesan masuk pada ponsel Daffa. Dengan malas, pria itu membuka pesan tersebut. Matanya memicing, melihat pesan masuk tersebut.Sebab, pesan masuk itu dari Prissa. Akan datang ke rumahnya untuk meminta pertanggungjawaban. Daffa memijat keningnya. Kemudian, menghubungi Fahri."Si Prissa udah mulai berulah, Ri. Dia mau ke sini. Minta tanggung jawab gue," kata Daffa setelah pria itu menerima panggilannya.Terdengar helaan napas di seberang sana. "Si Dara masih marah ke elo?" tanya Fahri."Ya. Bahkan lebih parah sejak menerima panggilan dari Prissa. Dia bener-bener nggak mau maafin gue. Malah, minta gue buat nikahin tuh orang."Katanya, gue aja tanggung jawab atas dia yang hamil bukan anak gue. Kenapa gue nggak mau tanggung jawab atas kehamilan Prissa yang jelas-j

  • Membawa Kabur Benih Sang Majikan   Kenapa Bodoh Sekali!

    "Apa yang harus aku lakukan, supaya kamu mau memaafkan kesalahanku, Dara? Apa yang bisa buat kamu memaafkan aku agar kamu bisa menerima semua perbuatan gila itu."Daffa kembali bersuara. Akan terus mengejar permintaan maaf dari Dara. Bahkan, ia rela melakukan apa saja, agar mau memaafkannya.Dara menoleh ke arah Daffa. "Tidak perlu. Mas Daffa tidak perlu melakukan apa pun. Semuanya sudah terjadi. Apa yang harus dilakukan?"Daffa bergeming. la hanya bisa menatap Dara dengan sayu. Hatinya teriris kala mendengar ucapan Dara. Terdengar sangat kecewa padanya."Jangan lengah, Daff. Si Prissa emang masih suka sama elo. Akan mencari cara agar bisa dapetin elo lagi. Sekarang, jangan pernah bertemu dengan dia sekali pun. Jauhi dia, jangan sampai elo ketemu lagi sama tuh orang."Ucapan Fahri membuat Daffa mengangguk dengan pelan. "Iya, Ri. Dari awal juga gue gak pernah mau ketemu sama dia lagi. Tapi, dia sendiri yang datang dan deketin gue."Fahri mengangguk. Lalu, menoleh ke arah Dara. "Kamu ja

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status