Bab 19 "Huft! Akhirnya tidur juga kalian." Rini mendekatiku dan Mama untuk memastikan bahwa kami telah benar-benar tidur. Setelah itu, terdengar Rini mengambil mangkuk yang berisi mie ayam sisanya Mama tersebut, lalu memakannya. Rini … Rini … makanan sisa dimakan juga. Kasihan bangat sih, kamu! "Aduh, Mas. Pedas Mas, minum!" Rini berteriak sambil menyuruh Mas Farid untuk mengambilkan minum. "Memang dasar nenek lampir! Udah tau orang lagi pengen makan mie ayam, tapi enggak mau beliin juga buatku. Giliran ada sisa, eh malah enggak bisa dimakan saking pedasnya. Sepertinya memang Mbak Adel dan nenek sihir ini sengaja mau ngerjain Rini, Mas," umpatnya, lalu terdengar suara langkah kaki Rini mendekat ke arahku dan Mama. "Mas tahu enggak, aku tuh kesal bangat sama si nenek lampir ini! Seharian aku disuruh-suruh, sudah seperti pembantu saja. Aku pingin menjitak kepalanya, Mas!" "Jangan kurang ajar kamu Rin. Mas enggak suka. Bagaimanapun juga, dia mertuanya Mas. Mas tidak akan membiarka
Bab 20Aku yakin, pasti Mas Farid dan gundiknya itu sekarang lagi ketakutan melihat Mama.Sayangnya, aku tidak bisa melihat bagaimana expresi Mas Farid dan Rini saat mereka melihat kedatangan Mama.Pasti Mama sudah menyaksikan pemandangan yang menjijikkan di dalam sana. Sementara aku masih berada di sini, mengikuti arahan Mama untuk tidak melakukan apapun tanpa perintahnya."Di depan panas sekali, nyamuk juga banyak. Mama mau tidur di sini. Di sini kan ada AC nya." Terdengar Mama merebahkan tubuhnya di atas kasur."Huft! Selamat! Kirain kedok kita akan ketahuan. Tau nya Tante hanya ngigau," ucap Rini."Kita pindah ke kamar l
Bab 21Rini telah selesai memasak nasi goreng dan telah menghidangkannya di atas meja makan. Sementara Mas Farid membantunya mengambil piring dan juga gelas. Keduanya sudah seperti pembantu saja. Sekarang mereka berdua adalah pelayan sekaligus pembantu di rumah ini.Jam menunjukkan pukul 06.30. Kami sudah berada di ruang makan untuk menikmati sarapan buatan Rini.Saat Mas Farid menyendok nasi goreng ke piringnya, Mama tiba-tiba bertanya. "Farid, kenapa semalam kamu berada di kamar Rini? Apa yang kalian lakukan?" Mama menatap tajam Mas Farid, kemudian beralih menatap Rini.Keduanya tampak salah tingkah, aku yakin, pasti mereka berdua sedang mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mama."Enggak kok', Ma! Farid semalam bersama Adelia di kamar," jawab Mas Farid sekenanya."Kamu enggak bohong? Semalam Mama juga dengar kalian bisik-bisik. Pas Mama masuk ke kamar Rini, kalian berdua ada di dalam. Dalam keadaan tidak berpakaian," ungkap Mama.Seketika, wajah Mas Farid memerah sepe
Bab 22 "Jika tidak suka kenapa enggak angkat kaki dari rumah ini? Pintu keluar terbuka lebar," tegas Mama. Tok tok tok! "Assalamu'alaikum." Tiba- tiba terdengar bunyi ketukan pintu diiringi salam. Mama langsung beranjak, meninggalkan ruang makan untuk membukakan pintu. Tinggallah kami bertiga di ruang makan. Hanya ada keheningan karena tidak ada yang bicara diantara kami. "Wa'alaikumsalam, silakan masuk ibu-ibu." Terdengar Mama membukakan pintu dan mempersilahkan tamu yang datang untuk masuk. Aku juga tidak tahu siapa yang bertamu pagi-pagi begini. "Adel, ini ada Bu RT dan Bu Tari mau menjengukmu, Nak," teriak Mama dari ruang tamu. "Iya, Ma." Aku pun berdiri dan mulai melangkah pelan-pelan. Mas Farid berhenti makan sejenak, menawarkan diri untuk membantuku. "Mas bantu ya," ucapnya. Tapi aku menolaknya. Aku sudah mulai pulih, tidak boleh bergantung pada siapapun. "Mas bantu ya," tawarnya lagi. "Enggak usah. Aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Aku harus berusaha s
Bab 23"Ibu pamit ya, Del, dah …." Bu Tari melambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum melihat tingkah dari tetanggaku itu. Segitu bencinya pada Rini, sampai-sampai tidak rela jika buah-buahan yang mereka bawa dimakan oleh Rini."Mbak, kok' belum jawab pertanyaan Rini Sih?""Enak aja, kalau pingin, beli dong! Bu Tari sama Bu RT saja enggak rela jika kamu memakan buah-buahan itu karena mereka memberikannya untukku, bukan untukmu," jawabku tanpa mempedulikan perasaannya. Memang dia peduli pada perasaanku saat ia merebut suamiku?"Rini, jangan kamu minta parcel buah milik Adel. Bu RT dan Bu Tari memberikannya untuk Adel, bukan untukmu. Sekarang cepat laksanakan perintahku!" Mama menyuruh agar Rini segera pergi.
Bab 24Tiba-tiba aku jadi sedih, teringat pada janinku yang telah tiada. Kuraba perutku dengan tangan kiri, kemudian mengelusnya pelan. Setidaknya rahimku juga pernah dihuni oleh calon buah hatiku, meskipun kini telah tiada."Del, kenapa wajahmu mendadak jadi sedih begitu? Kamu kenapa, Del?" Dian terlihat cemas melihat wajahku yang mendadak jadi sedih."Adel habis keguguran. Mungkin dia sedih karena mengingatnya," jawab Mama."Jangan sedih lagi ya, Nak! Ikhlaskanlah saja." Mama mengelus pundakku untuk menenangkanku."Maafin aku ya, Del. Bukan maksudku untuk menyinggungmu. Aku juga tidak tahu kalau kamu habis keguguran." Terlihat rasa bersalah di wajah cantik Dian.
Bab 25"Ma, sebelum kita mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan agama, Adel masih mau melakukan satu hal lagi, Ma," ucapku kepada Mama setelah kami memasuki area parkiran."Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Nak? Semua bukti sudah ada di tangan kita." Mama sepertinya pemasaran dengan apa yang akan kulakukan."Adel ingin meminta pertanggungjawaban ibu mertua, Ma! Ibu mertua harus ikut bertanggungjawab, karena kedatangan Rini ke rumah atas persetujuan darinya." Mama mengangguk, "Kamu yakin akan menemui mertuamu? Kondisi kesehatanmu kan belum pulih benar." Mama terlihat ragu padaku."Insyaallah, Adel sudah sehat, Ma!" jawabku dengan yakin. "Terus sekarang, apa yang ingin kamu lakukan?""Mama tolong antar Adel ke kampungnya Mas Farid, yah. Adel akan kasih tahu bagaimana kelakuan Mas Farid. Akan Adel tunjukkan semua bukti itu. Bukti dari kejahatan anaknya sendiri. Selama ini Adel sangat hormat sama Ibu mertua, Ma. Adel tidak terima diperlakukan seperti ini." Bulir bening akhirnya mengal
Bab 26"Tapi Adel punya buktinya, Bu!"Ibu mertua sepertinya sulit untuk percaya."Ini semua salahmu, Bu. Bukankah Ibu sendiri yang telah menyuruh wanita yang mengaku sebagai sepupunya Farid itu untuk tinggal di rumah Farid dan Adel? Farid bilang bahwa Ibu yang menyarankan wanita itu tinggal di rumah mereka karena suaminya sudah meninggal akibat kecelakaan. Ibu tahu apa yang dilakukan Farid dan wanita itu? Mereka berzina!" Kali ini, Mama angkat bicara, mengatakan yang sebenarnya.Ibu terdiam sejenak, ia memandangi aku dan Mama secara bergantian."Sebenarnya apa yang kalian maksud? Wanita yang mana? Jujur, Ibu tidak mengerti. Adelia, tolong jelaskan, ini ada apa sebenarnya?" Ibu terlihat bingung. Mungkinkah jika Ibu memang tidak mengetahui tentang wanita itu?"Mas Farid bilang bahwa Ibu yang menyarankan agar wanita yang bernama Rini itu tinggal di rumah kami," jelasku."Wanita yang bernama Rini? Siapa? Farid bahkan tidak pernah mengatakan apa-apa kepada Ibu." Nampaknya Ibu memang benar