haloo terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul DIBUANG KELUARGA DINIKAHI PEWARIS TERKAYA đ¤đ dan follow ÂĄnst4gram othor @almiftiafay đ
Lara tahu, dengan kondisinya ini dia masih belum boleh berlari atau merasakan tekanan yang besar. Tetapi satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berlari untuk membuktikan sebuah kebenaran dengan sepasang matanya sendiri.Sampai di rumah sakit dengan diantar oleh seorang sopirnya, ia tiba dengan hati yang tidak karuan rasanya. Sesak menyergap, sembilu menyayat.Kakinya berhenti saat ia memandang Ibra yang menunggunya di kursi ruang gawat darurat, dengan kepalanya yang tertunduk dalam.âIbrani,â panggilnya dengan suara yang serak.Ibra mengangkat wajahnya, iba menyaksikan Lara yang berlumuran oleh air mata dan napasnya yang tersengal-sengal.Dia pasti lari meninggalkan Sky untuk bisa menemui Alex dan anak-anaknya.Ia bangkit dan menunjukkan senyumnya pada Lara meski Lara tahu bahwa itu juga sebuah senyum palsu.âIbra, di mana Alex, Neo dan Shenina?â tanyanya masih sama serak.âJangan bilang padaku jika kabar yang dibawa oleh polisi itu benar,â ratapnya, menarik kerah coat
Lara menunjukkan senyumnya, ia tidak ingin membebani Alex dengan membuatnya merasa bersalah dalam keadaan berlarut. Apalagi sendirinya telah mendengar bahwa Alex mendonorkan darahnya untuk Shenina.âAku tidak membencimu kok,â ucap Lara akhirnya, mengusap lembut pipi Alex yang masih berlutut dengan sebelah kaki di hadapan ia duduk. Di sini, di kursi tunggu instalasi gawat darurat rumah sakit.Alex sepertinya masih belum percaya dengan yang ia katakan karena ia belum memberikan reaksi lainnya.âAku tidak menyalahkanmu karena itu bukan alahmu. Dan aku tidak akan membencimu, Alex.âKedua mata Alex terpejam, hembusan napasnya yang ia dorong keluar terdengar lega tetapi tidak mengurangi bagaimana kekhawatiran masih menjadi dominasi di dalam kedua matanya yang tapak berkabut.âBagaimana hasil CT Scan-nya?â tanya Lara pada Alex.âTidak terjadi hal yang buruk,â jawab Alex setelah membuka matanya. âDokter bilang kalau tidak ada luka berarti, yang aku dapat selain retak pergelangan tangan,â lanju
Alex menatap Lara cukup lama. Tidak beranjak dari tempatnya dan menunduk saat ia pada akhirnya diminta duduk oleh seorang perawat yang mendorong kursi untuknya mengistirahatkan sejenak tubuhnya.Alex lelah, jujur saja!Dia lelah dengan hari tak terduga ini.Di bayangannya sebelum kecelakaan itu terjadi adalah ia akan tiba di rumah kemudian memeluk Lara dan bermain dengan Sky.Diawali dengan menepi sebentar untuk menuruti saran dari Neo dengan membawakan oleh-oleh untuk Lara yang ada di rumah.Namun ... keinginan sirna begitu saja.Alih-alih membawa buah tangan setelah kepergian mereka, yang dibawa pulang oleh Alex adalah berita buruk. Bukan hanya Shenina yang sekarang sedang berjuang di dalam ruang operasi, tapi Lara juga.Alex tidak tahu harus melakukan apa. Melihat Lara seperti ini adalah sebuah bentuk penyiksaan yang paling kejam untuknya.Ia tak bisa berpikir dalam sekejap. Hatinya dihampiri oleh luka yang menganga lebar tak ingin memudar.Drrt ....Alex yang masih menunduk memand
Lara menjumpai dirinya tengah berbaring di atas ranjang rawat yang ia yakini ia sedang berada di dalam ponek corner. Tempat di mana kegawat daruratan ibu hamil dalam keadaan sebelum dan sesudah melahirkan ditangani. Dan apa yang dia lakukan di sini?Berbaring?Sungguh?Lara bangun dari posisinya, ia merasakan kepalanya yang nyeri, tubuhnya nyeri, semuanya nyeri. Apalagi hatinya.âAku tidak bisa di sini dan tidur begini, anak-anak membutuhkan aku,â ucapnya. Ia hampir saja beringsut turun dari ranjang sebelum suara seorang wanita terdengar di telinganya.âSayang, mau ke mana?!â daripada pertanyaan, itu lebih mengarah pada sebuah larangan.Lara menatap wanita yang duduk tak jauh darinya, seolah baru saja lepas dari pengawasan matanya yang kadang dilalui oleh cahaya putih.Beliau adalah mama mertuanya, Aruan, ibunya Alex. Wajah wanita itu terlihat khawatir. Ia meraih tangan Lara yang hampir saja mencabut jarum infus yang terpasang di sana.âKamu tidak boleh ke mana-mana, Lara!â ucapnya.
Dipindahkan ke kamar rawat setelah kondisinya sedikit membaik, Lara hanya duduk diam di atas ranjang miliknya.Ia menatap kosong ke depan, tidak ada yang bisa ia pikirkan selain ia ingin bertemu dengan Sky dan juga memastikan bahwa Shenina akan sadar dalam waktu dekat. Atau memastikan bahwa Neo bisa tidur dengan nyaman di dalam kamarnya yang berada tidak jauh dari Lara berada.Waktu menunjukkan lewat tengah malam saat Lara melihat pintu kamarnya yang terbuka secara perlahan. Ia kira, itu adalah Aruan karena yang sedari tadi menunggunya di dalam sini adalah mama mertuanya itu.Tapi bukan.Yang datang dari balik pintu dengan rambut yang sedikit berantakan itu adalah Alex.Kaki panjangnya terbalut dalam celana panjang yang lebih nyaman. Bukan celana yang tadi terakhir kali Lara lihat ia kenakan pada saat kecelakaan itu terjadi.Dia mengenakan piyama tidur yang ia tutup dengan coat panjang miliknya yang hampir tiba di lutut. Ibrani yang pasti meminta orang rumah untuk membawakannya kemari
Sehari setelah kondisinya dinyatakan mengalami perubahan yang cukup baik dengan tekanan darahnya yang lebih stabilâsebelumnya tidak sampai delapan puluhâLara dibawa ke ruangan yang ditujukan bisa memperbaiki keadaan psikologisnya yang jelas mengalami guncangan.Alex menunggunya dengan setia di luar karena yang diperbolehkan untuk masuk ke dalam hanyalah Lara dan dokter spesialis saja.Alex sudah menyiapkan beberapa kabar baik untuk separuh jiwanya yang sedang tidak baik-baik saja itu.Dengan duduk yang terasa gundah, Alex berharap dari luar bahwa nanti sekeluarnya Lara dari dalam ruangan itu, ia berharap ada sedikit perubahan.Sedikit saja tidak apa-apa. Paling tidak ... Alex ingin mendengar darinya bahwa ia tidak menganggap semua ini terjadi karena kesalahannyaâmeski memang benar bukan Lara penyebabnya.âAstaga ... kenapa lama sekali?â tanya Alex sembari bangun dari duduknya. Ia mengintip melalui jendela.Sayangnya ... kelambunya tertutup rapat. Ia sangat ingin masuk ke dalam sana d
...."Kamu di sini, Aira?" sapa Lara setelah mereka mendengarkan gelak tawa dari percakapan antara Neo, Zio, Asha serta Alex."Iya, Lara," jawab Aira dengan melanjutkan mendorong kursi roda milik Neo mendekat pada Lara yang masih duduk di bangku bersama dengan Alex."Sendirian saja?""Iya. Sama anak-anak saja. Mereka bilang mau ketemu Zio dan Asha. Jadi aku pergi ke sini. Berhubung Ibrani sedang menerima telepon dari rekan kerjanya, aku yang menjaga Neo.""Terima kasih," ucap Lara hampir berdiri tetapi Aira mencegahnya, "Duduklah di sana saja. Bagaimana keadaanmu?"Lara mengangguk dengan seberkas rasa senang, "Sudah lebih baik kok. Tinggal menunggu Shenina bangun, aku pastikan jika aku bisa kembali seperti semula.""Jangan menuntut dirimu sendiri dengan begitu keras. Pelan-pelan saja yang penting bisa sampai ke tujuan.""Baik, terima kasih untuk sarannya."Mereka saling menukar senyuman saat Aira mengambil duduk di samping Lara. Selagi Zio dan Asha berlarian saling mengejar untuk mengh
....Sementara itu di tempat lain, Alex baru saja pergi meninggalkan Lara yang sedang bersama dengan Aira dan anak-anaknya. Ia pergi setelah menerima panggilan dari Ibra agar mereka bertemu sekarang.Alex belum sempat berpamitan pada Lara karena ia terburu-buru. Sepertinya Ibra menemukan sesuatu yang harus ia sampaikan padanya sesegera mungkin.âPak Alex,â panggil Ibra saat Alex melewati persimpangan koridor tak jauh dari salah satu bangunan rumah sakit.âIbrani,â sapa Alex seraya menghentikan langkahnya.âNeo sedang bersama dengan Aira. Aku belum sempat bertanya ke mana mereka pergi,â katanya. âApakah Lara sudah selesai konseling?ââSudah. Jangan khawatir, Neo dibawa Aira untuk bertemu dengan Lara kok. Mereka bicara di dekat taman tadi.ââOh, syukurlah kalau begitu.ââAda yang ingin kaamu bicarakan?â tanya Alex sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana berwarna putih yang senada dengan kemeja yang ia kenakan. Memandang Ibra ... sepertinya Alex tahu jika pemuda itu sedang