/ Rumah Tangga / Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan / “Hari Sial Tidak Ada Di Kalender”

공유

“Hari Sial Tidak Ada Di Kalender”

작가: Nadifrnsa
last update 최신 업데이트: 2024-05-27 13:38:17

"Kalian sudah berapa lama?" tanya Naura tanpa menatap kami.

"Kalian?" tanyaku memastikan.

"Iya, kamu dan Intan." jawab Naura datar.

"Kami tidak ada hubungan apa-apa, Mbak," jawab Intan gugup, wajahnya terlihat cukup pucat.

Naura tertawa, seperti tawa yang dipaksakan.

"Iya, kalian sudah berapa lama mengenal? Kenapa jadi ke mana-mana jawabannya."

Beberapa saat aku merutuki kebodohan jawaban Intan. Kami malah terlihat seperti ada apa-apa jika seperti ini. Aku juga bisa melihat Intan semakin gugup dibuatnya.

"Kami tidak terlalu kenal sebelumnya. Mas cuma mengenal kakak Intan, baru kali ini saja cukup banyak mengobrol. Biasanya setiap Mas ke rumah kakaknya, Intan di dalam kamar saja," aku menjelaskan dengan santai, agar terlihat tidak mencurigakan.

Naura mengangguk-angguk saja.

"Naura kira sudah lama mengenal, karena kalian terlihat begitu tahu satu sama lain," jawab Naura ceplas-ceplos.

Intan menggeleng cepat, gelengan yang patah-patah dan terkesan aneh.

"Tidak, Mbak, kami tidak begitu akrab," Intan menimpali.

Setelah selesai makan-makan, kami semua kembali ke kamar masing-masing. Sekarang aku sedang melihat Naura menyiapkan pakaian yang akan dia bawa menginap. Ternyata mereka berangkat hari ini.

Sebenarnya, rumah mertuaku masih satu kota, hanya beda daerah saja. Hanya memerlukan waktu kurang lebih dua puluh menit untuk tiba di sana.

"Kamu yakin tidak mau Mas antar?" aku bertanya untuk kesekian kalinya, memastikan.

Naura menggeleng tegas.

"Tidak usah, Mas, Naura bisa sendiri."

Setelah selesai menyiapkan baju dan perintilan yang akan dibawa, Naura berpamitan, begitu juga dengan Layla. Layla terlihat senang sekali karena akan bertemu neneknya.

Aku menatap mobil yang semakin hilang dari pandangan, lalu kembali masuk ke dalam rumah. Aku mendapati Intan tengah duduk di sofa sembari menonton televisi. Dia menggunakan baju rumahan yang cukup seksi.

"Mas, kamu sudah janji ajak aku jalan-jalan!"

Aku terkekeh sebentar melihat wajah cemberutnya, "Mau ke mana memang, Sayang?"

"Aku mau ke mal, mau beli baju. Baju Intan sudah jelek," jawab Intan, sembari memanyunkan bibirnya. Jurus andalan membuatku gemas bukan kepalang.

"Yasudah, ayo kita ke mal."

Intan tersenyum sumringah, sangat girang. Dia segera berlari ke kamar untuk berganti baju. Setelah beres kami segera berangkat. Intan sangat cantik menggunakan bajunya yang berwarna merah. Jarak antara rumah dan mal tidak jauh, hanya memerlukan waktu kurang lebih dua puluh menit.

Setiba di pusat perbelanjaan itu mereka langsung memasuki sebuah toko yang menjual aneka ragam pakaian dalam wanita.

Intan membeli beberapa yang menurutnya aku akan suka. Intan sangat memikirkan kesenanganku, sangat berbeda dengan Naura.

"Kalau motif macan seperti ini kamu suka tidak, Mas?"

Aku menatap pakaian dalam bermotif macan itu, seketika fantasi nakal berkeliaran di kepala. Membayangkan betapa cantiknya Intan menggunakannya.

"Bungkus, Sayang!" jawabku semangat. Intan terkekeh sebentar.

Selesai berburu pakaian dalam, kami memasuki toko selanjutnya. Toko yang menjual tas-tas wanita. Bisa aku lihat wajah senang Intan.

"Mas, aku boleh ambil berapa tas?" bisik Intan hati-hati.

Aku tertawa pelan, "Kamu mau berapa?" tanyaku sedikit menggoda.

"Berapa saja deh."

"Ambil sepuas kamu, Sayang, yang penting kamu bahagia," aku menjawab dengan penuh keyakinan.

Bisa aku lihat lagi-lagi senyum yang mengembang di wajah Intan tidak bisa ditutupi. Dia sangat bahagia hari ini.

Intan memilih dua buah tas dengan harga yang cukup mahal, tapi tidak mengapa, yang penting istriku bahagia. Setelah melakukan pembayaran, kami beranjak ke toko selanjutnya. Toko yang menjual baju-baju wanita.

Intan asyik memilih baju-baju, sudah ada beberapa yang dia masukkan ke dalam keranjang. Aku duduk saja di sebuah sofa di dalam toko itu, sambil memperhatikan Intan dari kejauhan.

Ponselku berdering, sebuah pesan masuk.

[Aku sudah sampai di rumah ibu, Mas]

Pesan dari Naura. Aku memilih untuk tidak membalasnya. Tidak begitu penting, yang penting dia sudah sampai di sana dengan selamat. Aku lihat dari kejauhan Intan berjalan ke arahku. Sepertinya dia sudah selesai dengan belanjaannya.

"Sudah, Mas, waktunya kamu bayar," ucap Intan sambil tersenyum.

"Mau tidak ya Mas bayar?" aku menjawab sambil seolah terlihat berpikir.

Intan mencubit aku pelan, "Kalau kamu tidak mau bayar, aku nanti ditahan di sini. Kamu mau?"

Aku terkekeh ringan, lalu segera beranjak menuju kasir, menggesek kartu debit untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa puluh juta yang aku keluarkan untuk Intan hari ini.

Yang terpenting bagiku adalah kebahagiaannya. Kami segera keluar dari toko, berniat mencari makan terlebih dahulu baru melanjutkan aktivitas berburu lagi.

Kami berjalan beriringan, sambil menautkan tangan. Tanganku sibuk dengan semua paper bag milik Intan.

"Zain!" seseorang memanggil namaku dari belakang, aku dan Intan refleks menengok.

Jantungku lagi-lagi rasanya berhenti. Wanita yang di depan ku saat ini adalah Mika, sahabat karibnya Naura. Bisa-bisanya kami bertemu di saat seperti ini.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Ulang Tahun Ayah”

    Aku berkutat di atas meja kerja pagi ini, menyelesaikan pekerjaan demi pekerjaan yang kian menumpuk karna beberapa hari terbengkalai. Aku mengerutkan dahi bingung sesekali, menghela nafas gusar. Aku tidak memiliki banyak waktu hari ini, bahkan untuk menengok Intan saja tidak sempat. Aku hari ini ulang tahun, sebenarnya itu bukan hal penting untukku, tapi Naura tadi berpesan dengan wajah datarnya tadi memintaku pulang lebih awal karna mereka akan merayakan nya bertiga, dengan Layla. Setengah jam lagi aku akan pulang. Aku menghela nafas gusar, mengabari Intan perihal perayaan ulang tahun ini, jika tidak dia akan marah jika aku tidak memberitahunya.[mas hari ini rayakan ulang tahun dengan Naura dan Layla]Setelah mengirimkan pesan itu, aku mengambil kopi yang sudah dingin, menyeruputnya dengan perlahan. Tidak lama kemudian balasan dari Intan masuk, cepat sekali.[romantis nya, keluarga bahagia]Terbaca sarkas dan cemburu, tapi yasudahlah. Tidak terasa jam pulang, aku segera pulang. Meni

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Apakah Naura mengetahuinya?”

    Setelah menenangkan Layla aku segera menghampiri Naura yang ada di dapur.“Kamu tidur dimana semalam mas?” tanya Naura tiba-tiba. Matanya sembab, kenapa dia menangis?“Maafkan aku, Naura. Aku tertidur di kantor,” jawabku, mencoba terdengar setenang mungkin.Naura menatapku tajam, matanya menunjukkan keraguan. “Di kantor? Tapi Pak Junaidi bilang kamu gak ada di rombongan kemarin.”Aku terdiam sejenak, otakku berusaha mencari jawaban yang masuk akal. “Aku… ada keperluan mendadak di luar kantor. Makanya aku gak ikut rombongan.”Naura menghela napas panjang, tampak semakin curiga. “Keperluan mendadak apa, mas? Kenapa kamu gak bilang sama aku?”“Aku gak mau kamu khawatir. Lagipula, aku pikir aku bisa menyelesaikannya dengan cepat dan pulang tepat waktu, tapi ternyata terlambat.”Naura menggeleng pelan, air mata mulai menggenang di matanya. “Aku sudah capek dengan semua alasanmu, mas. Layla juga capek. Kami butuh kamu di sini, tapi kamu selalu ada alasan untuk tidak hadir.”Aku merasa bersa

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Semua diluar rencana”

    Aku memijat pelipisku yang sedikit sakit. Setelah kejadian semalam aku langsung tertidur pulas, harusnya aku pulang tadi malam. Aku melihat disampingku Intan yang juga tengah tertidur, kelelahan.Tanganku bergerak mengambil ponsel di atas nakas. Ada sepuluh panggilan tidak terjawab dari Naura dan beberapa pesan.[mas, pulang jam berapa?][mas, kamu dimana? Jangan lupa besok ada acara loh disekolah Layla, pentas seni, kamu sudah janji bakal datang][mas, kamu gak jadi pulang malam ini?][mas, kata pak junaidi kamu gak ada di rombongan]Aku terduduk kaget, aku melupakan tentang pentas seni itu. Layla pasti akan marah. Aku melihat jam di dinding, menunjukan pukul tujuh pagi, masih ada waktu sekitar satu jam setengah. Aku bergegas mandi, membersihkan diriku. Sambil memikirkan alasan apa yang akan aku pakai. Setelah mandi aku melihat Intan sudah bangun dari tidur nya. Dia tersenyum kepadaku."Mas mau kemana?" tanya nya. Dia mengucek matanya, menetralisirkan pandangan."Mas pulang dulu ya?

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Bercinta Dengan Bu Dokter”

    Setiba di apartemen, kami segera beristirahat. Namun, ponselku berdering, menunda aktivitasku. Aku melihat sebuah panggilan video masuk dari Layla. Dengan panik, aku berdiri dan keluar dari kamar, memberikan kode terlebih dahulu kepada Intan."Ayah!" panggil Layla ketika aku mengangkat panggilan itu."Ayah, itu di mana?" tanya Layla polos.Aku tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupan yang tiba-tiba menyerang. "Ayah lagi di tempat kerja, sayang. Ada yang ingin Layla ceritakan?""Ayah kapan pulang?Bunda bilang ayah lagi sibuk," kata Layla dengan nada sedikit kecewa.Hatiku mencelos mendengar pertanyaan itu. "Ayah akan pulang secepatnya, Layla. Ayah janji."Setelah beberapa menit berbicara dengan Layla dan memastikan dia baik-baik saja, aku menutup panggilan. Kepalaku penuh dengan perasaan bersalah dan kebingungan. Intan mendekat, menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan."Kamu tidak perlu pulang secepat itu," katanya dengan nada cemburu yang terselubung. "Mereka bisa menunggu.

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Ayah, itu dimana?” tanya Layla polos.

    Intan terbangun pada pagi yang cerah dengan perasaan mual yang mengganggu. Dia berusaha duduk tegak di atas tempat tidur, mencoba meredakan rasa mualnya.Aku yang sedang tertidur di sampingnya terbangun oleh gerakannya. "Ada apa, sayang?" tanyaku, khawatir melihat ekspresi wajahnya yang tidak enak.Intan menatapku dengan ekspresi campuran antara bahagia dan khawatir. "Aku rasa... Aku rasa mual pagi ini," ucapnya perlahan."Pakaiannya aku beli kemarin, coba lihat apakah ukurannya pas," ujarku sambil memberikan paket kecil yang berisi pakaian yang kupilih untuknya kemarin.Intan membuka paket itu dan melihat dengan penuh harap. "Oh, terima kasih, Mas. Aku akan mencobanya."Dia bangkit perlahan dan pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Aku bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya saat dia kembali ke kamar dengan pakaian baru yang pas dan nyaman."Mungkin kita harus pergi ke dokter hari ini, untuk memastikan semuanya baik-baik saja," kataku, mencoba menenangkan hatinya

  • Membuang Berlian Karena Terlena Pijatan   “Malam panas bersama bu polisi”

    Setelah tiba di apartemen, aku segera menuju kamar Intan, berkali-kali memencet bel namun tidak juga ada yang membukakan pintu.Hingga terdengar suara serak laki-laki dari dalam sana. Tidak lama kemudian, laki-laki itu keluar dan membukakan pintu."Cari siapa, Mas?" dia bertanya. Aku sudah emosi, siapa dia?"Lo siapa?" aku berteriak marah, karena tidak mengenal laki-laki di depanku ini.Laki-laki itu terlihat bingung, tetapi tetap tenang. "Maaf, Mas. Saya tukang servis AC. Mbak Intan yang memanggil saya untuk memperbaiki AC-nya yang rusak."Aku tertegun sejenak, merasa malu dengan kemarahanku yang tidak pada tempatnya. "Oh, maaf. Saya tidak tahu," kataku, merasa bersalah."Tak apa, Mas. Silakan masuk. Mbak Intan ada di dalam," katanya sambil memberi jalan.Aku masuk ke dalam dan melihat Intan yang sedang berdiri di ruang tamu, tersenyum melihat kebingunganku."Sudah bertemu dengan Pak Anton, tukang servis AC?" tanya Intan dengan senyum menggoda.Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status