âQueenâs treatment?âulangi Lara dengan tidak percayaâsebenarnya ia bingung apa yang ingin dilakukan oleh Alex.Selagi Alex hanya mengangguk membenarkannya, salah satu matanya berkedip dengan sedikit genit seolah itu menjawab, âIya, Sayangku.âTetapi meski demikian ia tidak menolak dan memilih untuk duduk di tepi ranjang. Ia juga ingin tahu apa yang disebut oleh Alex sebagai âQueen's treatmentâ itu.Lara menyaksikan Alex mengambil sesuatu dari dalam lemari, sepertinya sudah lama ia letakkan di sana dan baru sore hari ini ia keluarkan.Sebuah kotak berbahan beludru berwarna merah, yang ia tunjukkan di depan Lara, yang sebelum Alex membuka kotak itu pun Lara sudah bisa meraba apa kira-kira isi di dalamnya.Sebuah perhiasan. Jika bukan anting, pasti sebuah cincin. Karena ukurannya terlampau kecil jika Lara berpikir itu adalah kalung ataupun gelang.Benar!Saat Alex membuka kotaknya setelah prianya itu berlutut dengan menggunakan sebelah kaki di hadapannya, Lara bisa mendapati sebuah cinci
Malam harinya ....Ibra mengantar Neo dan Shenina pulang ke rumah, lengkap dengan Kalisha yang membawakan sekotak donat serta satu buah boneka yang tidak perlu dipertakan lagi milik siapa itu, karena jawabannya jelas milik Shenina.Lara yang sedang berada di ruang tengah bersama dengan Alex serta Sky melihat mereka yang berlarian dan memanggil secara serentak, "MAMAâPAPA!""Sayang ...."Lara merentangkan kedua tangannya, membiarkan si kembar memeluknya sebelum mereka melepaskan dan menghambur ke arah adik bontot mereka yang sedang sibuk menikmati suasana di bouncer."Selamat malam," ucap Ibra dan Kalisha bersamaan. Menundukkan kepala merwka di depan Alex dan juga Lara."Selamat malam.""Terima kasih untuk sudah mengajak si kembar main sama kalian," kata Lara, menepuk sofa di sebelah kanannya agar Kalisha duduk di sana, sedangkan Ibra bersama dengan Alex."Sama-sama, Pak Alex, Lara."Ibra memandangi Alex cukup Lama setelah menjawab demikian, hang menimbulkan pertanyaan bagi Alex lewat g
Tidak ada janji yang diingkari oleh Alex. Beberapa hari setelah Shenina meminta bahwa ia ingin pergi ke pacuan kuda sebab di pasar malam bersama dengan Ibra ia tak kebagian naik kuda, mereka benar-benar menuju ke pacuan kuda yang dijanjikan oleh Alex.Ia memiliki seorang teman yang mengelola sebuah lokasi olahraga berkuda. Letaknya berada di luar kota dan Alex harus pergi untuk meninggalkan Lara di rumah bersama dengan Skyler selama sehari penuh.Sore ini, keluar dari sana, Shenina terlihat kelelahan, ia tertidur di kursi bagian belakang mobil yang dikemudikan oleh Alex, sedangkan Neo yang duduk di kursi penumpang depan terlihat masih terjaga dan bersenandung mengikuti lagu yang diputar oleh Alex, Down By The Bay.âTerima kasih untuk hari ini, Papa,â Neo berujar selepas Alex membelokkan mobilnya di tikungan.âSama-sama, Sayang. Kamu suka?â tanya Alex dengan sekilas menoleh kepadanya.âSuka. Hanya saja, lokasinya sedikit jauh.ââTidak apa-apa, Neo.ââTapi Neo yang sedikit keberatan kare
..|| Benarkah setelah semua hal yang kita lewati, kebahagiaan masih akan menjadi milik kita? Benarkah tidak ada kebahagiaan yang sempurna yang memberi kita tawa abadi?Ataukah yang benar, semua kebahagiaaan yang kita miliki hanyalah bersifat semu?Melihatmu dengan mata yang terpejam, membuatku terkenang pemandangan masa silam. Atmosfer yang dulunya sehangat matahari menjelma suram.Setelah beberapa semester mengering, air mata kembali tergenang. Waktu berjalan lambat, jarum jam tengah berputar berbalik arah, mengkhianati ketenangan kita menjadi penuh gejolak. Bisakah kita merebut kebahagiaan kita, ataukah kita harus memiliki rasa kehilangan yang barangkali waktu tak bisa menggerusnya?Membaca kembali surat yang kau tulis di Amethyst Florist, bayangmu samar terlihat. Tetapi yang lebih besar ... mengapa hanya luka yang bisa aku ingat? ||NEW SEASON BEGIN!....***..Lara baru saja mengirim pesan pada Alex, menanyakan kapan ia dan anak-anak akan pulang. Tetapi pesan itu sepertinya t
Lara tahu, dengan kondisinya ini dia masih belum boleh berlari atau merasakan tekanan yang besar. Tetapi satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berlari untuk membuktikan sebuah kebenaran dengan sepasang matanya sendiri.Sampai di rumah sakit dengan diantar oleh seorang sopirnya, ia tiba dengan hati yang tidak karuan rasanya. Sesak menyergap, sembilu menyayat.Kakinya berhenti saat ia memandang Ibra yang menunggunya di kursi ruang gawat darurat, dengan kepalanya yang tertunduk dalam.âIbrani,â panggilnya dengan suara yang serak.Ibra mengangkat wajahnya, iba menyaksikan Lara yang berlumuran oleh air mata dan napasnya yang tersengal-sengal.Dia pasti lari meninggalkan Sky untuk bisa menemui Alex dan anak-anaknya.Ia bangkit dan menunjukkan senyumnya pada Lara meski Lara tahu bahwa itu juga sebuah senyum palsu.âIbra, di mana Alex, Neo dan Shenina?â tanyanya masih sama serak.âJangan bilang padaku jika kabar yang dibawa oleh polisi itu benar,â ratapnya, menarik kerah coat
Lara menunjukkan senyumnya, ia tidak ingin membebani Alex dengan membuatnya merasa bersalah dalam keadaan berlarut. Apalagi sendirinya telah mendengar bahwa Alex mendonorkan darahnya untuk Shenina.âAku tidak membencimu kok,â ucap Lara akhirnya, mengusap lembut pipi Alex yang masih berlutut dengan sebelah kaki di hadapan ia duduk. Di sini, di kursi tunggu instalasi gawat darurat rumah sakit.Alex sepertinya masih belum percaya dengan yang ia katakan karena ia belum memberikan reaksi lainnya.âAku tidak menyalahkanmu karena itu bukan alahmu. Dan aku tidak akan membencimu, Alex.âKedua mata Alex terpejam, hembusan napasnya yang ia dorong keluar terdengar lega tetapi tidak mengurangi bagaimana kekhawatiran masih menjadi dominasi di dalam kedua matanya yang tapak berkabut.âBagaimana hasil CT Scan-nya?â tanya Lara pada Alex.âTidak terjadi hal yang buruk,â jawab Alex setelah membuka matanya. âDokter bilang kalau tidak ada luka berarti, yang aku dapat selain retak pergelangan tangan,â lanju
Alex menatap Lara cukup lama. Tidak beranjak dari tempatnya dan menunduk saat ia pada akhirnya diminta duduk oleh seorang perawat yang mendorong kursi untuknya mengistirahatkan sejenak tubuhnya.Alex lelah, jujur saja!Dia lelah dengan hari tak terduga ini.Di bayangannya sebelum kecelakaan itu terjadi adalah ia akan tiba di rumah kemudian memeluk Lara dan bermain dengan Sky.Diawali dengan menepi sebentar untuk menuruti saran dari Neo dengan membawakan oleh-oleh untuk Lara yang ada di rumah.Namun ... keinginan sirna begitu saja.Alih-alih membawa buah tangan setelah kepergian mereka, yang dibawa pulang oleh Alex adalah berita buruk. Bukan hanya Shenina yang sekarang sedang berjuang di dalam ruang operasi, tapi Lara juga.Alex tidak tahu harus melakukan apa. Melihat Lara seperti ini adalah sebuah bentuk penyiksaan yang paling kejam untuknya.Ia tak bisa berpikir dalam sekejap. Hatinya dihampiri oleh luka yang menganga lebar tak ingin memudar.Drrt ....Alex yang masih menunduk memand
Lara menjumpai dirinya tengah berbaring di atas ranjang rawat yang ia yakini ia sedang berada di dalam ponek corner. Tempat di mana kegawat daruratan ibu hamil dalam keadaan sebelum dan sesudah melahirkan ditangani. Dan apa yang dia lakukan di sini?Berbaring?Sungguh?Lara bangun dari posisinya, ia merasakan kepalanya yang nyeri, tubuhnya nyeri, semuanya nyeri. Apalagi hatinya.âAku tidak bisa di sini dan tidur begini, anak-anak membutuhkan aku,â ucapnya. Ia hampir saja beringsut turun dari ranjang sebelum suara seorang wanita terdengar di telinganya.âSayang, mau ke mana?!â daripada pertanyaan, itu lebih mengarah pada sebuah larangan.Lara menatap wanita yang duduk tak jauh darinya, seolah baru saja lepas dari pengawasan matanya yang kadang dilalui oleh cahaya putih.Beliau adalah mama mertuanya, Aruan, ibunya Alex. Wajah wanita itu terlihat khawatir. Ia meraih tangan Lara yang hampir saja mencabut jarum infus yang terpasang di sana.âKamu tidak boleh ke mana-mana, Lara!â ucapnya.