Home / Romansa / Membuatmu Menjadi Milikku / 14. Ruangan Terlarang

Share

14. Ruangan Terlarang

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2025-06-04 21:30:42

"Anda sangat perhatian. Sekali lagi terima kasih, Tuan," ucap Alice, sekretaris Zeeshan yang ikut makan malam bersama.

Nindi menatap sejenak pada perempuan itu, dalam hati dia meringis dan kecewa. Sungguh Zeeshan menyuruhnya memasak semua menu di sini hanya untuk menyenangkan sekretarisnya?

'Cinta ditolak memanglah menyakitkan. Tapi mantan Crush menyuruh masak untuk wanita lain, ternyata itu jauh lebih menyakitkan. Bon Cabe monyet!' batin Nindi, berupaya tetap tenang walau hatinya sakit dan ngilu.

"Seingatku semua makanan di atas meja ini, tak pernah dimasak oleh chef di rumah ini," ucap Zeeshan dengan datar, menoleh pelan ke arah sekretarisnya, "jadi kau mencoba ini di mana sehingga semua makanan ini bisa menjadi makanan favoritmu?"

"Ah yah, Tuan benar." Oliver membernarkan ucapan Zeeshan, "setiap kali kau ke negara ini, kau tinggal di sini dan otomatis hanya makan di rumah ini. Dan … kenapa semua makanan ini menjadi makanan favorit, Alice, sedangkan chef di sini saja tak pernah memasaknya."

"Ta-tapi … aku pernah mencobanya di rumah ini. Tak mungkin aku salah," ucap Alice, kembali menatap makanan di atas meja dengan ekspresi bingung dan teliti.

Dia bingung karena merasa pernah memakan makanan yang ada di atas meja, melihat secara teliti pun dia yakin kalau makanan yang ada di atas meja ini-- adalah makanan favoritnya di negara ini.

"Semua makanan yang ada di atas meja ini adalah makanan yang dilarang oleh Tuan untuk dihidangkan atau ada di rumah ini, Alice. Jadi tak mungkin maid dan chef berani memasaknya," lanjut Oliver, mengundang tawa kecil dari Zeeshan. Oliver juga tertawa kecil, merasa jika Alice terlalu lucu dan konyol.

"O-oh." Alice ber oh ria, meringis dan merasa malu hingga ke akar-akarnya. Mungkin dia memang salah mengenali makanan ini. "Aku mungkin salah mengenali, Tuan. Makanan di negara ini banyak yang memiliki visual yang mirip."

Ucapan Alice tersebut kembali mengundang tawa kecil Zeeshan dan Oliver.

Di sisi lain, Nindi makan dengan tenang. Namun, percayalah dalam hati dia sangat sedih dan kesal luar biasa. 'Akhirnya seorang Zeeshan tertawa, dan itu karena siapa? Yah, sekretaris kesayangannya. Kupikir dia tak bisa tertawa karena sikapnya yang terlalu dingin. Ternyata-- itu karena bukan aku alasannya untuk tertawa. C-e ce tambah m b-u bu r-u ru,' Nindi mengeja dalam batin, 'Zeeshan monyet!' sambungnya lagi dalam hati.

Wajahnya boleh terlihat tenang, dan caranya makannya boleh tetap anggun. Namun, siapa mengira hatinya hancur lebur karena mendengar suaminya tertawa karena perempuan lain.

Hingga tiba-tiba saja sepotong daging berwarna coklat akibat bumbu yang menyerap ke dalam, diletakkan ke atas piring Nindi. Hal tersebut membuat Nindi mendongak, menatap ke arah Zeeshan–orang yang meletakkan daging tersebut ke atas piringnya.

"Apaan ini?" ucap Nindi, terlalu gugup serta cukup terkejut karena Zeeshan meletakkan daging ke atas piringnya.

Bukankah itu terlihat seperti Zeeshan sedang menunjukkan perhatian padanya? Tapi tak mungkin!

"Aku tidak suka daging yah," lanjut Nindi, mengambil daging tersebut dengan garpu lalu berniat mengembalikannya.

Namun, tangannya ditahan oleh Zeeshan. "Makan lah," perintah Zeeshan.

Nindi mengamati Zeeshan secara lekat kemudian menatap daging yang menancap di garpu. Setelah itu dia kembali meletakkan daging tersebut di atas piring, menatap nanar daging tersebut karena perasaan tak enak serta sedih.

'Ah iya. Aku hampir saja lupa kalau aku sedang mengandung anaknya. Pasti aku disuruh makan daging karena aku sedang hamil. Dia sangat menjaga anak ini.' batin Nindi, kembali makan akan tetapi sama sekali tak menyentuh daging tersebut.

Entah kenapa dia dongkol, sedih, dan kesal. Bahkan rasa kesalnya sampai pada bayi di perutnya.

Jika bukan karena malam itu, dia tidak akan terjebak dengan pria ini dan dia juga tak akan mengandung anak Zeeshan.

"Kau sangat suka daging, lalu kenapa kau tidak menyentuhnya?" ucap Zeeshan tiba-tiba, menarik piring Nindi sehingga membuat perempuan itu mendongak dan menatap ke arahnya.

Raut muka Nindi bercampur aduk, merasa aneh dan bingung secara bersamaan. Dia suka daging?! Yah, itu benar. Tapi kenapa Zeeshan tahu?

"Aku akan menyuapimu," ucap Zeeshan kemudian, seketika membuat Nindi panik.

Nindi reflek melambaikan tangan pada Zeeshan. Wajahnya tegang dan matanya membulat lebar.

"Hei hei hei … tidak usah. Aku sudah besar pun," jawab Nindi, panik karena Zeeshan mau menyuapinya.

"Buka mulut mulutmu," titah Zeeshan, sama sekali tak peduli dengan penolakan istrinya yang enggan disuap olehnya.

"Aku tidak mau, Mas Ze. Aku bisa makan sendiri," jawab Nindi malu.

Ya ampun! Dia sudah sebesar ini akan tetapi makan masih disuapin? Apa kata dunia?!

"Nindi Xaviera Azam!"

Namun, sekeras apapun dia menolak, tetapi dia kalah pada Zeeshan. Dengan hanya memanggil nama panjangnya, Nindi langsung patuh. Dia membuka mulut dan menerima suapan Zeeshan.

****

"Apa yang sedang anda lakukan di tempat ini?"

Nindi yang sedang bersantai sambil di sebuah ruangan santai, lantai dua, reflek menoleh ke arah seorang perempuan yang berdiri di ambang pintu ruangan.

Ruangan ini berbatas tembok kaca dan menghadap balkon yang juga dibatasi dengan tembok kaca, sehingga pemandangan di luar terlihat. Di tempat ini juga ada kolam yang tak luas tapi memanjang. Tempatnya di desain senyaman mungkin, diperuntukkan untuk menenangkan diri dan bersantai.

"Ruangan ini tempat Tuan Zeeshan menenangkan diri, dan tak ada seseorang pun yang boleh menginjakkan kaki di ruangan ini. Jadi, anda keluarlah sebelum Tuan marah padamu," ucap Alice, berkata dengan nada datar. Namun, tujuannya memang untuk menegur istri tuannya yang menurutnya lancang karena memasuki ruangan ini.

"Trus kamu ngapain di sini?" tanya Nindi balik pada perempuan itu, sepertinya perempuan itu benar-benar takut masuk ke ruangan ini karena sejak tadi dia hanya berdiri di ambang pintu.

"Tuan Zeeshan ingin memakai ruangan ini, dan aku datang untuk memastikan tak ada orang di sini. Tuan segera datang dan Tuan Zeeshan sangat tak suka diganggu, jadi segeralah pergi," ucap Alice.

Nindi bergegas bangkit, entah kenapa dia jadi takut. Padahal sebelumya dia sudah sering ke tempat ini dan seingatnya Zeeshan tak pernah marah. Seingatnya juga, Zeeshan sempat mengatakan kalau Nindi bebas melakukan apapun di rumah ini. Jadi seharusnya Nindi boleh ke ruangan ini. Karena hanya satu ruangan yang tak boleh Nindi masuki.

Namun, mendengar ucapan Alice, entah kenapa Nindi merinding disko. Astaga! Nindi sangat muak mendapat taburan bon cabe level 1000 dari sang suami. Hati mungilnya tak kuat.

Namun, mengingat sesuatu-- mengingat rencana yang ia pikirkan lima menit yang lalu, Nindi mengurungkan niat untuk pergi. Dia kembali duduk di tempatnya.

Yah, Nindi punya rencana supaya Zeeshan melepas dan menceraikannya. Dia berencana membuat Zeeshan muak serta ilfeel setengah mati padanya. Sepertinya, membuat Zeeshan marah besar, itu juga bagus.

"Tu-Tuan sudah datang. Cepat keluar!" pekik Alice, panik karena melihat tuannya sudah datang.

Namun, alih-alih keluar, dengan centil, Nindi malah mengibas rambut panjangnya.

Alice yang melihatnya cukup geram akan tetapi dia tak punya kesempatan untuk menegur lagi karena Zeeshan sudah tiba.

"Silahkan masuk, Tuan," ucap Alice, membungkuk hormat pada Zeeshan, "maaf, saya sudah menyuruh istri anda keluar tetapi dia tidak mau, Tuan."

"Lain kali jangan melarang Nindi masuk ke ruangan ini. Dia istriku dan dia berhak melakukan apapun di rumah ini," ucap Zeeshan dengan nada penuh peringatan, setelah itu masuk ke dalam dengan langkah panjang.

Alice hanya diam, menatap sejenak pada tuannya lalu segera beranjak dari sana dengan raut muka tegang.

Seingatnya, tuannya pernah bertengkar dengan kakaknya karena kakak tuannya masuk ke ruangan ini. Oleh sebab itu dia mengira Nindi pun tak boleh masuk. Namun, dia salah!

Di sisi lain, melihat Zeeshan masuk ke ruangan ini, entah kenapa jantung Nindi berdebar kencang. 'Menurut dari eksperisnya yang datar, sepertinya dia kesal. Pasti di akan memarahiku.' batin Nindi, begitu percaya diri kalau Zeeshan akan marah padanya.

Namun--

Pria itu tiba-tiba melepas baju sehingga menyisakan celana panjang. Lalu melompat ke kolam dengan begitu mulus.

"Dia melewatiku dan … berenang malam-malam? Apa jangan-jangan ini rahasia ketampanannya, berenang malam pada bulan purnama dan … tak ada yang boleh masuk ke ruangan ini. Fix, dia memang sedeng melakukan ritual tambah tampan," gumam Nindi pelan, pura-pura tetap membaca novel akan tetapi diam-diam mencuri pandang ke arah Zeeshan yangs sedang berenang.

Tiba-tiba Zeeshan menoleh ke arahnya, membuat jantung Nindi berdetak sangat kuat. Dia reflek membalik halaman novel, melotot pada novel dan berusaha membaca dengan serius. Kenyataannya, dia sedang gugup!

Plass'

Percikan air mengenai Nindi, akan tetapi Nindi mencoba tetap tenang. Awalnya dia mengira itu ketidak sengajaan jadi dia mencoba mengabaikan. Namun, untuk kedua kalinya dia menerima percikan air. Bahkan kali ini percikannya lebih parah, sangat terasa jika seseorang di dalam kolam sengaja melakukannya.

Nindi mendongak dan langsung menatap kesal ke arah Zeeshan. "Bukuku jadi basah, Mas," tegur Nindi pelan. 'Bego! Menye-menye banget aku! Maki, Nindi bodoh, maki. Jangan cuma bukuku basah, Mas. Orang seperti dakjal ini jangan dibaik-baikin. Langsung maki dengan kata-kata mutiara yang paten!' batin Nindi, mensugesti diri sendiri untuk memaki Zeeshan yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Untuk apa kau datang ke tempat ini?" tanya Zeeshan, masih dalam kolam dan bersedekap di dada.

"Memangnya kenapa? Aku nggak boleh yah datang ke sini?" tanya balik Nindi.

"Tidak." Zeeshan menjawab datar, "siapapun dilarang memasuki tempat ini."

"Ouh." Nindi berdiri dan berniat pergi, namun ucapan Zeeshan selanjutnya berhasil menghentikan langkahnya. Bahkan membuatnya gugup setengah mati.

CacaCici

Semoga suka dengan 1 bab kita hari ini, MyRe. Semalam membaca ….✿ ✿ Terus dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan ULASAN MANIS DI KOLOM REVIEW (yang ada di luar yah, MyRe) Sehat selalu untuk kalian semua. Papai ... IG:@deasta18

| 24
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Cacan memang nyebelin banget yah, Kak. Huhuhu ...(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)ಥ⁠‿⁠ಥ
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huhuhu ... gantung dikit nggak ngaruh kan yah, Kak. (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)ಥ⁠‿⁠ಥ
goodnovel comment avatar
CacaCici
Huaaaaa .... (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)ಥ⁠‿⁠ಥಥ⁠‿⁠ಥ tunggu kunci bab dulu yah, Kak, baru kita up 2 bab sehari. Huhuhu ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membuatmu Menjadi Milikku    16. Mulut Bon Cabe

    'Mas Zeeshan tak mengganti parfum?' batinnya, termenung karena mencium aroma yang membuatnya bernostalgia. Zeeshan mencengkeram pergelangan tangan Nindi lalu menarik perempuan itu supaya beranjak dari sana. "Lepaskan!" pekik Nindi, memaksa tangannya lepas dari cengkeraman Zeeshan–setelah mereka berada di luar toko, "ck, lepaskan cengkeramanmu! Pergelangan ku sakit," cicit Nindi masih berusaha melepas cengkeraman tangan suaminya dari pergelangannya. Zeeshan melepas pergelangan tangan Nindi, setelah itu melayangkan tatapan tajam yang terasa membunuh dan menyeramkan. "Siapa yang mengizinkanmu keluar, Hum?""Aku tidak butuh izin siapapun," ucap Nindi dengan nada datar, bergegas pergi dari sana akan tetapi Zeeshan menariknya–memaksa Nindi agar ikut dengannya. Zeeshan membuka pintu mobil lalu memaksa Nindi untuk masuk ke dalam. Setelah itu, dia juga masuk ke dalam mobil–menyalakan mobil lalu melaju dari sana. "Kau perempuan yang bersuami, Nindi!" peringat Zeeshan tiba-tiba, "hidupmu ta

  • Membuatmu Menjadi Milikku    15. Aromamu Yang Kurindu

    "Tapi karena kau istriku, kau boleh tetap di sini," seru Zeeshan tiba-tiba, "dengan syarat, lepas pakaianmu dan bergabung denganku." Mendengar ucapan terakhir Zeeshan, mata Nindi seketika melebar dan ekspresinya kaget bercampur shock. Dia melepas sandal berbulu yang dia kenakan lalu berbalik badan, di mana dia langsung melempar sandal tersebut ke arah Zeeshan yang masih berada di dalam kolam renang. Pyuung' Namun Zeeshan menghindar dengan cepat sehingga sandal Nindi tersebut berakhir terlempar ke seberang kolam. "Genit! Mesum!" ucap Nindi dengan nada setengah marah. "Humm?" Zeeshan menaikkan sebelah alis, "atas dasar apa kau menilaiku mesum?" "Masih nanya!" Nindi berkacak pinggang, "kamu--" "Mas," tegur Zeeshan cepat. "Yah itu, Mas menyuruhku melepas pakaian. Tujuannya apa coba? I-ingin menggrepe-grepe tubuhku yah," ucap Nindi dengan nada menggebu-gebu. Zeeshan berdecih pelan, lagi-lagi menaikkan sebelah alis sambil menatap intens ke arah istrinya. "Perempuan

  • Membuatmu Menjadi Milikku    14. Ruangan Terlarang

    "Anda sangat perhatian. Sekali lagi terima kasih, Tuan," ucap Alice, sekretaris Zeeshan yang ikut makan malam bersama. Nindi menatap sejenak pada perempuan itu, dalam hati dia meringis dan kecewa. Sungguh Zeeshan menyuruhnya memasak semua menu di sini hanya untuk menyenangkan sekretarisnya? 'Cinta ditolak memanglah menyakitkan. Tapi mantan Crush menyuruh masak untuk wanita lain, ternyata itu jauh lebih menyakitkan. Bon Cabe monyet!' batin Nindi, berupaya tetap tenang walau hatinya sakit dan ngilu. "Seingatku semua makanan di atas meja ini, tak pernah dimasak oleh chef di rumah ini," ucap Zeeshan dengan datar, menoleh pelan ke arah sekretarisnya, "jadi kau mencoba ini di mana sehingga semua makanan ini bisa menjadi makanan favoritmu?" "Ah yah, Tuan benar." Oliver membernarkan ucapan Zeeshan, "setiap kali kau ke negara ini, kau tinggal di sini dan otomatis hanya makan di rumah ini. Dan … kenapa semua makanan ini menjadi makanan favorit, Alice, sedangkan chef di sini saja tak pern

  • Membuatmu Menjadi Milikku    13. Aku Suka …

    Keduanya seperti musuh! "Oh iya, Kaze, aku bawakan kotak bekal untukmu. Nanti, setelah kamu sampai di sana, kamu langsung makan yah," ucap Nindi dengan nada riang, menyerahkan sebuah kotak bekal untuk adiknya. Sekalian ingin memecah suasana tegang yang tercipta entah karena apa. Kaze meraih kotak bekal tersebut sambil melirik ke arah Zeeshan yang terlihat menampilkan ekspresi datar. "Kapan kalian berangkat? tanya Nindi pada adiknya. Sebenarnya dia datang ke kampus adiknya untuk berpura-pura sebagai pacar palsu Kaze. Ada seorang dosen muda yang menyukai adiknya, tetapi Kaze tak suka pada dosen tersebut. Oleh sebab itu dia meminta Nindi datang ke sini. Kaze dan team-nya akan melakukan penelitian di sebuah kota, hari ini adalah hari keberangkatan mereka. Meminta kakaknya datang di saat sekarang adalah moment yang pas bagi Kaze untuk memamerkan Nindi sebagai pacar dihadapan dosen gatal tersebut. Namun, rencana Kaze bisa dikatakan gagal karena Nindi membawa suaminya ke tempa

  • Membuatmu Menjadi Milikku    12. Musuh Bertemu

    "Demi pria lain. Selingkuhanmu?" Nindi menatap handphonenya yang dilempar oleh Zeeshan. Rasa kesal dan marah seketika memenuhi dirinya. Nindi bangkit dari sofa lalu berdiri, menatap menantang ke arah Zeeshan. "Mau demi selingkuhanku atau bukan, itu bukan urusanmu!" ketus Nindi, segera beranjak dari sana dengan menyenggol lengan Zeeshan. Dia menghampiri handphone miliknya yang Zeeshan lempar lalu mengambilnya. Saat Nindi berdiri–sebelumnya berjongkok untuk mengambil handphonenya, tiba-tiba saja Zeeshan sudah berada di belakangnya. "Jadi benar jika kau berselingkuh?" ucap Zeeshan dengan nada marah yang tertahan. "Bukan urusanmu," jawab Nindi ketus, menatap Zeeshan dengan alis menekuk. Rahang Zeeshan seketika mengatup, menatap Nindi dengan marah. Dia mencengkeram Nindi kemudian menarik perempuan itu secara kasar ke atas ranjang. Bug' Dengan amarah yang menyelimuti diri, Zeeshan mendorong kasar Nindi ke atas ranjang–membuat Nindi terhempas kuat, berakhir berbaring di tengah.

  • Membuatmu Menjadi Milikku    11. Kau Berselingkuh?

    'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak peduli pada penampilanmu.' Tiba-tiba saja ucapan Zeeshan waktu itu, kembali mengiang dalam kepala Nindi. Jika Nindi pikir lagi, Zeeshan sebenarnya tak peduli pada penampilannya dulu. Namun, karena mereka menikah, Zeeshan ingin Nindi merubah penampilan. Pria itu menyuruhnya berpenampilan lebih rapi, bukan karena Zeeshan suka padanya. Namun, karena pria itu ingin menjaga nama baik dan reputasi. Harusnya Nindi memahami itu dan tak berharap apapun. Nindi menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumah. Melihat Zeeshan ada di ruang tengah, sedang duduk di sofa sambil berbincang dengan tangan kanan serta perempuan tadi, Nindi memilih beranjak dari sana. Untuk apa Nindi ke sana dan bergabung?! Toh, Zeeshan melewatinya begitu saja, tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam rumah ini bersama perempuan tadi. Namun meski begitu, Nindi menyuruh maid untuk membuatkan minuman pada Zeeshan dan tangan ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status