Share

“Gagal Lagi”

Auteur: Nadifrnsa
last update Dernière mise à jour: 2024-05-27 13:21:47

Sesampai di kamar Intan, aku melihat Intan tergeletak di lantai sambil memegangi perut nya.

"Maaf apa punya obat sakit perut?" tanya Intan langsung ketika kami memasuki kamar nya. Bibir nya pucat pasi, tangan nya gemetar.

"Ada sih. Tapi racikan, mau?"

Belum sempat Intan menjawab, Naura berlari ke kamar mengambil obat itu. Lalu Naura menyerahkan kepada Intan.

"Tapi obat ini racikan, apa mbak ada punya alergi?" tanya Naura.

"Bagi sebagian orang akan sedikit gatal-gatal," ucap Naura.

Terlambat, Intan sudah menenggak obat tersebut.

"Ya...sudah mbak istirahat saja," ucap Naura.

"Ayo, mas." Naura menarik tangan ku.

Sesampai di kamar, Naura masuk ke kamar mandi, dia mengganti pakaian seperti nya. Aku gusar, rencana ingin bercinta panas sirna.

Tidak lama kemudian, Naura keluar menggunakan sebuah gaun tidur, tidak biasa. Dia terlihat sangat seksi.

Aku yang sudah dipenuhi hawa nafsu, semakin terangsang melihat istri cantiku mengenakan baju itu.

Tidak lama kemudian Naura berjalan ke ranjang, duduk di sampingku. Dia menatapku bingung.

"Kenapa mas?" Tanya Naura.

Aku mendekat, meraba bibir Naura, lama sekali tidak seperti ini.

"Mas, pengen," ucapku memberikan kode.

Naura tersenyum manis, senyum yang jarang sekali kulihat.

"Mas, mau aku layani?" Tanya Naura sensual. Hasrat ku semakin bergejolak.

Naura berpaling sebentar, niat minum sesaat. Mataku terbelalak sempurna.

"Jangan diminum!" aku berteriak panik.

"Kenapa?" Tanya Naura bingung.

Tidak mungkin aku katakan aku menaruh obat tidur. Karna aku diam saja, Naura tetap meminum nya. Setelah meminum nya. Naura sempat mencium bibirku dengan brutal, menempelkan tubuh nya kepadaku.

Aku sudah sangat di ujung tanduk gairah, namun beberapa detik kemudian, Naura tumbang. Dosis obat itu sangat tinggi. Aku mengacak rambut prustasi, tidak ada malam panas dengan siapapun, semua gagal total.

Keesokan pagi nya aku terbangun dengan kepala yang sedikit pusing akibat prustasi tidak bisa menyalurkan hasrat semalam. Aku mengerjapkan mata, samar-samar cahaya masuk kedalam retina. Ku lihat Naura sudah tidak ada di sampingku. Dia pasti sedang memasak.

Aku segera bangkit dari ranjang, berniat segera mandi, sebentar lagi aku harus kembali ke kantor. Setelah mandi, aku segera bersiap dan turun ke bawah, ke ruang makan. Disana sudah ada Naura yang baru selesai menyajikan makanan untuk sarapan.

Naura melirik ku sekilas, lalu kembali melanjutkan kegiatan menyusun piring di meja makan.

"Mau makan apa, mas?" Naura mengambil sebuah piring, di depan ku ada ayam goreng dan oseng hati, dan ada beberapa sayuran.

"Ayam sama oseng hati," jawabku. Lalu beberapa saat kemudian aku teringat istri keduaku, dimana dia?

"Intan berangkat tadi pagi, kata nya mau mencari pekerjaan," jawab Naura, seolah bisa membaca pikiranku.

Intan mencari pekerjaan? Apakah dia sudah sembuh? Kenapa dia tidak menghubungiku, mengirim pesan atau apapun itu.

"Intan sudah makan?" tanyaku spontan. Naura berhenti sejenak memasukan lauk ke piringku.

Apa ada yang salah dengan pertanyaanku?

"Sebegitu pentingnya?" Tanya Naura dingin, tidak pernah dia sedingin ini.

"Kan dia tamu kita, sudah seharus nya menjamu dengan baik." jawabku beralasan.

Meskipun beberapa detik kemudian aku merutuki kebodohanku, bertanya Intan sudah makan apa belum.

Naura melanjutkan memasukan lauk, meletakan piring di depan ku dengan sedikit kasar, hingga berbunyi.

"Naura mau bangunin Layla," ucap Naura dingin, lalu berlalu begitu saja.

Aku diam saja, tidak menahan, Naura memang tidak bisa membuat suami betah mengobrol lama dengan nya. Selalu saja dia acuh tak acuh. Tidak salah jika aku sampai berpindah ke lain hati.

Aku merogoh saku, mengambil ponsel, memastikan apakah Intan ada mengirimkan pesan. Namun nihil, tidak ada. Lalu aku inisiatif mengirimkan pesan terebih dahulu.

[sayang, kamu kenapa gak kabarin mas berangkat?]

Aku segera memasukan ponsel ke saku, dan bergegas melanjutkan makan. Setelah itu segera berangkat menuju kantor tanpa berpamitan dengan Naura.

Sesampai aku di kantor, aku kaget ketika memasuki ruangan, ada Intan di sofa, menatapku dengan tatapan tidak suka. Pasti dia marah.

Sebenarnya aku sudah memperingati Intan untuk datang ke kantor, aku takut karyawan ku akan menaruh curiga kepada Intan. Tapi biarlah itu akan aku pikirkan nanti. Aku berjalan menuju sofa, meletakan tas kerja di atas nakas.

Aku segera memeluk istri ku itu dengan erat.

"Kenapa disini? Gak kabarin mas?"

"Emang kenapa? Aku gaboleh kesini? Karna aku istri simpanan?" Jawab Intan emosi.

"Enggak sayang, mas khawatir kamu gak ada kabar," jawabku lemah lembut.

"Mas, tadi malam pasti bermesraan dengan Naura!" Ucap Intan merajuk, bibir nya manyun, semakin seksi.

Aku menggeleng cepat. "Enggak, mas kan lagi bergairah sama kamu, tapi malah gagal, padahal mas sudah gak tahan," ucapku, dengan harapan dia tidak marah lagi.

"Masa?" Tanya Intan tidak percaya.

"Iya sayang, mas tadi malam pengen banget," ucapku tertahan, mata ku gagal fokus ke buah dada sintal istriku itu.

Intan mencekik ku perlahan, penuh kelembutan, membuatku semakin terangsang. Dia juga menempelkan buah dada nya ke dada bidangku.

"Mas mau di layani? Istri mas ini siap pasrah untuk mas," ucap Intan tepat di samping telingaku.

Ah, aku sudah tidak kuat lagi. Segera aku membekap bibir nya itu, melumat bibir seksi nya penuh gairah.

Aku menanggal pakaian Intan, sudah hampir setengah tubuh nya terlihat polos tanpa benang. Aku segera melanjutkan aksi ku, akhir nya gairah yang sedari tadi malam membuncah tersalurkan. Sofa ini menjadi saksi bisu permainan panas kami.

Hampir berada di titik puncak, aku kaget bukan kepalang ketika ku dengar pintu ku di ketuk.

TOK..TOK...TOK

Aku dan intan serentak melihat ke arah pintu, aku tetap melanjutkan kegiatan ku, namun pintu di ketuk semakin menggebu.

TOk..TOK..TOK

"Ayah!" teriak Layla dari luar sana, tercekat bukan main.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Ulang Tahun Ayah”

    Aku berkutat di atas meja kerja pagi ini, menyelesaikan pekerjaan demi pekerjaan yang kian menumpuk karna beberapa hari terbengkalai. Aku mengerutkan dahi bingung sesekali, menghela nafas gusar. Aku tidak memiliki banyak waktu hari ini, bahkan untuk menengok Intan saja tidak sempat. Aku hari ini ulang tahun, sebenarnya itu bukan hal penting untukku, tapi Naura tadi berpesan dengan wajah datarnya tadi memintaku pulang lebih awal karna mereka akan merayakan nya bertiga, dengan Layla. Setengah jam lagi aku akan pulang. Aku menghela nafas gusar, mengabari Intan perihal perayaan ulang tahun ini, jika tidak dia akan marah jika aku tidak memberitahunya.[mas hari ini rayakan ulang tahun dengan Naura dan Layla]Setelah mengirimkan pesan itu, aku mengambil kopi yang sudah dingin, menyeruputnya dengan perlahan. Tidak lama kemudian balasan dari Intan masuk, cepat sekali.[romantis nya, keluarga bahagia]Terbaca sarkas dan cemburu, tapi yasudahlah. Tidak terasa jam pulang, aku segera pulang. Meni

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Apakah Naura mengetahuinya?”

    Setelah menenangkan Layla aku segera menghampiri Naura yang ada di dapur.“Kamu tidur dimana semalam mas?” tanya Naura tiba-tiba. Matanya sembab, kenapa dia menangis?“Maafkan aku, Naura. Aku tertidur di kantor,” jawabku, mencoba terdengar setenang mungkin.Naura menatapku tajam, matanya menunjukkan keraguan. “Di kantor? Tapi Pak Junaidi bilang kamu gak ada di rombongan kemarin.”Aku terdiam sejenak, otakku berusaha mencari jawaban yang masuk akal. “Aku… ada keperluan mendadak di luar kantor. Makanya aku gak ikut rombongan.”Naura menghela napas panjang, tampak semakin curiga. “Keperluan mendadak apa, mas? Kenapa kamu gak bilang sama aku?”“Aku gak mau kamu khawatir. Lagipula, aku pikir aku bisa menyelesaikannya dengan cepat dan pulang tepat waktu, tapi ternyata terlambat.”Naura menggeleng pelan, air mata mulai menggenang di matanya. “Aku sudah capek dengan semua alasanmu, mas. Layla juga capek. Kami butuh kamu di sini, tapi kamu selalu ada alasan untuk tidak hadir.”Aku merasa bersa

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Semua diluar rencana”

    Aku memijat pelipisku yang sedikit sakit. Setelah kejadian semalam aku langsung tertidur pulas, harusnya aku pulang tadi malam. Aku melihat disampingku Intan yang juga tengah tertidur, kelelahan.Tanganku bergerak mengambil ponsel di atas nakas. Ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari Naura dan beberapa pesan.[mas, pulang jam berapa?][mas, kamu dimana? Jangan lupa besok ada acara loh disekolah Layla, pentas seni, kamu sudah janji bakal datang][mas, kamu gak jadi pulang malam ini?][mas, kata pak junaidi kamu gak ada di rombongan]Aku terduduk kaget, aku melupakan tentang pentas seni itu. Layla pasti akan marah. Aku melihat jam di dinding, menunjukan pukul tujuh pagi, masih ada waktu sekitar satu jam setengah. Aku bergegas mandi, membersihkan diriku. Sambil memikirkan alasan apa yang akan aku pakai. Setelah mandi aku melihat Intan sudah bangun dari tidur nya. Dia tersenyum kepadaku."Mas mau kemana?" tanya nya. Dia mengucek matanya, menetralisirkan pandangan."Mas pulang dulu ya?

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Bercinta Dengan Bu Dokter”

    Setiba di apartemen, kami segera beristirahat. Namun, ponselku berdering, menunda aktivitasku. Aku melihat sebuah panggilan video masuk dari Layla. Dengan panik, aku berdiri dan keluar dari kamar, memberikan kode terlebih dahulu kepada Intan."Ayah!" panggil Layla ketika aku mengangkat panggilan itu."Ayah, itu di mana?" tanya Layla polos.Aku tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba menyerang. "Ayah lagi di tempat kerja, sayang. Ada yang ingin Layla ceritakan?""Ayah kapan pulang?Bunda bilang ayah lagi sibuk," kata Layla dengan nada sedikit kecewa.Hatiku mencelos mendengar pertanyaan itu. "Ayah akan pulang secepatnya, Layla. Ayah janji."Setelah beberapa menit berbicara dengan Layla dan memastikan dia baik-baik saja, aku menutup panggilan. Kepalaku penuh dengan perasaan bersalah dan kebingungan. Intan mendekat, menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan."Kamu tidak perlu pulang secepat itu," katanya dengan nada cemburu yang terselubung. "Mereka bisa menunggu.

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Ayah, itu dimana?” tanya Layla polos.

    Intan terbangun pada pagi yang cerah dengan perasaan mual yang mengganggu. Dia berusaha duduk tegak di atas tempat tidur, mencoba meredakan rasa mualnya.Aku yang sedang tertidur di sampingnya terbangun oleh gerakannya. "Ada apa, sayang?" tanyaku, khawatir melihat ekspresi wajahnya yang tidak enak.Intan menatapku dengan ekspresi campuran antara bahagia dan khawatir. "Aku rasa... Aku rasa mual pagi ini," ucapnya perlahan."Pakaiannya aku beli kemarin, coba lihat apakah ukurannya pas," ujarku sambil memberikan paket kecil yang berisi pakaian yang kupilih untuknya kemarin.Intan membuka paket itu dan melihat dengan penuh harap. "Oh, terima kasih, Mas. Aku akan mencobanya."Dia bangkit perlahan dan pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya saat dia kembali ke kamar dengan pakaian baru yang pas dan nyaman."Mungkin kita harus pergi ke dokter hari ini, untuk memastikan semuanya baik-baik saja," kataku, mencoba menenangkan hatinya

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Malam panas bersama bu polisi”

    Setelah tiba di apartemen, aku segera menuju kamar Intan, berkali-kali memencet bel namun tidak juga ada yang membukakan pintu.Hingga terdengar suara serak laki-laki dari dalam sana. Tidak lama kemudian, laki-laki itu keluar dan membukakan pintu."Cari siapa, Mas?" dia bertanya. Aku sudah emosi, siapa dia?"Lo siapa?" aku berteriak marah, karena tidak mengenal laki-laki di depanku ini.Laki-laki itu terlihat bingung, tetapi tetap tenang. "Maaf, Mas. Saya tukang servis AC. Mbak Intan yang memanggil saya untuk memperbaiki AC-nya yang rusak."Aku tertegun sejenak, merasa malu dengan kemarahanku yang tidak pada tempatnya. "Oh, maaf. Saya tidak tahu," kataku, merasa bersalah."Tak apa, Mas. Silakan masuk. Mbak Intan ada di dalam," katanya sambil memberi jalan.Aku masuk ke dalam dan melihat Intan yang sedang berdiri di ruang tamu, tersenyum melihat kebingunganku."Sudah bertemu dengan Pak Anton, tukang servis AC?" tanya Intan dengan senyum menggoda.Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status