Holla MyRe, hari ini kita 2 bab dulu yah. Semoga suka dan selamat membaca. Karena umur novel kita ini perkiraan tinggal 2 bulan lagi, maka CaCi akan mempercepat ceritanya yah. Mungkin besok atau lusa kita akan memasuki musim baru. Siapa nih MyRe yang tidak sabar memasuki musim baru? Dan kira-kira kisah siapa yah akan ada di musim baru? Sehat selalu buat MyRe. Semangat! IG:@deasta18
Raela mengedikkan pundak secara santai. "Nek, aku sudah menikah loh dan tidak mungkin aku menemui mantanku. Apalagi saat ini suamiku sedang kerja. Walaupun semisal aku izin pada suamiku untuk menemui cucumu yang notabene-nya adalah mantanku, tetap saja pasti suamiku kepikiran. Dan bagaimana jika karena hal itu suamiku jadi over thinking padaku? Bagaimana jika karena hal itu, pekerjaannya jadi tak beres? Daripada aku memberikan kepedulianku pada cucumu, yah jelas dong aku lebih milih peduli pada suamiku sendiri.""Benar juga. Kalau adik ini kenemui mantannya, suaminya pasti akan kecewa padanya," ucap seorang laki-laki, mendukung dan setuju pada perkataan Raela. Yang lainnya menganggukkan kepala, paham dan setuju pada Raela. "Si cewek juga benar. Kondisi mantannya bukan urusannya, tetapi urusan keluarga nenek ini.""Udah, Dek. Pulang saja, tak usah ikut dengan nenek ini. Benar katamu, kamu tidak ada sangkut pautnya lagi dengan mantan kamu. Dan … mending fokus ke suami sendiri," ucap s
"Raela, akhirnya kamu datang." Raela senyum tipis pada perempuan tua tersebut, tak lain adalah nenek Morgan. Perempuan tua ini meminta mereka agar bertemu dan Raela setuju. Akan tetapi dia tak datang sendiri, dia ditemani oleh Sheena. "Apa yang ingin Nenek bicarakan denganku?" tanya Raela to the point. "Begini, Morgan sudah satu minggu lebih dirawat di rumah sakit, dan tiga hari yang lalu dia sadar. Namun, dia menolak makan dan menolak diperiksa oleh dokter. Kondisinya yang lumpuh membuatnya syok dan bersedih, Nak," curhat Sindi, nenek Morgan. "Jadi hubungannya denganku apa, Nek?" tanya Raela kembali. "Kamu perempuan yang Morgan cintai, Nak. Dan Nenek yakin sekali jika kamu menemui Morgan dan membujuknya untuk makan, Morgan pasti mau," ucap Sindi dengan nada pelan, terkesan memohon supaya Raela bersedia ikut ke rumah sakit dengannya. "Mohon maaf sebelumnya, Nenek, tapi aku dan cucu anda sudah tidak punya hubungan lagi. Kami sudah putus, dan semisal dia tidak mau makan atau apapu
"Baju apa ini?" gumam Raela, di mana saat ini dia dalam kamar dan sedang mengamati sebuah dress tidur yang ada di atas ranjang. Setelah Harvey menyuruhnya ke kamar, Raela langsung mandi dan sekarang berniat berpakaian. Harvey bilang dia harus mengenakan baju yang telah pria itu siapkan. Sepertinya dress yang ia temukan di atas ranjang adalah baju yang Harvey siapkan untuknya. Namun, kenapa bajunya sangat seksi? "I-ini kah yang dia mau aku pakai?" Raela terus mengamati dress tidur tersebut secara teliti dan lekat. Mulutnya langsung menganga saat mencocokkan dress itu ke tubuhnya.God! Panjang dress ini saja hanya menutupi pangkal paha. Jika dia mengenakan dress ini kemudian dia menunduk, pasti bokong seksinya akan terlihat. "Dia ingin aku pakai dress begini? Sumpah?" Lagi-lagi Raela bertanya-tanya. Selain ngeri pada dress yang seksi dan pendek, dia juga bingung pada suaminya. Pria itu pernah menegurnya karena mengenakan crop top ke kampus, padahal Raela mengenakan jas almamater. A
"Wuuu … giliran Raela menikah dengan yang lebih kaya, dia nggak terima. Tapi pas Raela dihina sama orang tuanya, dia hanya diam dan menonton. Dasar laki-laki bejat yang tak tahu malu!" teriak Asri dari tempatnya, disusul oleh para pembeli yang ikut meneriaki Morgan. "Ada yah pria yang tidak tahu malu seperti dia." "Wuuuuh …." "Malu dong!" Morgan menatap satu persatu orang-orang di sana, kemudian menatap Raela dengan tajam–membuat orang tuanya reflek memeluk Raela, takut Morgan melakukan hal kasar pada Raela. "Aku pastikan kamu menjadi milikku, Raela. Jangan lupa, keluarga ku Narendra!" dingin Morgan dengan nada penuh ancaman. "Cih." Raela berdecih sinis, membuang muka karena malas menatap Morgan. Morgan mengepalkan tangan lalu setelah itu dia beranjak dari sana dengan raut muka marah dan kesal setengah mati. Orang tua Raela langsung meminta maaf pada pembeli karena kekacauan yang terjadi, setelah itu mereka kembali berjualan. Sedangkan Raela, memilih membantu orang
Bug' "Argk …." Morgan meringis, menatap terkejut ke arah Raela. Bagaimana tidak? Perempuan ini selalu baik padanya, tetapi hari ini Raela memukulnya dengan kursi. "Aku membelamu orang tua jahat ini, Raela. A-aku ingin menyelamatkanmu--" Plak' Raela langsung menampar pipi Morgan, menatap marah dan benci pada pria ini. "Nggak usah sok tahu dan stop sok peduli. Di saat orang tuamu menghinaku di depan banyak orang, kamu cuma diam kan. Oh, bukan diam sih, lebih tepatnya tunangan dengan tenang." "I-itu karena a-aku diancam oleh orang tuaku," ucap Morgan dengan nada gugup, menatap Raela dengan ekspresi cemas. "Jadi-- orang tua siapa yang brengsek? Kamu kan?! Trus kenapa kamu datang ke sini, ngerusuh dan sok merasa tersakiti? Seharusnya kamu temui orang tuamu, maki-maki mereka. Bukan datang ke sini malah menuduh orang tuaku melakukan hal yang bukan-bukan," marah Raela, membentak Morgan di akhir kalimat. Harusnya dia datang ke sini untuk berbagi kebahagiaan karena dia telah dinyatak
Raela sangat senang karena hari ini dibawa jalan-jalan oleh Harvey. Mereka tak berdua saja, ada Sheena, Axel dan juga Xenon. Sekarang Raela dan Harvey hanya berdua, saat ini mereka dalam perjalanan menuju rumah Harvey. Seperti yang Raela katakan, dia dan suaminya akan tinggal berdua. Akhirnya mereka sampai ke depan sebuah bagunan besar, membuat Raela meneguk saliva secara kasar. Rumah ini sangat besar untuk dia dan Harvey tinggali. "Suami, kita akan tinggal di sini?" tanya Raela dengan nada ragu, menatap bangunan besar tersebut dengan ekspresi ngeri-ngeri sedap. "Humm." Harvey berdehem singkat, menggenggam tangan Raela–membawa istrinya untuk masuk ke dalam rumah. "Kau tak suka?" tanya Harvey, saat mereka akan masuk dalam rumah. Raela mengerjap beberapa kali, "siapa yang akan membersihkannya? Kalau rumah sebesar ini, aku tidak akan sanggup setiap hari membersihkannya." "Jangan khawatir, aku tidak akan mengizinkanmu menyentuh alat pembersih rumah," ucap Harvey dengan nada data